Anniversary [EnnChael]

Door Kalin_0611

23.2K 487 1.5K

Today is an important day, and Michael wanted to spend it with Ennard. However, there was a small obstacle th... Meer

Important Day
Sick Day
Sick Day [IND]
Accident Happens
Accident Happens [IND]

Important Day [IND]

2.7K 42 3
Door Kalin_0611

"Ennard—"

"Tidak sekarang, Michael." Ennard menggeleng, pria itu mengibaskan tangan kepada Michael tanpa melihat ke arah si sulung yang melipat kedua tangan di depan dada dengan dahi mengerut. "Kau main saja dengan adik-adikmu."

Michael merapatkan garis bibir. "Ayolah," dia mencoba membujuk, menarik kecil satu kabel yang terjulur keluar dari punggung Ennard.

"Nanti saja."

Gerutuan terdengar dari Michael setelah kabel itu bergerak menepis tangannya, dia mengelus punggung tangan pelan dan memandang Ennard dari belakang. Animatronik yang sedang berada dalam wujud manusianya itu sibuk memasang baut-baut kecil pada salah satu bagian mesin.

"Tapi kau telah berada di sini sejak pagi!" Michael belum menyerah, tentu saja. Lagipula dia ingin menghabiskan waktu bersama Ennard hari ini.

"Mike biarkan dia bekerja."

Lelaki itu menoleh mendengar ayahnya membuka suara dari sisi lain meja, juga fokus memperbaiki sesuatu. "Hmp." Michael menggembungkan kedua pipi. "Kau akan menahannya di sini sampai malam, aku tidak mau," ujar Michael sembari bersedekap.

William pun akhirnya menoleh pada putra sulungnya tersebut. "Tidak akan," dia membalas. "Sekarang pergilah atau bantu kami."

"Tidak mau." Michael menggeleng, lantas mendengkus. "Tidak sampai Ennard berhenti bekerja."

"Michael."

"I said no, Father."

Mereka berdua saling bertatapan satu sama lain dengan alis bertautan.

Like father, like son. Sama-sama keras kepala.

Ennard membuang napas, akhirnya meletakkan benda di tangannya ke atas meja lalu menarik Michael ke tempat yang lebih jauh dari William—William nampak tak terlalu peduli walau dia mengerling sebentar. Ennard memandang Michael seraya memegang pelan kedua pundak Afton tersebut, Michael hanya balik memandangnya lurus.

"Sayang, dengar," Ennard berkata lembut. "Aku sedang sibuk saat ini, kita bicara nanti, oke?"

"Kau selalu sibuk."

"Michael," Ennard mendesah lelah, kali ini menangkup kedua sisi wajah Michael dengan gemas. "Biarkan aku selesaikan ini dulu lalu setelah itu aku akan bersamamu. Aku berjanji."

Kedua bahu Michael merosot jatuh, merasa kecewa. "Fine," dia membalas ketus, Ennard tersenyum kecil. "But," Michael menambahkan. "Kiss me."

Alis Ennard terangkat mendengar ucapan itu, lantas terkekeh kecil dan menarik Michael mendekat, tanpa banyak bicara langsung menempelkan bibir mereka selama beberapa saat. Michael tersenyum senang di tengah-tengah ciuman tersebut, dia mengalungkan tangan ke leher Ennard dan mendalamkan ciuman mereka sementara Ennard merangkul pinggangnya.

Mereka saling berpandangan dan bertukar senyuman. Michael mematri cengiran di parasnya, memeluk Ennard erat-erat sementara Ennard hanya maklum dengan tingkahnya, mengusap surai kecokelatan Michael.

"Kuharap kalian masih sadar aku juga ada di sini."

Ennard dan Michael menoleh bersamaan ke arah William yang bahkan tidak mau repot-repot menatap mereka. Ennard memutar matanya malas, Michael mengangkat kedua alisnya ke atas.

"Kau sering melakukannya dengan Papa, kenapa kami tidak?" Michael berujar, melepaskan diri dari Ennard dan menyilangkan tangan di depan dada. "Toh kami sudah dewasa."

William mendengkus. "Kau masih bertingkah seperti bocah labil, Mike," dia membalas, melempar baut tepat ke dahi Michael.

"Ouch—! Father kau—"

"Oke, oke. Kita telah sepakat, sekarang pergi sana," Ennard memotong protesan Michael, membekap mulut Michael dengan tangannya sebelum mendorong Michael untuk berjalan ke pintu keluar basemen. "Talk to you later, Love." Adalah perkataan terakhir Ennard sebelum menutup pintu tepat di wajah Michael.

Michael memandang pintu yang tertutup itu dengan ekspresi terkejut—tak percaya, kesal, dan bingung.

Apa dia baru saja diusir oleh suaminya sendiri?

"Sialan."

---

Chris memandang kakaknya yang baru saja keluar dari tangga menuju basemen dengan wajah jengkel. Alis Chris terangkat ke atas dan kedua sayapnya sedikit bergerak menurun ketika dia menggerakkan tubuh untuk melihat ke mana Michael akan pergi.

"Mikey ada apa?" Chris bertanya heran, dia mengubah posisi duduknya di sofa menjadi ke arah samping dan lengannya tertumpu di lengan sofa untuk menopang berat badan.

"Ennard dan Father," jawab Michael ketus, dengan kasar melempar dirinya ke tempat kosong di samping Chris.

Si bungsu menekuk sayapnya yang nyaris tertindih oleh Michael, kemudian duduk bersila menghadap kakaknya. "Ada apa memang?" tanya Chris penasaran.

"As usual, working."

Mereka berdua menolehkan kepala bersamaan mendengar sahutan tersebut, menemukan seorang pria berambut hitam yang sedang menggendong gadis bersurai oranye di pundak berjalan ke arah mereka berdua.

"Papa, Lizzy," Chris menyapa, tersenyum riang dan segera berdiri di atas sofa untuk melompat—sayapnya mengepak, dia terbang hingga memutuskan duduk di bahu saudarinya.

Elizabeth mendongak ke atas hanya untuk memandang Chris nyengir lebar kepadanya. "Chris kau berat," ujar Elizabeth.

Chris sama sekali tak tersinggung. "Kau lebih berat."

"Kalian berdua sama-sama berat," Michael menimbrung dengan malas, memutar kedua matanya dan mendengkus sementara Vincent hanya terkekeh pelan.

Elizabeth dan Chris sama-sama mengerjap ketika mereka merasa seolah-olah tergelitik, sekian detik kemudian mereka telah menemukan diri mereka duduk di sofa mengapit kakak mereka. Vincent sepertinya menteleportasi mereka berdua menggunakan kekuatannya.

"Nah," Vincent berkata, melemparkan tatapan pada Michael. "Kau nampaknya sedang badmood sekarang, apa yang terjadi sebenarnya?"

Michael buru-buru mengangkat Elizabeth dan menggeser adiknya agar menggantikan posisi duduknya supaya dia lebih dekat dengan Vincent, Michael tak peduli protesan Elizabeth tentu saja. "Father dan Ennard terus bekerja," dia mengadu pada Vincent. "Dari semalam mereka tak berhenti! Padahal hari ini aku ingin bersama Ennard dan menyuruhnya istirahat tapi Father melarangku, menyuruhku membiarkan Ennard bekerja!"

Sedikit kebohongan pun tak apa.

Dahi Vincent mengerut tidak suka mendengar itu, dan Michael cengengesan dalam hati. Michael tak peduli Elizabeth memandangnya skeptis, gadis itu mungkin tahu dia sedang berdusta. Chris tidak terlalu terkesan dengan bualannya.

"Kemari."

Michael bersorak dalam hati mendengar ucapan Vincent, langsung mengekori ke mana pria itu melangkah; basemen.

Chris memandang kepergian keduanya dengan senyuman geli. "Mikey mah, tidak bisa ditinggal Ennard barang sejenak." Chris tergelak, sayapnya mengepak beberapa kali.

"You know Michael," Elizabeth menanggap bosan.

"Kau ingin main?"

Elizabeth menoleh ke arah Chris. "Tentu!" dia membalas dengan semangat. "Kita bisa ajak Charlie!"

Kali ini Chris yang memutar kedua matanya.

Elizabeth dengan segala ketidakpekaannya mengenai perasaan Charlotte kepadanya.

---

"Kau ingin cepat-cepat menyelesaikannya, huh?" William memandang ke arah Ennard yang mengisyaratkan untuk mengoper obeng di dekat dirinya. Ennard hanya mengangguk sebagai jawaban, William mendengkus. "Ada apa memangnya?"

Ennard berhenti sebentar, menatap William selama sekian detik dan kembali melanjutkan pekerjaannya. "Hari ini hari anniversary kami, Michael ingin bersamaku."

Alis William terangkat ke atas, mematri senyuman tipis. "Jadi?"

Mata dwiwarna Ennard langsung memandangnya tajam. "Jangan mengganggu waktu kami seharian ini, or else."

William mendecih. "Apa aku bisa mempercayainya padamu?"

"William," Ennard berkata dengan cepat. "Kau bahkan tak peduli dengannya ketika kalian kembali bertemu setelah puluhan tahun. Kau berubah, benar. Namun, pertanyaan itu bodoh sekali, aku bahkan telah menjaganya sebelum kalian kembali bersama." Ennard menghardik tajam, membuat William berjengit sendiri.

"Fine, fine geez. Kau galak sekali, Noah," tanggap William sweatdrop, sedangkan Ennard mendengkus berat.

"Terima kasih," Ennard membalas tak acuh.

William ber-'huh' kecil dan berencana untuk melanjutkan pekerjaannya, tapi Ennard yang tiba-tiba menegakkan kepala dan mengerling menyita atensinya. "Ada apa?"

Ennard terdiam sejenak, lantas memandang William. "Vincent datang."

Belum sempat William bertanya, pintu basemen terbuka.

Vincent berdiri di sana dengan dahi mengerut, sedangkan Michael cengengesan di belakang badan papanya. William mengerjap sebentar menatap ekspresi serius Vincent, lalu meneguk ludah. Sedangkan Ennard membersihkan tangannya dari noda oli menggunakan kain tak terpakai—seakan-akan dia telah berhenti bekerja.

"Michael bilang kalian telah bekerja lama sekali."

"Kami tidak—" William menggigit lidahnya sendiri untuk tak melanjutkan kalimatnya ketika Vincent memandangnya tajam.

Ennard menahan niatan untuk tertawa melihat lelaki itu selalu tidak berdaya di bawah pengaruh Vincent. "Tidak juga," Ennard menjawab santai. "Aku belum lama ini bekerja dan memang akan menyelesaikannya secepat mungkin," dia melanjutkan, mengisyaratkan Michael untuk datang ke sisinya—di mana Michael langsung ngacir ke arahnya. "Tapi William, entahlah."

William mendelik nyalang kepada Ennard, tapi Ennard tidak mengacuhkannya sama sekali. Kemudian William menoleh pada Vincent, memelas. "Vince—"

"Kau diam."

William langsung mingkem.

Vincent membuang napas dan memijit pangkal hidungnya lelah, harusnya dia tahu hobi William untuk memaksakan diri bekerja tidak akan hilang dalam waktu yang cepat. "Ennard."

"Yes, Sir?"

"Kalian berdua pergi," Vincent berucap, menggendikkan dagu ke pintu keluar dan Ennard serta Michael dengan senang hati menuruti apa yang pria itu katakan.

Michael menoleh ke belakang begitu mendengar suara pintu tertutup, lantas terkikik. "Kau yakin Father akan baik-baik saja?"

"Heh." Ennard mendengkus. "Vincent mungkin akan mengomel kepadanya selama dua jam ke depan, dan aku harap seperti itu."

Michael nyaris tergelak, dia mungkin akan berterima kasih pada Vincent kapan-kapan. Si sulung Afton itu nyengir dan memeluk lengan Ennard erat-erat, membuat Ennard mengerling ke arahnya sebentar sebelum melihat ke arah lain dengan alis bertautan.

"Kau ingat hari ini hari apa, bukan?" Michael bertanya antusias, Ennard menoleh kepadanya. "Kan?"

Ennard mengangkat bahu. "Entahlah, hari apa?"

"Kau tidak ingat?" Michael merengut, terlihat kecewa. Kedua alisnya bertautan satu sama lain, dia memandang Ennard seolah-olah meminta jawaban yang jelas apakah Ennard benar-benar lupa atau tidak.

Dan sekali lagi Ennard mengangkat bahu.

"Enn!" rajuk Michael, menarik salah satu kabel yang keluar dari punggungnya, membuat Ennard berhenti secara mendadak.

"Hei," Ennard memprotes kecil, kabelnya bergerak menepis kembali tangan Michael. "Jangan merusak kabel-kabelku," dia melanjutkan setengah jengkel.

"Kalau begitu jangan merusak langit-langit rumah!"

Ennard pura-pura tidak mendengar, Michael menggembungkan kedua pipinya sebal dan melangkah lebih cepat—namun Ennard menarik kerah bagian belakangnya. Itu membuat Michael nyaris terjungkal ke belakang.

"Ennard!"

Pria itu menahan gelak tawa, lantas melepaskan cengkramannya di kerah lelaki yang lebih pendek darinya tersebut. "Ya, ya," Ennard menanggap, terkekeh kecil. "Kau terlalu menggemaskan."

"Aku tahu." Michael nyengir narsis.

"Tiba-tiba sekali aku ingin menarik kata-kataku."

"Rude."

"Aku tahu," ujar Ennard sembari mematri senyuman tipis, Michael hanya ber-'hmp' kecil dengan pipi yang merona samar.

Ennard tertawa pelan, kali ini menahan Michael dengan mencengkram lembut pergelangan Afton tersebut sebelum mendorongnya ke arah dinding, memenjarakan Michael di antara kedua lengannya yang menyandar ke dinding. Michael mengerjap cepat dan salah tingkah, wajahnya berubah memerah.

Michael menatapnya lurus, dan Ennard menarik sebelah alis ke atas. Ennard terkejut ketika Michael tiba-tiba menangkup wajahnya dan menempelkan bibir mereka selama sekian detik.

Giliran Michael yang menyungging senyuman jail. Rona merah mulai menjalar di wajah Ennard, di mana pria itu langsung menjauh dari Michael dan memalingkan wajah dengan alis saling bertautan serta merapatkan garis bibir.

"Two can play this game, Sayang," Michael berujar, berbisik tepat di telinga Ennard walaupun dia harus menjijit. Ennard segera menjauhkan wajahnya menggunakan telapak tangan, membuatnya memprotes kecil.

"I hate you."

"Aku mencintaimu juga." Michael nyengir, dan Ennard mengerutkan dahi kepadanya.

Ennard menunggu saat hingga sensasi terbakar di wajahnya menghilang untuk berbicara, dia pun berdehem. "Kembali ke topik awal," Ennard berkata. "Tentu aku ingat hari ini hari apa."

Mata Michael berbinar mendengar ucapan Ennard. "Katakan bersama-sama!" dia berujar antusias, Ennard mengangguk.

Menghitung dari angka satu hingga tiga, mereka pun berkata.

"Hari anniversary."

"Hari terakhir tahun ini."

Mereka berdua mengerjap.

Ennard cengo, Michael juga cengo.

"Huh—uh aku—huh—what—" Michael nampak kebingungan sendiri, sementara Ennard kehilangan kata-katanya. Michael menatap suaminya lekat-lekat dengan ekspresi keheranan. "Hari ini—kan hari akhir—oH HUH HARI INI HARI ANNIVERSARY!?"

"Entah kenapa aku tidak terkejut," Ennard menggumam sweatdrop, memandang Michael yang panik sendiri.

"Hari ini hari jadi kita dan aku melupakannya—oh astaga—aku melupakannya—" Michael mondar-mandir di tempat dengan sangat gelisah, Ennard memperhatikannya. "Aku lupa—astaga demi Tuhan—aku lupa—Ennard maaf—"

Michael mengaduh sakit ketika Ennard mendadak menyentil dahinya, dia memandang Ennard dengan kesal dan bersiap untuk memprotes; Ennard membungkamnya terlebih dahulu dengan ciuman. Michael terkejut, tentu saja, tapi dia segera meleleh akan ciuman tersebut dan mengalungkan tangan ke leher Ennard sementara Ennard merangkul pinggangnya.

Kemudian Ennard memandangnya. "Tenanglah," dia berkata.

Namun Michael mengernyit, wajahnya menampakkan rasa bersalah karena telah melupakan hari jadi mereka. "Tapi ..."

"Diam atau aku kembali bekerja."

"Father bahkan tidak akan bisa kembali bekerja untuk satu minggu ke depan."

"Ini bukan tentang ayahmu, bodoh." Ennard memutar mata, Michael nyengir. "Sekarang tenanglah, kau melupakan itu hal yang wajar."

"Tapi itu penting dan aku melupakannya!" Michael membalas cepat, ujung bibirnya mulai tertarik ke bawah. "Aku bahkan tidak menyiapkan hadiah untukmu ...."

"Aku juga tidak, lalu apa?"

Michael mengerjap, Ennard menatapnya intens. "Tapi—"

"Tidak semuanya harus dengan hadiah, Michael." Ennard berujar, mengusap rambut belakang Michael dengan pelan. "Kau ada di sampingku pun cukup. Jangan khawatir masalah kado."

Pipi Michael merona, lantas menenggelamkan dirinya dalam dekapan Ennard. "Baiklah kalau begitu," gumam Michael, merasa malu dan senang bersamaan. Dia mengenduskan wajah ke kemeja yang dikenakan Ennard, kemudian berbisik. "Aku mencintaimu."

Mendengar itu, Ennard mematri senyuman penuh arti. "Aku juga mencintaimu."

Michael nyengir, mengeratkan pelukannya kepada Ennard. "Kurasa kita bisa jalan-jalan seperti biasa hari ini!" ujarnya penuh semangat, memandang Ennard dengan antusias.

"Tentu," Ennard berkata, dan Michael tersenyum lebar. "Ambil jaketmu, aku akan menunggu."

"Oke!"

Tidak ada hadiah, tapi setidaknya mereka saling ada untuk satu sama lain.

Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

9.4K 129 9
Look bro I have no idea what I'm doing Alright so this a book of one shots for Ein x Pierce mostly but it will have some angst, AUs, shit, maybe smut...
9.8M 640K 75
Yaduvanshi series #1 An Arranged Marriage Story. POWER!!!!! That's what he always wanted. He is king of a small kingdom of Madhya Pradesh but his pow...
1.2M 15.1K 52
NOT EDITED YET Gracie Owen's a headstrong journalist major rooms with her childhood best friend JJ Anderson for junior year, little does she know she...
496K 27.1K 18
𝐒𝐡𝐢𝐯𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐑𝐚𝐣𝐩𝐮𝐭 𝐱 𝐑𝐮𝐝𝐫𝐚𝐤𝐬𝐡 𝐑𝐚𝐣𝐩𝐮𝐭 ~By 𝐊𝐚𝐣𝐮ꨄ︎...