EGO [DISCONTINUED]

By ribiriyeon

3.8K 593 61

THIS IS BL FANFIC Muzan x Tanjiro Muzan membunuh hanya untuk bersenang-senang, sampai pada akhirnya Ia bertem... More

Salju Yang Dingin
Sedikit Kekacauan
Bertemu Dengan
Sedikit Belas Kasih
Pengawal dan Masa Lalu

Laba-laba dan Mimpi

480 82 5
By ribiriyeon

“Ini benar akan baik saja?"

Sedikitnya, Rui jengah mendengar kalimat itu. Tanjiro melemparkan kalimat itu berkali-kali, seakan tak yakin dengan kemampuan Rui yang mumpuni. Karenanya Ia kesal.

“Cobalah untuk percaya, Kakak.”

Raut khawatir Tanjiro tampak makin menjadi. “Aku takut Kau terluka Rui.”

Rui mendekati Sang Kakak, “Jika sesuatu seperti ini dapat membuatku terluka, artinya Aku tidak pantas untuk berada di sampingmu.” Ia bersungut.

Tanjiro panik, Ia berdiri dan berjalan cepat, memposisikan diri di depan Rui. Ia cemas,

“Siapa yang bilang begitu? Rui, dengar. Aku tidak butuh pengakuan orang lain. Aku menaruhmu di sisiku karena Kau ku anggap sebagai adik.” Jelasnya.

Rui memalingkan wajahnya. Hati kecil itu berdesir, “Jika Kakak tidak memperbolehkan ku untuk ikut, Aku akan pergi.” Ucapnya final.
Rui meninggalkan Tanjiro sendiri, dan Tanjiro semakin panik ketika mendengar pernyataan dari sang adik.
...



“Begitulah, Nakime...” Ia menghela napas berat

“Ku pikir, itu adalah ide yang bagus.” Nakime menentang pemikiran Tanjiro.

“Huh?” Jelas Tanjiro bingung. Nakime tersenyum,

“Tanjiro-sama, ini adalah ajang yang tepat bagi Rui untuk mengukur sejauh mana kemampuannya.”

Tanjiro memasang raut nelangsa, “Tapi tetap saja Aku cemas, Nakime.”

“Apakah Tanjiro-sama menganggap Rui sebagai seorang adik?” Nakime bertanya, mengundang anggukan dari Pemuda yang jauh lebih muda.

“Ya, tentu saja! Rui itu adikku. Aku takut Ia kenapa-kenapa...”

   Nakime terkekeh, Ia memetik biwa, mendekatkan diri kepada Tanjiro. Selanjutnya, Ia mengelus rambut merah marun itu. Tangannya membawa Tanjiro untuk jatuh dalam dekapan Nakime. Tanjiro tidak menolak, Ia merasa... Nyaman.

“Tidak apa, Tanjiro-sama. Hal itu wajar. Sangat wajar jika Kita khawatir dengan orang yang Kita sayangi. Tapi, Kita tidak boleh membatasi ruang gerak mereka. Karena mereka ingin tumbuh dan akan. Dalam perjalanan itu, mungkin saja Rui akan bertemu dengan teman baru. Apakah Tanjiro-sama tidak ingin melihat senyum Rui?” Nakime menjelaskan itu dengan perlahan, buat Tanjiro jadi tercenung.

“Ya, Kurasa Kamu benar, Nakime.”
Tanjiro terlelap disana
...


“Semua sudah berkumpul, Muzan-sama.”

Suara Nakime yang menguar tanpa wujud itu menjadi momok mengerikan bagi para lower Moon. Mereka semua berdiri dengan gemetaran. Sementara Rui datang dari salah satu bilik yang ada.

“Lihat, bukankah itu si laba-laba?”

Semua yang ada disana melihat ke arah Rui, Mereka tersenyum remeh. “Bukankah seharusnya Dia sudah mati? Bagaimana bisa Ia masih hidup...”

“Dia mungkin mengorbankan keluarga bonekanya.” Salah satu dari Mereka menyulut api.

   Sungguh, Rui tidak peduli. Dia masuk, membaur di antara beberapa kerumunan itu. Yang di benaknya saat ini hanyalah Tanjiro seorang. Ya, hanya Tanjiro—

“Kau sudah dengar? Katanya  Kita memiliki iblis Upper Moon Zero!”

“Benarkah, apa Beliau hebat?”

Seseorang tertawa, “Tidak. Dia seperti itu karena Dia itu mainan para Upper Moon”

   Rui menebas kepalanya. Ia marah, sungguh marah. Bagaimana bisa iblis rendahan seperti itu berani merendahkan sosok Kakak yang amat sangat Ia sayangi.

“Ada lagi? Apa kalian semua mau dibunuh?”

Cekam, semua iblis bergetar ketakutan. Melihat hal itu Rui kembali berujar,

“Jangan pernah berbicara yang tidak-tidak tentang Beliau. Karena, siapa pun Kalian, akan ku penggal jika berbicara tentang Beliau.”
Yang ada disana serempak menunduk, bersimpuh diatas tatami yang entah kenapa terasa sangat dingin.

“Maafkan Saya, Rui. Sa—Saya tahu jika Kami semua bersalah...” Ia gagap.
Rui baru akan menjawab, sebelum pintu itu bergeser. Menampakkan pemuda dengan paras manis. Pemuda itu tersenyum, Ia menggaruk kepalanya meski tak gatal.

“Wah... Kalian semua sudah berkumpul. Apakah Kalian menunggu lama?”

“Enmu...”

Yang dipanggil tersenyum lebar, “Lama tak jumpa, Rui.”


...


Muzan datang dalam diam. Rui dan Enmu adalah orang yang pertama kali menyadari hal tersebut. Mereka bersimpuh, lalu para iblis yang lain melakukan hal serupa. Muzan menatap Mereka satu persatu, Ia tersenyum sesaat–bengis.

“Apa kalian tahu, kenapa Aku mengumpulkan Kalian disini?”
Mereka diam.

“Ya, benar. Untuk membunuh para pilar.” Ia menjawab sendiri.

“Aku menugaskan Kalian untuk membunuh para pilar. Yang dapat membunuh satu, Akan mendapat hadiah.”

Sosok iblis yang tak Rui kenal mendongakkan kepala, “Apakah itu darah dari Muzan-sama?”

Muzan terkekeh, “Tidak.” Jawabnya.
Sang Iblis itu terlihat sedih,

“Tapi hadiah ini tak kalah bagus dengan seteguk darahku.”

“Apa itu, Muzan-sama...”

‘’Salah satu kursi baru untuk Upper Moon class.”


...


“Jadi, Enmu, kenapa Kau mengikutiku.”

Enmu tersenyum, Ia mensejajarkan langkah dengan Rui. “Aku pikir, Kamu pasti punya mangsa yang bagus.”

Rui memasang wajah tak percaya, “Aku bahkan tidak tahu dimana keberadaan para pilar!”

Sargahan itu membuat Enmu terkikik, “Yah... Itu tak apa. Kita akan mencarinya bersama.”

“Terserah Kau saja.” Rui berjalan mendahului.

   Mereka berdua pindah, dari satu desa ke desa lain. Dari satu bukit ke bukit lain. Mereka terus berjalan di antara malam yang panjang. Sampai akhirnya, mereka menemukan hal yang luar biasa.

“Menurutmu, akan bagus jika Kita membuat kekacauan Kan?” Itu Enmu yang berbicara. Rui menyeringai, menganggukkan kepala dengan santai.

   Api melahap segala bangunan. Beberapa orang terbunuh karena kelalaian sendiri. Beberapa lagi berlari mencari keselamatan diri. Enmu berjalan di tengah kota yang terbakar itu, Ia tersenyum kala melihat anak kecil yang menangis keras.

“Halo...” Ia menyapa. Anak kecil itu menatap Enmu dengan raut takut.

“Jangan khawatir, ini hanya [Mimpi]” sambungnya.

Anak itu tergeletak di tanah kotor, Enmu bersemi, Ia merentangkan tangannya lebar.

“MIMPI”

   Dari tubuh anak itu tumbuh pohon yang menyerupai daging dengan banyak mata. Sesuatu bergerak di tanah, pertanda jika akar pohon itu akan terus berjalan. Mencari mangsa yang siap mati untuk mimpi singkat. Ia bersuka cita, kala melihat banyak orang yang mati.

“Ah... Ini malam yang sangat indah!” Ia memekik senang.

   Sementara Rui di satu sisi masih berjalan. Ia menyusuri jalan setapak yang entah mengarah kemana. Pandangan Rui tertuju pada pemandian air panas. Ia mendekat, berpikir jika Tanjiro pasti akan suka ini.

“Getaran Cinta Pertama! “

   Sebuah tebasan hampir saja membelah tubuh Rui. Syukurnya pada detik terakhir, Rui masih sempat menghindar. Ia menatap nyalang wanita dengan kimono motif bunga itu. Wanita itu menatapnya balik,

“Kenapa ada iblis disini?” Ia bermonolog.

“Kau tidak perlu tahu.”

   Rui menguntai benangnya, sementara wanita itu menghindar dengan cekatan. Rui sadar, ada yang aneh dengan gerakan wanita itu.

“Hm... Serangannya tidak begitu kuat, tapi menyebalkan.” Wanita itu kembali bermonolog.

   Ia melompat, mencari keseimbangan di ranting pohon. Menumpukan kekuatan pada bagian kaki, Ia memasang kuda-kuda dan melompat,

“Lovely Kitty Shower!” Ia berayun, sementara Rui mundur beberapa langkah.

“Setelah dilihat kembali, kurasa Aku sedikit beruntung!”

Rui mengernyit tak paham, “Apa maksudmu.”

“Ini suatu kehormatan, untuk membunuh iblis lower Moon. Maksudku, jika Aku membunuh iblis seperti kalian, maka ketika upper moon mati, tak akan ada yang mengganti. Uhm... Kau mengerti?”

Rui terbahak mendengar hal itu. “Kau mengatakan hal yang aneh.”

   Ia membuka serangan, benang-benang itu terbang di udara—tanpa arah. Kanroji menatap Takjub, Ia terperangah.

“Itu benar-benar indah!”

   Bahkan bagi Kanroji ini adalah malam yang indah. Benang-benang itu seperti mengajaknya menari, melewati batas wajar yang seharusnya Ia sadari. Tapi Ia lupa jika tubuhnya juga butuh istirahat.
Kanroji tersandung.

“Kau, terlalu lemah...” Ucap Rui kecewa.

   Yang dihina marah, Ia melajukan tubuhnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Benang itu berubah menjadi kuning. Pada satu titik, Rui hanya ingin membunuh wanita itu dengan singkat.

“Kau pikir Aku selemah itu?” muka Kanroji merah padam,

“Pernapasan Cinta, teknik ke-lima. Kuku Berantakan!”

   Kali ini, Rui tak sempat mundur. Tubuhnya terkena pedang aneh yang meliuk itu. Luka terbuka dari bagian abdomen bawah sampai bahunya. Ia terbatuk darah, dan ambruk.

Kanroji merasa bersalah, “Ah... Maafkan Aku—tapi Kamu harus mati.” Ia mengayunkan pedangnya.

“[Mimpi]”

Bagi Kanroji, kesedihan terbesarnya adalah...


















“Menikah lah denganku, Kanroji Mitsuri.”

   Gadis itu terpana, pipinya dihiasi rona semu. Cantik. Tak ada jawaban beberapa detik ini. Sang pihak pria gugup, Sang gadis apalagi. Mereka diam dalam euforia cinta.

“A—Aku...” Kanroji tak sanggup untuk menjawab. Lantas Ia memilih untuk menganggukkan kepala. Tanda bahwa Ia menerima lamaran dari Pemuda itu.

   Dingin. Suasana itu membuat Kanroji merasa tidak nyaman. Ia mendongakkan kepala, menatap wajah dari Pria yang baru saja melamarnya.

“Wanita menjijikkan.”
Ia terjatuh.

“T—tidak...”

“Kau menyembunyikan fakta jika tubuhmu mempunyai kekuatan seperti Pria? Kau monster!”

“Dengarkan Aku dulu!” Kanroji menjerit fustasi

   Tanah itu bergoyang, entah sejak kapan banyak suara tawaran menggema. Mereka mengejeknya, mengejek Kanroji yang seperti monster.

“Mitsuri...” Seseorang memanggilnya.
Meleburkan gema caci yang terdengar. Semua diam dalam keheningan. Kanroji Mitsuri, gadis itu menoleh. Diantara hening dan gelap Ia temukan cahaya—Obanai Iguro.

“Iguro... Apa yang Kamu lakukan disini?” Ia menatap bingung.

  Yang ditanya mendekat, mencoba beri ketenangan dalam tiap-tiap ketakutan yang meluap.

“Aku mencarimu” Jawabnya singkat.

   Mitsuri sungguh tak percaya, Ia menatap nyalang. Pancaran ketakutan itu semakin menjadi,
“Jangan mendekat!” sentaknya.

   Namun Obanai keras. Ia tetap berjalan mendekati Mitsuri. Lalu pada saat Ia berada didepannya, Ia bersimpuh. Tangan Mitsuri di genggam, Ia beri afeksi, lalu sebarkan hangat diri.

“Aku mencintaimu Mitsuri...”

  Netra Mitsuri berkilat, “Tapi Aku ini tak lebih dari monster.” Cicitnya.

Obanai menggeleng kecil, “Itu tidak benar. Kamu adalah dirimu, bukan monster. Tapi Mitsuri, bahkan jika Kamu tak ingin menerima fakta itu, maka itu tak apa. Sebab ada Aku yang selalu disini. Aku akan menemanimu.”

   Genangan air tumpah dari mata Mitsuri, Ia mengangguk paham. Sementara Obanai bangkit, mengambil Mitsuri dalam dekapannya. Ia tersenyum sendu,

“Mitsuri, nanti, dikehidupan selanjutnya, mari mari Kita hidup bahagia bersama.”

PATS!

   Mitsuri menatap kearah sekelilingnya. Entah sejak kapan Ia melihat bulan dengan terbalik. Di sana, Ia melihat dua iblis yang juga menatap kearahnya. Kepala Mitsuri berdengung seperti akan pecah. Ia bahkan tak bisa lagi bernapas.
Di detik akhir saat pandangannya memburam, Ia melihatnya. Tubuh Mitsuri dan benang berwarna merah darah. Dan disitu Ia paham.
Ia kalah, mati terpenggal.


Maaf, Iguro.’


Continue Reading

You'll Also Like

85.6K 5.9K 26
"MOMMY?!!" "HEH! COWOK TULEN GINI DIPANGGIL MOMMY! ENAK AJA!" "MOMMY!" "OM!! INI ANAKNYA TOLONG DIBAWA BALIK 1YAA! MERESAHKAN BANGET!" Lapak BxB ⚠️ M...
199K 9.8K 32
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
318K 24.1K 109
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
54K 7K 44
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...