Tunangan Misterius Presdir

By ithanajla

33.6K 4.9K 743

Ninda Bestari melebarkan karier dari yang semula penyanyi baru keluaran ajang bakat, ke seni peran. Bertemu d... More

1. Ninda Bestari
2. Kisah Masa Lalu
3. Gayatri
4. Seperti Bukan Ninda
5. Call Me, Tama
6. Benci Tapi Cinta
7. Banyu Indraningrat
8. From Enemy To Be Lovely
9. Cinta Lokasi Merenggut Cinta Suci
10. Seribu 'Mengapa' dari Ninda
11. Sejarah Luka Ninda
12. Malik Mawardi
13. Asisten Atau CCTV?
14. Siapa?
Cast
16. Sakit Jantung
17. Yaswanta atau Tamawijaya
asmoro woro-woro
Update
update bab 25. Ini Yang Pertama
Update Ninda Tama Bab 26. Dimulainya Perhitungan Ninda
update Ninda Tama bab 27
update bab 28. Kamu Hanya Milikku
update bab 29. Tama Menginginkan Keturunan
update bab 30. Apa Kabarmu, Gayatri?
update NindaTama bab 31
update Ninda Tama Bab 32
update bab 33 Ninda Tama
update nindatama bab 34
35. Untuk Kujadikan Ratu
36. Dewi Akshita
bab 37. Danadyaksa (update Karyakarsa )

15. Ninda dan Banyu

1.1K 245 26
By ithanajla

Di basemen yang sepi, beberapa pekerja terlihat menurunkan barang. Bagian ini sepertinya memang hanya dilewati pekerja rumah sakit saja, pengunjung tidak melewati area ini. Kami terus berpacu dengan Mbak Dahlia menunjuk-nunjuk ambulan yang katanya akan membawa ku demi mengalihkan perhatian pencari berita.

Bukannya berhenti di depan ambulan, Alvia justru terus mendorong kursi roda dengan sedikit berlari.

"Alvia, gimana sih! Apa-apaan kamu!" Teriak Mbak Dahlia marah.

"Maaf Mbak Dahlia, ini perintah keluarga Mbak Ninda." Katanya tegas lalu beralih padaku.

"Ayo Mbak, bersiap turun, segera melompat ke Alpard hitam itu, paham?"

Otakku yang cerdas, jiwa tuaku yang tertempa pengalaman ratusan tahun segera memahami. Alvia Samsuri, bukan hanya asisten biasa. Gadis 26 tahun ini sudah terlatih dalam situasi genting. Terlihat dari rautnya yang tenang, matanya yang bersinar terang, dan gestur tubuhnya yang terlatih.

Pertayaanku, kapan dia menghubungi orang-orang berjas hitam ini? Aku sampai meneliti telinga gadis itu mungkin saja ada sesuatu seperti komunikator. Tapi tidak ada. Sudahlah, seseorang menarikku, ada yang mendorong tubuhku agar masuk ke dalam mobil dengan cepat. Bunyi pintu yang tertutup, bagai komando supir untuk melajukan kendaraan ini.

Aku menoleh dengan senyum meremehkan ke arah Mbak Dahlia yang melongo. Lalu di belakang kerumunan itu, awak media dengan mikropon dan kamera berlarian ke arah Mbak Dahlia yang akhirnya masuk ke dalam mobil berwarna putih, menyusulku.

"Jangan sekali-kali membawa ku ke tempat Tamawijaya." Aku memperingatkan. Dua orang di depan itu menoleh padaku sekilas lalu mengirim sinyal mata pada Alvia yang akhirnya mengangguk setuju.

Aku mendengus tak habis pikir. Orang seperti apa Tama dan Alvia ini. Beberapa menit lalu Alvia bertingkah sangat polos, tiba-tiba dua orang berbadan besar terlihat tunduk pada gadis yang rambutnya dicat pirang ini.

"Aku benci pengkhianat. Jangan bekerja denganku kalau kamu memang lebih tunduk pada Tama, ku pikir janjimu tadi pagi hanya janji palsu."

Mata gadis itu membola, "swear, Mbak. Aku dan mereka benar-benar sepaket. Ditugaskan untuk menjaga Mbak Ninda." Pungkasnya menggebu.

"Kalau begitu, aku yang akan menggaji kamu."

"Tapi Mbak, bapak bilang..."

"Berikan ponselku." Alvia patuh, dia berikan ponselku yang kurebut dengan kesal.

"Tama memang semaunya sendiri, dia pikir aku tidak bisa mengusir mereka. Kalau hanya seorang asisten dan jajaran pengawal, aku sangat bisa menendang kalian dan mencari ganti. Mana nomernya Tama sih!" Aku mengerutu. Dengan Tama aku bisa berlaku menyimpang biasanya diriku, seperti sekarang ini.

Eh! Mataku sontak terpejam, merasa bodoh. Aku tidak punya nomor Tama, aku ingat kartu namanya ku lempar ke tempat sampah.

Alvia menatapku tegang, supir dan seseorang yang duduk di depan sepertinya juga tengah menunggu aku membuka suara.

"Kalau kamu setuju dengan mauku, kamu boleh ikut aku. Kalau kamu masih dibayar Tama, maka sana ikut Tama kemana-mana."

"Baik." Jawab supir yang kemudian mendapat pelototan dari Alvia dan satu orang lainnya.

Aku berdecak, "Kalian berdua, aku tidak butuh pengawal, bodyguard, satpam, hansip, atau apalah...!"

Salah seorang menyela, "tapi Non, Pak Tam ~"

"Antar aku pulang! Ke rumahku, cepet balik arah." Tegas aku menginginkan mobil ini berbalik arah. Memangnya mereka mau membawa ku ke mana.

Ku sebutkan alamat ku, daerah perbatasan dengan provinsi sebelah. Lingkungan yang masih asri dan tenang  membuat aku betah tinggal di sana. Pemilik tubuh asli membelinya dari sebuah iklan media sosial yang dipasang agen jual beli rumah. Keesokan harinya setelah cek kondisi rumah, Ninda bersedia mentranfer DP dan bulan berikutnya setelah mendapat sertifikat atas namanya, Ninda melunasinya dengan bahagia.

Terpampang rekaman bagai video dalam mataku. Bagaimana bahagianya Ninda bisa keluar dari rumah besar Malik Mawardi, ayahnya. Setelah sekian tahun Ninda menderita kekurangan ekonomi dengan ibunya, berganti penderitaan sekian tahun lagi dengan ibu dan saudara tiri yang memusuhinya.  Memanggilnya anak haram, anak sial, dan banyak sebutan lain yang menyakitkan.

Dulu saat Surya Mawardi kakeknya masih hidup, Ninda masih memiliki pelindung. Setelah sang kakek pergi, Ninda menjadi bulan-bulanan. Malik yang jarang di rumah, hanya menyuruhnya mengalah dan memaklumi perilaku istri dan anaknya yang lain itu.

Di semester satu, Ninda bertemu kakak tingkat beda jurusan bernama Banyu Indraningrat. Kala itu Banyu berhasil memikat hati Ninda karena perangainya yang lembut dan perhatian. Namun, tak ada jalan bertemu bagi keduanya.

Awal semester tujuh kegiatan magang dimulai. Awalnya pemilik tubuh asli merasa beruntung karena pengajuan tempat magang yang adalah tempat kerja paruh waktunya di acc dosen. Itu adalah di salah satu hotel milik Indraningrat di pusat kota.

Pada kesempatan itu lah Ninda bertemu kembali dengan kakak angkatan yang telah berubah jadi pebisnis muda. Bak gayung bersambut, Banyu merasakan cinta yang sama pada Ninda. Mereka makin dekat tak terpisahkan hingga hubungan manis itu terendus pihak keluarga Indraningrat.

Sebulan dua bulan, kisah itu bertahan diatas puting beliung yang dihembuskan keluarga Banyu. Atas nama cinta suci, Ninda bertahan. Tak peduli bagaimana cara mamanya Banyu menghargainya ratusan juta agar meninggalkan putranya. Bagaimana bulian kakak perempuan Banyu bersama kakak iparnya yang mempermalukan Ninda di depan para petinggi kantor. Cinta Ninda selalu besar untuk Banyu.

Siang itu, dengan sedikit raut mengiba, Banyu membuat Ninda datang ke acara keluarga pria itu. Sejak awal harusnya Ninda curiga. Bagaimana Banyu bilang, keluarganya akan mencoba menghargai Ninda sebagai pacar Banyu jika mau datang. Bagaimana kakak perempuan Banyu mengirimkan gaun malam yang Ninda tahu harganya jutaan ke mejanya agar dipakai saat acara hanya untuk dipermalukan lagi.

Malam itu, seorang perempuan datang dengan megah dan elegan, bernama Arini. Ninda tidak bodoh ketika melihat sambutan keluarga Banyu yang penuh penerimaan pada gadis itu. Dengan terang-terangan membicarakan masa kecilnya dengan Banyu yang selalu ditanggapi si gadis dengan pipi blusing.

Malam itu tidak berakhir mudah. Saat acara selesai sudah pukul 10 malam. Banyu membawa Ninda bertemu mama dan seluruh keluarga besarnya di salah satu ruangan, termasuk Arini.

"Ma..."

"Eh, Nyu." Mama Banyu memasang wajah masam ketika melihat Ninda.

"Kamu sudah bertemu Arini tadi, kan? Maaf ya Nin, mumpung kamu di sini juga. Arini ini dari keluarga yang jelas bibit, bebet, dan bobotnya. Mama Arini seorang Dosen. Papanya seorang pengusaha tambang sukses."

Ninda tak ingin memandang wajah mama Banyu, cukup Banyu di sisinya, Ninda masih akan baik-baik saja.

"Mereka menikah secara sah, jadi Arini dilahirkan di bawah hukum agama dan negara yang kuat. Keluarga kita ini Nyu, bukan keluarga sembarangan yang bakal seenaknya cari jodoh. Kamu mau suatu saat orang lain akan menemukan celah untuk menindas kamu, hanya karena seorang wanita di sisimu yang tidak kompeten. Sementara keluarga pasanganmu tidak bisa mendukung sama sekali."

Anggota keluarga lain menatapku bagai aku ini terdakwa. Ninda bahkan tidak merasa perlu melihat pada Arini, tqkut mentalnya makin down. Air mata Ninda telah menggenang, hanya ditahan demi harga diri yang menipis.

"Memangnya apa yang bisa kamu andalkan dari keluarga yang bangkrut dan latar belakang ibu kupu-kupu malam seperti itu, Nak? Mama juga mendengar ibunya terkena penyakit kelamin, sampai dirawat di rsj. Pertimbangkan keturunanmu kelak  Nyu." Mama banyu melotot, nada tegas tak terbantahkan.

"Lalu kamu masih memaksa putraku untuk terus di sampingmu, Ninda?"

"Ternyata etika orang kaya belum tentu terdidik juga ya?"

"Apa!" Mama Arini berteriak.

"Ninda!" Desis Banyu, "tahan emosimu."

"Aku sudah bertahan dengan semua perlakuan mereka, Nyu. Aku selalu mengatakan padamu bagaimana, kan?"

"Bahkan baju yang ku pakai yang dia antar sendiri ke mejaku siang tadi adalah barang bekas dari kakakmu, yang dengan bangga dia katakan pada semua orang di pesta aku ini suka memungut baju bekasnya." Ninda melepas genggaman tangan Banyu, sakitnya sudah sampai ujung.

"Keterlaluan kalau kamu tak membelaku, Nyu. Sudah ku jelaskan pada anda berkali-kali nyonya, ibuku bukan kupu-kupu malam. Ibuku hanya depresi karena pria yang memperkosanya datang hendak membawa putrinya. Ibuku meninggal karena kanker rahim. Kalau anda masih terus menyebut ibuku demikian, anda memang dungu."

"Ninda!" Banyu menyeret Ninda keluar dengan kasar. Tak lagi Ninda lihat bagaimana ekspresi keluarga Indraningrat. Karena Ninda dan Banyu sibuk bertengkar sepanjang malam.

Eh, aku menangis hanya karena mengingat kisah Ninda asli? Ku usap pipiku yang basah. Kisah Ninda mirip sekali seperti kisah-kisahku di kehidupan yang lalu. Kalau kekasih tidak diambil orang, berarti diambil kematian.

Sekali lagi aku berjanji pada pemilik tubuh asli, 'akan ku balas Banyu dan keluarganya agar kau tenang, Ninda'.



Si Tama kagak muncul Mak?

Iye, die lagi sibuk ngatur siasat biar Ninda mau same die 😆

Continue Reading

You'll Also Like

485K 35.1K 35
Shanum Agnia Sudrajat, 24 tahun. Bersahabat dengan teman yang berkecimpung di dunia showbiz mau tidak mau membuatnya kecipratan juga. Walau tidak dib...
150K 17.6K 25
"Abian, saya enggak bisa masak." "Jangan bohong." "Saya enggak bisa cuci piring." "Memang kamu enggak punya tangan?" "Saya pemalas, jorok, dan engg...
1.6M 231K 45
Semua terlihat sempurna di kehidupan Maudy, seorang aktris papan atas yang juga dikenal sebagai kekasih Ragil, aktor tampan yang namanya melejit berk...
1.3M 101K 55
Meta memutuskan pulang kampung untuk menemani orang tua ketika mendengar bahwa sang adik harus merantau karena kuliahnya, namun seperti dugaannya, ke...