"gue bener bener butuh jawaban lo Na!" Nael tersentak saat Jendral meninggikan suaranya itu.
"lepas dulu Jen," Nael memberontak dan ingin bangun, namun ditahan oleh Jendral.
saat ini posisi Nael masih sama, badannya ditindih oleh Jendral, Nael telanjang dada dan hanya menggunakan handuk saja, dia juga baru selesai mandi tadi.
"Jen plis.."
Jendral tidak menggubris perkataan Nael, dia malah mencium bibir Nael, Nael terkejut dan matanya membulat sempurna, dia tidak percaya Jendral melakukan hal ini saat ini juga.
perlahan Jendral perdalam ciumannya, Nael hanya mengikuti alurnya saja, Nael sama sekali tidak membalas ciuman dari Jendral, tapi Jendral semakin kasar dan membuat Nael melenguh pelan.
"hmphhh"
Jendral tetap menahan kedua tangan Nael di kasur, perlahan Jendral beralih melumat bibir Nael dengan sedikit kasar, Jendral memaksa Nael untuk membuka mulutnya.
"bangsathh Jenhh."
Nael juga mengikuti alur nya, dia perlahan membalas ciuman dan lumatan dari Jendral, seperti sudah ahli, mereka berciuman sangat panjang, sesekali Jendral menggigit bibir bawah Nael hingga berdarah dan menghisap darahnya.
"akhh anjing lo jenh! hmphh."
setelah Jendral puas mencium bibir Nael, dia melepasnya bukannya berhenti, Jendral malah beralih menjilat puting Nael dan langsung menghisapnya.
"ahh Jenhh cukup anjing! ahh"
Nael meremas rambut Jendral sambil menggigit bibir bawahnya, entah apa yang ia rasakan saat Jendral mengigit nipple pink miliknya itu, rasanya sakit sakit nikmat.
Nael malah membantu Jendral untuk menghisap lebih lagi, ia menekan kepala Jendral pada dadanya untuk menghisapnya lagi.
"ahh Jenh sialan enak! jangan digigit goblok!"
plak!
Jendral langsung melepas gigitan nya lalu menatap Nael dengan tatapan sayu nya.
"J-Jen, udah.."
"jadi gimana Na? lo.. suka gua kan?" tanya Jendral sembari terus menatap mata Nael.
"i-iya Jen gua suka sama lo, bahkan dari dulu," ungkap Nael tanpa ragu, Jendral bernafas lega dia pun langsung memeluk Nael dengan sangat erat.
"goblok! gak bisa nafas ini," Nael menepuk² punggung Jendral untuk melonggarkan pelukannya.
"maaf Na, terlalu seneng hehe," Jendral pun melonggarkan pelukannya, tapi dia masih memeluk Nael.
"terus Haekal gimana?" tanya Nael ditengah tengah keheningan.
"gatau, gua mau nuntasin dulu," ucap Jendral dan segera ke kamar mandi, Nael tertawa pelan lalu dia pun berdiri memilih baju untuk dia kenakan malam ini.
.
saat ini Nael dan Jendral sedang termenung duduk diatas kasur nya masing masing, memikirkan bagaimana caranya berbicara tentang semua ini kepada Haekal, bagamana caranya?
"Jen," panggil Nael.
"Naon"
"Kalo Haekal benci gue gimana? kalo dia tau pasti dia benci banget sama gue."
Jendral menghampiri Nael dan duduk di sebelahnya, Nael menaikkan kedua alisnya mengisyaratkan menanyakan apa yang mau Jendral lakukan.
"kalo gua nerima Haekal cuma karena kasian, emang baik? kaga kan?" cibir Jendral, Nael memutar bola matanya malas.
"ya malah kasian Haekal nya lah goblok! kecuali kalo lo suka dia balik, yaudah terima aja," cetus Nael sembari menjitak kepala Jendral pelan.
"ya okey, besok gua bakal selesain trial gua sama Haekal," final Jendral akhirnya.
"ya, gua cuma bisa bantu doa aja si."
"sialan."
Nael cuma cengengesan pelan.
"laper Na," ungkap Jendral.
"sama Jen," ungkap Nael juga.
"masak mie yuk, udah lama juga," ajak Jendral, Nael pun mengiyakan.
mereka berdua pergi ke dapur untuk memasak mie, Jendral mah cuma duduk diem aja sambil nunggu mie mateng, Nael yang masakin, tapi karena Jendral gak sabaran akhirnya dia samperin Nael.
"udah Na?" tanya Jendral.
"lom"
Jendral malah meluk Nael dari belakang dan senderin dagu nya di pundak Nael, Nael kaget langsung boleh ke Jendral dan berontak pelan.
"gausah gitu anjing, geli gue," Jendral langsung cemberut dan malah ngeratin pelukannya.
"bodoamat, gua mau gini dulu," manja Jendral.
Nael memutar bola matanya malas lalu melanjutkan masaknya, tidak lama setelah itu Nael selesai memasak mie dan menyuruh Jendral untuk melepaskan pelukannya.
mereka berdua pun segera menghabiskan mie nya dengan cepat, setelah selesai makan mereka langsung ke kamar kembali.
"Na, gue anu."
"hah? anu apaan?"
"gua takut nyakitin Haekal,"
"ya mau gimana lagi Jen,"
"tapi lo beneran suka gua kan?" tanya Jendral memastikan lagi, dia hanya takut kejadian seperti masalalunya, mantan nya itu tidak tulus mencintainya.
"beneran lah! ya kali boongan anjrit," kesal Nael, rasanya dia pengen nabok Jendral aja deh.
"ya oke, emang lo rela kalo gua jadian beneran sama Haekal?" tanya Jendral dengan hati hati.
Nael terdiam sejenak sambil meneguk saliva nya dengan kasar, dia menyukai bahkan mungkin mencintai Jendral, mana mungkin ia akan rela jika Jendral berpacaran dengan Haekal nantinya.
"kalo gua egois buat kali ini aja boleh?" Nael menatap Jendral dengan tatapan yang tidak bisa diartikan nya.
Jendral tersenyum tipis lalu menganggukkan kepalanya sekali, "boleh banget Na, lo gak perlu mentingin perasaan orang lain terus-menerus, lo juga harus mentingin dan mikirin perasaan lu kayak gimana, lo egois boleh bangett," Nael menghela nafasnya kasar.
"oke gua bakal berusaha dapetin lo, kita lewatin ini bersama," final Nael dan Jendral pun tersenyum, baru saja ia ingin memeluk Nael sudah Nael tahan duluan.
"gaada peluk peluk," cetus Nael sambil mendorong pelan dada Jendral.
"elah pelit."
"biarin."
"ah elah, kalo Haekal gak suka gua pasti gak bakal gini kejadiannya," rutuk Jendral.
"udah takdir."
"pengen Nael, pengen Nael, pengen Nael," ucap Jendral 3kali berturut turut.
plak!
Nael menampar pelan pipi Jendral, tapi sampai bunyi, sang empu hanya meringis pelan sembari memegangi pipi nya itu.
"alay lo Jen!" cibir Nael, Jendral mendengus sebal akan hal itu, padahal Nael dibucinin, kenapa gamau.
"jahat lo."
"baik."
"jahat."
"baik."
"jahat."
"udah udah ah, gua mau tidur," Nael pun merebahkan dirinya dan menarik selimutnya, Jendral. malah membuka selimut Nael dan memeluknya dengan erat sembari bersandar di leher Nael.
"apa apaan si lo?" kesal Nael.
"dingin Na, biarin gue meluk lo malam ini," kata Jendral sembari mengeratkan pelukannya.
Nael mah, malu malu tapi mau, luarnya keliatan gamau, aslinya mah mau banget, salting tuh dia sekarang, akhirnya Nael narik selimut buat nyelimutin tubuh dia sama tubuh Jendral.
perlahan mereka pun terlelap dalam tidur nya masing masing dengan keadaan yang berpelukan satu sama lain.
hingga pagi tiba pun keadaan mereka masih sama, Jendral memeluk Nael dengan sangat erat sedangkan Nael dengan posisi telentang nya.
Nael mengerjapkan matanya perlahan lalu membuka matanya mendapati Jendral disampingnya yang masih memeluk erat, entah mengapa, padahal Jendral sudah sering memeluknya seperti ini, tapi kali ini Nael merasakan perbedaan, apa mungkin karena mereka sudah mengungkapkan perasaannyas satu sama lain? entahlah.
"gue mau egois kali ini aja Jen, lo milik gua, dan gak boleh ada yang ngambil lo dari gua," monolog Nael dan menatap Jendral yang masih terlelap dalam tidurnya.
TBC
nahloh, Nael ngomong gitu, mampos😌 votment nya dulu dong boss