Evil Sister In Novel BL(REVIS...

De lostIsland_17

319K 46K 2.2K

Emmalya de Lacrux si antagonis terkejam dalam sebuah novel bl, light in the night, sekaligus kakak angkat yan... Mai multe

S A T U ||• 1
D U A||• 2
pengumuman
T I G A||• 3
E M P A T||• 4
L I M A||• 5
E N A M||• 6
T U J U H||• 7
D E L A P A N||• 8
S E M B I L A N||•9
S E P U L U H||• 10
S E B E L A S ||• 11
D U A B E L A S||• 12
++++
T I G A B E L A S||•13
E M P A T B E L A S||•14
L I M A B E L A S||• 15
E N A M B E L A S||• 16
T U J U H B E L A S||• 17
D E L A P A N B E L A S•||18
S E M B I L A N B E L A S||• 19
D U A P U L U H||•20

D U A P U L U H S A T U||• 21

8.5K 1.5K 112
De lostIsland_17

Hello!!!

Minal aidzin walfaizin maafkeun author yang jarang update 🙏🏻🙏🏻🙏🏻

Bagaimana kabar kalian??? Semoga baik-baik ajaa yaa, klo gak yaa

Selamat membaca!!!!

•••

Mata zamrud itu perlahan terbuka, meniti setiap ukiran khas di langit-langit kamarnya sedangkan pikirannya melayang, semuanya terasa kacau. Ia memang tak percaya apa yang Ale katakan, Namun hati kecilnya tergugah, berharap kata-kata itu nyata.

"Omong kosong..." Desis gadis itu sinis, menghalau segala pikirannya, lalu beranjak dari kasurnya, menatapi kamarnya, kosong, tak ada seorang pun kecuali dirinya. Ruangan ini tetap sama, tak ada yang berubah dari ruangan ini, kecuali di sebuah sudut terdapat meja yang berantakan penuh kertas, beberapa tabung berisi cairan dan beberapa tumpukan hadiah, entah berupa bunga atau obat-obatan serta ucapan "semoga lekas sembuh" yang Emmalya tebak dari beberapa mitra kerja sang Duke membuat senyum sinisnya mengembang, ia tau tak ada ketulusan didalamnya, hanya sebuah formalitas belaka.

Langkahnya menepaki lantai tanpa alas, membiarkan dingin menjalari telapak kakinya, lalu Emmalya berhenti tepat disebuah cermin yang menunjukkan sosoknya seolah tanpa cela, namun Emmalya melihat didalam mata zamrud itu terlukis kekosongan yang membuat sang empunya tersenyum kecut. Inilah dirinya yang sesungguhnya, sebuah cangkang kosong penuh rasa dendam dan amarah.

Jujur, Emmalya sudah lelah untuk membenci, namun hatinya tak kuasa untuk berhenti menahan amarah yang menggelora, apalagi ketika ia mengingat sosok adik kecilnya yang telah tiada, Asterion.

Suara derikan pintu disusul suara histeris seorang pelayan membuat Emmalya menoleh dan disambut dengan pelukan, pelakunya tak lain adalah si pelayan menciptakan kerutan di kening Emmalya. Rasanya de javu, tapi Emmalya tak pernah ingat kapan dan bagaimana tepatnya peristiwa itu terjadi.

"Nona akhirnya anda sadar, sudah dua hari Anda tak sadarkan diri..." Cerocos pelayan itu sembari berurai air mata, meskipun begitu tangannya sangat lihai menyeka tubuh Emmalya menggunakan air hangat, lalu dengan telaten pelayan itu mengganti gaunnya. Entah mengapa hatinya bergetar, ia bisa merasakan ketulusan di nada pelayan itu, tak ada rasa iba, hanya ketulusan murni.

Netra zamrud itu meniti sosok didepannya. Rambutnya dipotong hingga pundak menaungi mata coklat madu senada dengan surainya yang bergelombang, kulitnya putih pucat memperjelas bercak matahari diantara pipi dan hidungnya. Sedangkan garis wajah nya yang agak cekung hingga menonjolkan tulang pipinya.

Anne memang tidak cantik, tapi Emmalya akui gadis itu sangat manis.

"Nona harus beristirahat dan makan yang banyak agar tubuh anda cepat pulih, kami sangat khawatir, apalagi tuan besar-"

Tubuh Emmalya membeku, "ayah? Khawatir? Padaku?" Potongnya dengan nada penuh ketidakpercayaan.

"Tentu saja, nona, tuan besar terus menunggu di samping anda hingga lupa segalanya, untung saja tuan Brill datang dan membujuk tuan untuk makan, TAPI!" Mata Anne berkobar penuh semangat "setelah mendengar anda siuman tuan besar malah kembali berkerja, haaahh! Rasanya saya ingin protes atas sikap beliau."

Emmalya tersenyum, ia sudah menduga, tapi tetap saja ia berharap ayahnya berada disampingnya saat siuman dan melihat ekspresi cemas sang Duke. Emmalya ingin merasakan kasih sayang yang sesungguhnya, bukan sekedar 'katanya... Katanya....' jika begini, rasanya 'kasih sayang' itu hanya citra belaka.

Hening sesaat...

"Ah yaa," suara Emmalya memecah hening yang melanda, "siapa namamu?"

Anne menatap nona mudanya dengan sedih, lalu cepat-cepat menunduk, "Nama saya Marriane Thompson," jawabannya dengan senyum getir, "anda bisa memanggil saya Anne."

"Aku akan mengingatnya," Emmalya mengangguk, memperhatikan bagaimana tangan terampil Anne mengepang beberapa helaian rambut steel-pinknya, "dimana Lio?"

"Tuan muda Rafellio sedang bersama tuan besar, nona," jawab Anne.

Senyum tipis Emmalya mengembang, "setelah ini temani aku keruang kerja ayah, sudah lama aku tak menyapa."

Anne hanya mengangguk sebagai jawaban, lalu dengan cepat ia menyelesaikan ikatan di rambut Emmalya dan memasang sebuah jepit berbentuk bunga daisy sebagai pemanis. Setelah itu keduanya meninggalkan kamar Emmalya menuju ruang kerja Duke.

Disepanjang lorong, Emmalya bersisian dengan beberapa pelayan, mereka menunduk sebagai tanda hormat dan dijawab dengan anggukan kepala kecil, lagi-lagi tindakan kecil itu membuat Anne menatapnya sedih.

Emmalya memperlambat langkahnya dan berhenti tepat didepan pintu yang sangat familiar, sepasang pintu dari pohon mahoni setinggi dua meter dengan bentuk setengah lingkaran diatasnya, sekilas mungkin terlihat sederhana. Namun, lambang keluarga de Lacrux yang terukir membuat pintu itu berbeda dari pintu lain dirumahnya.

"Ini tidak adil, tuan Duke!" Suara Rafellio dibalik pintu itu mengintrupsi tangan Emmalya yang siap mengetuk, membuat gadis itu mengerutkan kening, ia tak pernah melihat Rafellio marah. Emmalya bertanya-tanya, apa yang mereka bicarakan hingga membuat Rafellio berbicara dengan nada setinggi itu?

'ini bukan waktu yang tepat,' batin Emmalya sedikit kecewa, lalu beranjak pergi.

Namun, suara Rafellio menghentikan langkahnya, "jika begitu, berhentilah jadi pengecut yang selalu bersembunyi dari putri mu!"

Rasa penasaran menggugah hati Emmalya, ia menatap Anne dan menempelkan telunjuk di bibirnya, menyuruh Anne agar tidak menimbulkan suara sedikit pun. Emmalya tau menguping itu tidak baik, Tapi ia tak bisa menahan diri jika itu menyangkut tentang dirinya.

"Kau tau jawabannya, tuan muda Del Cano," samar Emmalya mendengar suara ayahnya yang datar, berbeda dengan Rafellio yang terdengar frustasi.

"Melindungi Ely?" Rafellio menghela nafas, benar-benar lelah, "kalau begitu, beritahu Ely, tunjukkan rasa kasih sayangmu dan berdirilah disisinya!"

"Orang sepertiku pantas untuk itu," ucap sang Duke yang entah mengapa menusuk ulu hati Emmalya, ia merasakan rasa sakit yang luar biasa dibalik suara sang Duke yang datar, "aku terlalu kotor untuk putriku, bahkan rasanya aku tak pantas menatapnya dari jauh."

"Aku tak mau kehilangan lagi," suara sang Duke mulai bergetar, "cukup ayah, ibu dan istriku menjadi korban, cukup Asterion dan kakakku meninggalkanku karena kutukan sialan ini, aku tak mau satu-satunya yang kumiliki pergi."

Hening sesaat, namun setiap detiknya membunuh Emmalya, hatinya sakit sekaligus lega. Ternyata keinginannya, harapannya selama ini bukan hanya angan.

"Apa ini alasan anda meminta saya tetap memihak Ely, meskipun dia membunuh anda?" Tanya Rafellio menghujani hati Emmalya dengan perasaan bersalah.

"Ya," jawab sang Duke menghancurkan pijakan Emmalya.

Tubuh gadis itu mulai meluruh menyusuri pintu, tangannya menutupi bibir kuat-kuat, menahan isak yang siap meluncur, sedangkan air matanya sudah membasahi pipinya. Ingatan Emmalya berputar kembali saat ia menghabisi nyawa sang Duke dengan kedua tangannya sendiri, membuat jantungnya remuk hingga setiap detaknya terasa sakit.

Melihat keadaan nonanya, membuat Anne khawatir. Buru-buru pelayan itu membantu Emmalya bangkit, menggendongnya dan berjalan menuju taman kaca.

Tangis Emmalya pecah saat Anne menurunkan tubuhnya tepat di sebuah bangku. Bingung harus apa, Anne memilih menunggu Sang nona kecil tenang sembari menepuk pundaknya, pelan.

Puas menangis, Emmalya menghela nafasnya, perlahan, membiarkan sisa-sisa air matanya mengering, "apa kau tau tentang kutukan ayahku?"

Anne terdiam sesaat, lalu menggelengkan kepalanya pelan, "saya tidak tau, nona, bahkan seluruh penghuni mansion tidak tau," jawaban Anne membuat Emmalya mengatupkan bibirnya, menahan rasa getir.

Mata zamrud itu menatap sekelilingnya kosong, entah mengapa rasanya sulit untuk percaya kata-kata yang baru saja ia dengar, lalu Emmalya melepas anting safirnya dan memberikannya pada Anne, "tutup mulutmu."

Anne menatap batu mulia itu dengan sedih, "saya tidak perlu ini," senyum Anne mengembang, "kebahagiaan anda adalah bayaran terbaik bagi saya,"pelayan itu berdiri, lalu menunduk, hormat, "saya akan membuat teh, nona."

Emmalya menatap punggung Anne yang menjauh, ia masih membeku, kata-kata Anne terngiang dikepalanya. Tiba-tiba sepasang tangan menutupi pandangannya dan Emmalya tau siapa dalang dibaliknya, "Lio."

Rafellio tertawa, melepas kedua tangannya dari penglihatan gadisnya.

"Selamat pagi, Ely ku," ucap Rafellio sembari mengecup tangan Emmalya, tak lupa dengan senyuman khasnya yang sangat mempesona seolah amarahnya tadi hanyalah ilusi, "bagaimana keadaanmu? Apa kau merasa lebih baik?" Tanyanya yang dijawab anggukan kepala.

"Kau menangis?!" Pemuda bernetra samudra itu berjengit mendekati Emmalya, menangkup wajahnya, meneliti jejak air mata di mata zamrudnya.

Emmalya lebih memilih diam, mengalihkan pandangan ke taman yang rasanya sedikit berubah dari yang ia ingat, "apa yang kau bicarakan dengan ayah?"

Rafellio terdiam, ia tak bisa menjawabnya, "aku..."


-
-
-

Bersambung...

Jangan lupa vote, coment dan share yaa !!

See you...

Continuă lectura

O să-ți placă și

480K 39.7K 28
Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang waktu kembali, kematia...
14.3M 1.6M 67
Ini kisah Clarissa si Queen Racing yang memasuki Novel My Ice Boy, dia bukan memasuki tokoh Antagonis maupun Protagonis tapi dia memasuki tokoh Figur...
390K 47.5K 22
Agatha Prisilla seorang jenderal wanita di organisasi yang di pimpin kakak nya. Agatha begitu di hormati karena pandai dalam menggunakan berbagai jen...
122K 11.8K 15
Follow dulu sebelum baca 😖 Hanya mengisahkan seorang gadis kecil berumur 10 tahun yang begitu mengharapkan kasih sayang seorang Ayah. Satu satunya k...