[THAT SHOULD BE ME] Hiatus

By KimJiwoo936

133 27 6

Seorang Yeoja yang ingin bekerja tetap dengan segala kegigihannya hanya menjadi seorang pegawai magang diperu... More

[FOU:r T.S.B.M]01
[FOU:r T.S.B.M]02
[FOU:r T.S.B.M]03
[FOU:r T.S.B.M]05

[FOU:r T.S.B.M]04

13 5 0
By KimJiwoo936

Hai yeoreobun🤗jumpa lagi kita dengan lanjutan ceritanya. Mohon maaf atas keterlambatannya karena beberapa hari ini sibuk. Untungnya masih ada hari minggu jadi bisa update hari ini😁Jangan lupa ramaikan ya..
Yg belum bisa move on dari My Little Wife ayo gabung juga dicerita ini.
Ada juga cerita yang akan menetas minggu depan🤓





















































Happy Reading




























































Jiwoo merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Ia tersenyum sendiri mengingat tentang pertemuannya dengan Myunsoo sang Actor terkenal saat ini. Jiwoo merogoh saku celananya dan melihat ponselnya apa ada kabar dari teman-temannya. Jiwoo menghembuskan nafasnya lemah saat membaca pesan dari Raejin juga Hyunra.

#Raejin
Jiwoo neo jinjja?padahal aku menunggu kau datang ke rumah. Apa kau baik-baik saja? Bagaimana pekerjaan barumu? Apa kau masih bekerja di tempat lamamu yang selalu menuntut mu ini dan itu. Balas pesanku jika kau melihatnya😉

Aku masih tetap bekerja disana. Aku baik-baik saja Raejin, kau semangatlah bekerja aku pun tidak tahu sampai kapan akan bekerja disana...

Send..Raejin...


#Hyunra
Jiwoo yaa..neo gwaenchana? Seharian ini kau tidak nampak dalam obrolan group. Jangan khawatirkan apapun, aku akan membantumu mencari pekerjaan yang benar-benar layak dan tepat untukmu. Himne chingguya!!😜
(Semangat teman!!!).

Aku baik-baik saja Hyunra, terimakasih untuk bantuanmu itu. Aku tidak ada dalam obrolan group karena kedua adik kembarku mengunjungiku. Mereka mengajak berjalan-jalan denganku. Maka dari itu aku tidak membalas obrolan group kalian...

Send..Hyunra...


Jiwoo mengupload hasil foto bersama kedua adik kembarnya. Untuk pertama kalinya ia membuat akun media sosial dengan inisial nama kjw_jj!. Tidak lupa ia mengikuti kedua adik kembarnya serta mengikuti beberapa orang lainnya termasuk kedua temannya.

Ting!

+26278×××××××

Jiwoo🤗aku myungsoo,aku menyimpan nomormu.

Jiwoo terkejut jika Myunsoo benar-benar mengirim pesan padanya. Jiwoo jadi salah tingkah apa yang harus ia balas. Uhh bisa kalian bayangkan sendiri jika salah satu yang kalian idolakan mengirim pesan. Bagaimana tidak bahagia serta serasa jika seisi dunia ini hanya dia dan idol nya saja..yang lain hanyalah kontrak belaka.

Ahh..ne gomawo-yeo myungsoo ssi. Aku sudah menyimpan nomormu. Uhh apa aku bermimpi jika idol yang aku sukai benar-benar mengirim pesan padaku😶Ahh maaf jika pesanku melantur seperti ini😅

Send..Myungsoo...

#Myungsoo
Kau tidak bermimpi jiwoo yaa, ini benar-benar aku. Semoga bisa bertemu lagi dengan mu, cantik😀.

Jiwoo membelalak kedua matanya saat balasan dari Myungsoo begitu cepat serta kata akhirannya. Pipi Jiwoo bersemu dan jika ia berkaca pasti merah sekali bukan? Oh demi apapun Jiwoo ingin sekali berteriak tapi ini malam hari bagaimana jika para tetangga memarahinya.

Ne myungsoo ssi...

Send..Myungsoo...

#Myungsoo
Baiklah selamat beristirahat, Good night jiwoo yaa..

Ne, Selamat malam myungsoo ssi.

Send..Myungsoo..

Tidak ada pembicaraan lagi Jiwoo bergegas mandi untuk segera tidur. Besok akan menjadi haro terlelah untuknya. Jiwoo harus bersiap sangat pagi ia akan datang ke pekerjaanya..







































○○○●●○○○


















































Paginya, Jiwoo benar-benar terlambat dan berakhir ia di pecat. Ini semua salahnya juga, kenapa juga ia harus terlambat tidak seperti biasanya. Jiwoo berjalan sambil sesekali ia menendang angin dengan semua kebodohannya. Jiwoo tidak tahu harus bekerja dimana lagi. Seoul yang begitu cerah nan indah tak meloloskan dirinya untuk bekerja di tempat yang benar-benar ia inginkan serta memuaskan juga.



Dddrrrtttttttt......ddrrrtttttttttt....

Jiwoo membuka tas kecilnya itu lalu melihat siapa yang menghubunginya.

"Eoh Joochan ahh, wae? Apa kau tidak sekolah?". Ternyata adiknya Joochan yang menghubunginya.

(Joochan)

Sekolah noona, hanya saja hari ini ada pertandingan basket antar sekolah. Jibeom akan bertanding hari ini. Tapi, apa noona tidak bekerja? Biasanya noona sulit sekali dihubungi pada jam segini...


"Ahh noona hari ini tidak bekerja, libur. Maaf karena saat itu noona memang sibuk Joochan ahh". Ucap Jiwoo sambil duduk di kursi halte bus yang tersedia disana.

"Ahh jadi Jibeom bertanding hari ini? Apa noona harus melihatnya juga? Pasti seru bukan?". Lanjut Jiwoo sambil berpikir untuk pergi ke Daegu.

(Joochan)
Jinjja noona akan datang kemari??? Oh ayolah noona, datanglah kemari. Apa noona sungguh melupakan Daegu? Seoul memang indah tapi Daegu pun tak kalah indah juga noona...



"Begitukah?". Saat itu juga bus tujuan ke rumahnya datang. Jika ia datang ke Daegu ia harus memesan tiket untuk naik kereta. Mungkin butuh waktu 3jam lebih jika ia pergi ke Daegu hari ini.


(Joochan)
Noona??? Kenapa diam saja? Apa noona baik-baik saja?...




"Ya? Noona baik-baik saja, Noona akan datang kesana tapi... Noona akan melewatkan pertandingan Jibeom bukan?". Jiwoo masuk ke dalam bus untuk pulang menuju rumahnya lalu bisa pergi setelah beberapa menit yang lalu ia memesan tiket secara online untuk pergi ke Daegu.




(Joochan)
Itu tidak papa noona,yang penting noona datang kemari pasti Jibeom juga bahagia. Oh ayolah noona hemm??? Kumohon datanglah..



"Arraseo! Jangan merengek seperti itu eoh? Ya sudah Noona tutup dulu panggilannya. Oh ya, jangan lupa bantu dan semanganti Jibeom eoh?". Ucap Jiwoo sambil membenarkan kacamata minus nya yang sedikit melorot.


(Joochan)
Siap Noona! Aku tunggu,ah ya jika sudah sampai hubungi aku noona. Aku dan Jibeom akan menjemput noona...




"Baiklah, akan kuhubungi nanti jika sudah sampai". Panggilan pun terputus dan Jiwoo menghembuskan nafasnya lemah. Kali ini ia akan benar-benar bertemu dengan ibunya. Pikiran buruk selalu menghantuinya. Apa ini akan menjadi hal baik untuknya. Tapi Jiwoo berharap jika semua akan baik-baik saja.





















































○○○●●○○○









































Hari ini Seokjin diajak oleh Yoongi untuk pergi ke Daegu. Para member juga menyempatkan liburnya ini sebelum konser akan kembali lagi. Seokjin maupun Yoongi baru saja menempati tempat duduknya di kereta ini. Awalnya Yoongi ingin memesan tiket pesawat namun, Seokjin meminta untuk Yoongi agar naik kereta saja. Yoongi khawatir jika ada penggemar yang tiba-tiba menghebohkan kereta namun, Seokjin menyangkal jika itu tidak akan terjadi selagi mereka diam-diam untuk bisa masuk kereta dan aman saat sampai di Daegu.




"Semua member pulang hyeong, apa yang akan kau lakukan jika aku tidak mengajakmu? Lagi pula tidak seperti biasanya hyeong tidak pulang ke rumah". Ucap Yoongi sambil meminum kopi hangatnya.


"Kau melarangku?". Tanya balik Seokjin yang berhenti dengan aktivitas ponselnya itu.


"Ahh..tidak hyeong, aku hanya bertanya. Apa memang tidak boleh?". Jawab Yoongi sambil tersenyum canggung, karena Yoongi memang tidak terlalu dekat dengan Seokjin begitu juga dengan member yang lain. Hanya saja, ia berusaha untuk berbaur dengan para member termasuk Seokjim sebagai Kakak tertua di member BTS.



"Aku sedang malas saja. Lagi pula, aku sudah lama tidak bepergian selain menaiki pesawat. Kuharap liburan denganmu akan menyenangkan". Jawab Seokjin serta obrolan pun berakhir karena Seokjin memilih memakai earphone sama dengan Yoongi.































































●●●○○●●●

































Jiwoo akhirnya sampai di Daegu. Perasaannya mulai tidak karuan seiring langkahnya perlahan hampir sampai di rumah lamanya.Rumah masa kecilnya yang ditemani dengan hangatnya kekeluargaan pada saat itu. Kedua tangan Jiwoo meremat kuat pada tali tas yang selempangnya. Tepat saat itu, ia melihat ibunya tengah menyiram tanaman. Jiwoo melihat ibunya tersenyum sambil menyiram beberapa bunga yang mekar.





Jiwoo memilih memundurkan langkahnya lalu berbalik hingga...





"Noona mau kemana?". Joochan.






Joochan baru saja pulang dengan Jibeom setelah pertandingan di menangkan oleh tim dari sekolahnya sendiri. Joochan khawatir pada Jiwoo karena sudah 3jam lebih tidak ada jawaban jika Kakaknya itu telah sampai di Daegu. Maka ia bergegas menarik tangan Jibeom untuk segera pulang karena sekolah pun membebaskan siapapun pulang jika ada beberapa pertandingan atau pun hal lainnya.





Benar dugaan Joochan, jika Kakaknya itu nampak mematung sambil melihat kearah halaman ruman dimana ibunya tengah menyiram tanaman. Jibeom hendak memanggil namun Joochan dengan cepat menghentikkannya.




"Tunggu hyeong, aku ingin melihat apa Noona memang baik-baik saja". Jibeom hanya berkedip selagi Joochan berbicara tidak seperti biasanya.




Sedangkan saat ini Jiwoo gelagapan untuk menjawab pertanyaan dari Joochan. Jiwoo menarik nafas lalu membuangya perlahan.



"A-ani..noona pikir untuk pergi ke sekolah mu dulu..ya begitulah". Jawab Jiwoo gugup jika ia sedang berbohong.




"Geotjimal". Ucap Joochan menatap Jiwoo lurus dengan raut kesedihan juga.
(Bohong).




"Aniya..geotjimal anijanayeo, Joochan ahh". Jiwoo mencoba meyakinkan namun Joochan tahu jika Noona nya ini berbohong.
(Tidak..aku tidak berbohong).



"Eomma! Woo noona ada disini". Joochan tiba-tiba berteriak seperti itu membuat Jiwoo semakin gugup.




"Noona, ijen geumanhae eum? Naega geojeonghaeseo". Kali ini Jibeom yang berbicara sambil meyakinkan.
(Berhentilah, aku sangat khawatir padamu noona).


"Jinjja? Tunggu sebentar eomma mematikan keran dulu". Jiwoo yang mendengar suara ibunya setelah bertahun tahun kini ia berani dengan menunjukkan dirinya.





"Ommo sesange! Ji-jiwoo yaa.. putriku". Jiwoo menahan agar air matanya tidak jatuh namun dengan cepat Ny.Yoon menghambur memeluk putrinya yang teramat ia rindukkan.




Joochan tersenyum bahagia melihat Jiwoo bersama dengan ibunya. Jibeom hanya menghela nafas, setelah kemarin bertemu dan berharap jika Kakak perempuannya ini mau untuk pergi ke Daegu dan bertemu dengan ibunya.



Kedua tangan Jiwoo merasa kaku untuk membalas pelukan dari ibunya. Jiwoo menangis tanpa suara sedangkan ibunya berkali-kali berterimakasih pada Tuhan karena rahmat yang amat ia inginkan terkabul.





"Kenapa tubuhmu kecil sekali? Apa makan mu teratur? Lalu bagaimana dengan tidurmu? Kau selalu beristirahat bukan?". Jiwoo hanya menangis saat pandangannya bertemu dengan sosok ibunya. Jiwoo sangat rindu akan pertanyaan serta rasa sayang dari ibunya. Hanya saja ia malu karena tidak bisa menjadi anak satu-satunya sekaligus kakak terbaik untuk kedua adik kembarnya. Hanya menjadi beban saja dan itu sangat menyakitkan bagi Jiwoo.




"Eo-eomma hiks...". Jiwoo bahkan sulit untuk mengutarakan kata-kata yang teramat panjang yang saat ini menjelajahi isi otaknya.




"Ya sayang...kenapa kau tidak pernah pulang? Apa sesuatu terjadi disana? Maaf,eomma tidak bisa datang karena eomma harus bekerja. Pekerjaan eomma menuntut untuk terus bekerja. Kuharap kamu mengerti putriku". Penjelasan dari ibunya membuat Jiwoo nyaris sesak dihatinya. Jiwoo masih ingat ketika ibunya mengirim uang pada rekeningnya.





"Apa eomma membenciku?". Tanya Jiwoo dengan satu kali tarikan nafas.





"Apa yang kamu bicarakan nak, eomma tidak pernah membencimu. Ayo masuk, cuacanya mendung pasti akan turun hujan. Jibeom, Joochan cepat masuk kita bicara didalam". Jibeom maupun Joochan menurut dan masuk kedalam rumah.





Ibunya dengan tenang merangkul pundaknya untuk masuk kedalam rumah. Hal pertama yang Jiwoo lihat semua tidak ada perubahan baik bagian luar maupun dalam rumah masih tetap sama sejak ia pergi untuk bekerja di Seoul, sebagai alasan bahwa dulu ia muak sekali dengan ibunya.




"Duduklah nak, eomma akan mengambilkan air untukmu".




"Aniya eomma. Biar Jibeom saja, eomma duduk dan berbicaralah dengan Jiwoo noona".




"Begitukah? Eomma minta tolong padamu Jibeom ahh..".





"Eum, tidak papa". Jibeom pergi ke dapur untuk mengambil segelas air. Sedangkan Joochan memilih duduk di samping Jiwoo.




"Kau baik-baik saja kan nak?". Sekali lagi Jiwoo kembali menangis mendengar pertanyaan ibunya yang teramat lembut dan manis. Bahkan ia baru merasakan kembali tangan ibunya yang mengelus lembut rambutnya.





"Eomma jujur saja hiks...". Jiwoo tertahan karena dadanya terasa sesak jika memandang wajah ibunya yang semakin menua.




"Naega, an-gwaenchana... nan eomma hiks..bogosipheo hiks.. mianhae hiks.. mianhae eomma hiks.. Jiwoo mianhae". Dengan cepat Ny.Yoon memeluk putrinya serta menenangkan putrinya itu. Joochan bahkan merasakan sakitnya. Mungkin penantian tak semulus yang dipikirkan namun, selagi ada kesempatan penantian itu masih tetap ada bukan. Joochan mengambil air yang dibawa oleh Jibeom dari dapur.
(Aku tidak baik-baik saja..ibu aku..merindukkanmu..maafkan jiwoo).




"Jika kamu tidak baik-baik saja kenapa kamu tidak pernah pulang nak? Eomma selalu menunggu kedatanganmu. Maafkan eomma karena masalalu membuatmu begitu benci pada eomma". Jiwoo dengan cepat menggelengkan kepalanya serta melepas pelukan dari ibunya perlahan.





"Tidak eomma, ini bukan kesalahan eomma. Ini adalah hal egois diriku hiks..maafkan aku". Ny.Yoon mengusap air mata Jiwoo serta memberikan senyuman. Mengambil air yang ada pada Joochan.




"Minumlah, kau adalah putri eomma. Begitu juga Jibeom dan Joochan. Kalian hal berharga dan paling berharga dari apapun". Jibeom duduk di samping ibunya dan memeluk ibunya. Joochan melakukan hal sama, memeluk Jiwoo memberikan afeksi kehangatan keluarga.





"Eomma mohon padamu, jika ada masalah pulanglah nak. Pintu rumah eomma selalu terbuka untukmu". Jiwoo hanya mengangguk dan menangis keras. Jibeom bahkan baru tahu jika noona nya serapuh ini. Joochan pun sama jika noona yang selalu memanjakannya teramat memendam banyak luka.




Setelah tangis sekarang mereka nampak tertawa bahagia. Jiwoo bahkan tak henti tertawa dengan tingkah Joochan yang konyol serta Jibeom yang merasa risih karena Jibeom memandang Joochan seakan ia anggap gila. Hujan di sore hari menemani kehangatan keluarga kecil yang hampir runtuh kembali utuh lagi.




"Wah..sudah lama aku tidak merasakan hujan di Daegu". Ucap Jiwoo yang melihat dari balik kaca jendela yang terbuka.




"Mau hujan-hujanan noona?". Tawar Joochan.




"Jangan noona! Nanti noona sakit". Larang Jibeom dan Joochan mendelik tidak suka.




"Apa?!". Tanya Jibeom merasa ada hal aneh dengan lirikan Joochan.




"Jangan bertengkar. Kajja Joochan ahh!!". Jiwoo menarik tangan Joochan untuk keluar dari dalam rumah. Sedangkan Jibeom berkedip tidak percaya jika Jiwoo main hujan-hujanan bersama Joochan.




"Eomma, bagaimana jika Jiwoo noona sakit". Keluh Jibeom pada ibunya.




"Kau yang paling sensitif sekali disini Jibeom ahh.. tidak papa, Noona mu itu sudah terbiasa. Bahkan saat kalian masih sekolah, saat itu hujan dan Noona mu yang menjemput kalian. Hujan begitu lebat tapi Noona mu hanya membawa satu payung dan itu untuk kalian berdua. Jadi jangan khawatir eoh?". Jibeom hanya mengangguk mengerti. Dan kembali melihat Jiwoo yang bahagia dengan Joochan. Jibeom tersenyum jika masalah ini terselesaikan.










Sedangkan di sebrang sana tidak jauh, Seokjin memandang familiar rumah yang berhadapan dengan Yoongi. Ya, jika harus tahu jarak rumah Yoongi dan Jiwoo sebenarnya hanya beberapa kilo meter saja. Karena di depan halaman Yoongi terdapat jalanan mati namun hanya beberapa para pengendara seperti hanya muat untuk satu mobil saja. Disini yang membuat Seokjin familiar,seakan sesuatu pernah terjadi. Dan Seokjin tidak tahu kapan dan apa yang sudah terjadi disini.





"Hyeong apa yang kau lihat?". Seokjin tersadar karena Yoongi memanggilnya. Yoongi memberikan segelas teh hangat untuk Seokjin.




"Tidak ada. Hanya melihat mereka yang sedang hujan-hujanan, bukan kah gila? Orang lain ketika hujan berada di dalam rumah tapi mereka malah diluar rumah". Yoongi melihat arah pandangan Seokjin, mereka yang disebut Seokjin adalah Jiwoo dan Joochan.




"Mereka lucu hyeong". Seokjin mengangkat satu alisnya.




"Apanya yang lucu?". Seokjin kembali duduk sambil memandang dua orang yang disebut gila olehnya.




"Lucu, karena mereka memiliki kebebasan". Yoongi menjelaskan dan Seokjin hanya mengangguk sambil meminum teh hangat yang tadi Yoongi buatkan untuknya.





Tapi kenapa seakan tempat ini pernah aku kunjungi. Tapi kapan dan dengan siapa? Bukankah aneh?...Seokjin.
































































































































































Bersambung...

Update..update..update nih!!!
Maafkeun jika saya terlambat update, hehe sibuk kerja bawaan pulang pengen rebahan dan bikin cerita suka di nanti2. Tapi tenang aja bakalan update 1 minggu 1 kali oke. Barengan sama new story yang baru saja gue publish (Perfect Antagonist Love).
Jangan lupa tinggalkan jejaknya☆dan komen bila ada kata2 yang kurang atau salah..biar di prediksi lagi..love you😗

Continue Reading

You'll Also Like

268K 22.9K 34
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
105K 4.8K 24
[ 18+ Mature Content ] Gerald Adiswara diam diam mencintai anak dari istri barunya, Fazzala Berliano. Katherine Binerva mempunyai seorang anak manis...
265K 21K 100
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
93.9K 654 4
isinya jimin dan kelakuan gilanya