THEORUZ: Guarding My Love Des...

By LilyLayu

15.5M 874K 57.6K

- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gi... More

00 • Prolog and Trailer
Webtoon THEORUZ
01 • Dikeluarkan
02 • Merah Putih
03 • Pertemuan pertama
04 • Tukar tambah cireng
05 • Balapan
06 • Hades pergi
07 • Janji kecil
08 • Koma
09 • Mencuri
10 • Bagi-bagi dompet
11 • Membawa banyak makanan
12 • Pindah ke rumah Ruza
13 • Baju pangeran Arab
14 • Menstruasi
15 • Pindah ke apartemen
16 • Pertanyaan aneh
18 • Bertemu Haleya
19 • Mencuri semuanya
20 • Pipit
21 • Warisan
22 • Kakek masuk RS
Kisah kelam dibalik THEORUZ
25 • END SEASON 1
27 • Kepanasan
Part 28

17 • Makan permen

233K 31.2K 1.9K
By LilyLayu

Wajah Ruza seketika lesu saat Theo mengatakan bahwa pertumbuhannya telah berhenti. Namun menurutnya tidak seperti itu, tidak mungkin ia berhenti bertumbuh. Tapi entahlah, lihat saja nanti.

"Kalo otak kak? Gimana caranya biar puinnnnteerr?"

Theo menghela napas. Jika Ruza gabut, pertanyaan itu tidak akan ada habisnya. "Tanya google, jangan tanya gue."

Ruza langsung membuka ponselnya dan mengetik pertanyaannya di google. Sekalian pertanyaan tadi.

Kapan tubuh berhenti tumbuh?

Pertumbuhan tinggi badan biasanya berhenti ketika lempeng pertumbuhan (lempeng efifisis) di ujung tulang menutup. Penutupan ini terjadi sekitar usia 16 tahun pada wanita atau 18 tahun pada pria. Tetapi, kadang-kadang pada sebagian orang, baru menutup pada usia sekitar 20-21 tahun.

"Hah? Beneran dong yang kakak bilang, Ruza umur 15 tahunnn. Satu tahun lagi udah ga bisa tumbuhhhh. Gimana kakkkk?" tanya Ruza dengan risau sambil menggoyang-goyang lengan Theo.

Theo memutar bola matanya, merasa malas dengan Ruza. Bagaimana lagi ia menjawab pertanyaan gadis itu.

"Kakkkk gimana?"

"Makan yang banyak, olahraga."

"Kalo gitu waktu kakak ngegym Ruza ikut ya?"

"Terserah."

Perasaan Ruza sudah sedikit tenang, Ruza merasa sudah menemukan jawaban atas pertanyaannya. Lalu Ruza lanjut mengetik pertanyaan berikutnya.

"Ruza bacain ya kak, kakak kasih pendapat."

"Hmm."

Cara menjadi orang pintar?

Berteman dengan orang yang berpikir cerdas.

Istirahat yang cukup.

Banyak membaca.

Makan makanan yang berprotein.

Bermain game.

Menulis buku harian atau jurnal.

Olahraga.

Menulis dengan tangan sendiri.

"Kakak bisa ringkas nggak, caranya kebanyakan," pinta Ruza.

Theo menghentikan mobilnya sejenak, merebut ponsel Ruza. "Kalo mau pinter itu belajar yang rajinnn," ucap Theo sambil memukul pelan dahi Ruza dengan ponsel.

"Terus yang di google ini salah?"

"Hmm, kurang tepat."

"Yaudah Ruza gamau tanya google lagi. Tanya kakak aja, terpercaya."

Shittt. Kena lagi. "Kalo mau jadi pinter harus tanya dari berbagai sumber sayangkuuuuu, biar lebih terpercaya. Paham?" Theo menarik hidung Ruza, merasa gemas sekaligus kesal.

"Hahaha, kan Ruza bercanda kak. Kalo pr Ruza tanya google."

Theo kembali melajukan mobilnya tanpa memedulikan Ruza. Sudahlah, ia lelah. "Tidur sana, nanti bakal gue bangunin lo."

"Masih lama kak?"

"Bentar lagi."

"Yaudah, Ruza mau makan aja ya?"

"Hm."

Ruza mengambil roti di kantong plastik dan memakan roti itu. Mata Ruza mengamati daerah luar, suasana gelap dengan gemerlap cahaya lampu.

"Kakak mau?" tawar Ruza pada Theo.

Theo membuka mulutnya tanpa menjawab pertanyaan Ruza terlebih dahulu. Ruza yang paham maksud Theo langsung menyuapi Theo.

"Enak kan?"

Theo mengangguk-angguk. Biasa saja, seperti roti umumnya. Tapi Theo lebih memilih mengiyakan, agar cepat selesai.

"Ini kesukaan Ruza loh," ucap gadis itu sambil memakan rotinya.

Ruza terdiam sebentar.
"Eh, bukan yang ini deh. Ruza suka merek satunya. Ini yang nomor dua kesukaan."

Theo hanya menanggapi ocehan Ruza dengan anggukan. "Udah minum susu kotaknya?" tanya Theo, melirik Ruza.

Ruza menggeleng, menandakan bahwa gadis itu belum meminum susu kotak yang barusan ia beli.

"Minta satu."

"Rasa apa?"

"Terserah."

"Rasa coklat ya?"

"Iyaaaa."

Ruza mengambil susu rasa coklat dan memberikannya pada Theo. Ruza sendiri mengambil susu kotak miliknya, ikut minum susu kotak.

"Ini juga kesukaan Ruza," tunjuk Ruza.

"Lo kan suka semua yang enak," ucap Theo, terkekeh pelan.

"Nggak tuh."

Menurut Theo Ruza itu seperti mei-mei di upin ipin. Dimana setiap ada hal yang disuka selalu bilang saya suka, saya suka. Lumayan persis lah.

"Mau dipanggilin guru les?"

Ruza terdiam sejenak. Ruza ingin sekali pintar lalu sukses dan membalas semua kebaikan Theo. Namun Ruza malas belajar. Tidak adakah cara sukses tanpa belajar?

"Tapi kayak percobaan gitu ya kak, kalo Ruza ga suka yaudah, gajadi."

"Hmm."

Theo mengarahkan mobilnya memasuki basement. Mata Ruza mengamati sekitarnya. Setelah Theo memarkir mobilnya gadis itu keluar dari mobil dan langsung menurunkan kopernya.

"Koper oh koper kenapa kau berat sekali. Iyyyyyyyah." Ruza mengangkat koper itu dengan sekuat tenaganya.

"Turunin yang biasa aja. Jangan itu." Theo mengambil alih koper yang dibawa Ruza dan menurunkan koper itu. Cowok itu membawa dua koper dan satu kantong plastik. Sedangkan Ruza membawa satu koper. Mereka berdua lalu berjalan menuju apartemennya.

"Yesss, udah sampai." Ruza merentangkan tangannya dan langsung melihat-lihat kamar.

"Kamar kakak yang mana?"

"Terserah, semua sama aja."

Setelah memilih kamarnya Ruza menarik kopernya masuk dan menata barang-barang miliknya. Sementara Theo duduk di sofa sambil membuka ponselnya.

"Sekalian barang gue ya Za."

"Kan barang kakak punya kakak, masak Ruza yang nata?"

Beginilah yang ia maksud tidak bisa di suruh-suruh lagi. "Hmm."

"Yaudah deh Ruza tata. Tapi kakak masakin nasi goreng ya. Masakan kakak kan lebih enak."

"Hmm."

Theo menaruh ponselnya dan menuju ke dapur. Berkat Ruza ia jadi bisa memasak, berawal dari sedikit gosong lalu lama-lama menjadi lebih enak dari masakan Ruza. Bahkan kadang ia lebih suka masakannya sendiri dari pada beli. Namun hanya masak nasgor, selain nasgor ia tidak bisa.

Saat sampai dapur dan membuka kantong plastik yang tadi ia bawa, ia baru ingat jika ia tidak membeli bahan untuk masak. "Beli yaaa makanannya, gaada bahan."

"IYAA," jawab Ruza dengan berteriak.

Setelah selesai makan Ruza tidur di pangkuan Theo yang sedang asik bermain ponsel. "Ruza masuk SMA mana ya kak?" tanya Ruza sambil membuka bungkus coklatnya.

"Terserah kamu."

"Kalo masih di sana kan Ruza bisa masuk Merah Putih." Ruza ingin bersekolah di tempat kakaknya dan kak Theo dulu bersekolah. Ia sebenarnya tidak mau memilih SMA lain selain Merah Putih.

"Kalo mau masuk Merah Putih juga gapapa."

"Tapi kan jauh."

"Nil yang tadi kamu panggil itu juga rumahnya jauh."

Ruza memakan permennya dan membuka satu lagi, setelah dibuka Ruza mengarahkan permen itu pada mulut Theo. "Aaa," ucap Ruza, menyuapi Theo.

Theo membuka mulutnya dan memakan permen itu.

"Enakkan?"

"Iya."

Ruza tersenyum puas. "Tapi kan kakak pindah kesini biar kuliahnya deket. Terus siapa yang nganter Ruza? Masak Ruza naik motor atau mobil sendiri?"

"Terserah lo, pokoknya gue ga nganter."

Ruza terdiam dan berpikir dalam. Hanya kurang 7 bulan lagi dan ia sudah masuk SMA. Ia harus segera menentukan pilihannya.

"Ajarin Ruza naik mobil dong."

"Hari minggu, kalo gue ga sibuk." Siap-siap bertambah lagi jadwalnya.

Ruza membuka lagi permennya, sedikit bingung saat melihat permen itu. "Kok gaada rasanya," ucap Ruza, terheran.

"Apa?" tanya Theo, menatap Ruza. Cowok itu menepuk dahinya saat melihat Ruza yang memakan kondom. Ia benar-benar lelah dengan bocah itu. Ada saja kelakuannya.

"Ck." Theo mengambil barang itu dari mulut Ruza dan melemparnya tepat ke tempat sampah. Bisa-bisanya saat di kasir tadi ia memasukkan barang itu. Ia juga tidak sadar karena Ruza menunjuk sembarangan apa yang ada di kasir.

100% benar-benar tidak ada niatan membeli pengaman itu. Salah Ruza menunjuk sembarangan, ia sendiri tidak sadar.

"Kenapa dibuang?"

"Kan gaada rasanya Za," jawab Theo, sengaja menjawab seperti itu agar ia tidak perlu menjelaskan apa benda itu.

"Ada, tapi kayak ga ada gitu lo kak."

"Hmm."

"Tidur sana."

"Ini tidur."

"Tidur di kasur."

"Okkey. "

Ruza langsung berjalan menuju kamar sambil membawa beberapa coklatnya. Gadis itu tidak curiga tentang permen yang tadi di buang Theo. Karena Theo sering kali tetap bersikap tenang apapun yang terjadi. Membuat Ruza sama sekali tidak curiga dan tetap berpikir positif.

"Kondom sialan, untung Ruza mode ga banyak tanya. Kalau mode banyak tanya, gue jawab gimana?"

________
Instagram: @lilylayu.story

© THEORUZ by Lily Layu

Continue Reading

You'll Also Like

458K 22.7K 33
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
1.2M 51.9K 45
BANTU PROMOSIKAN CERITA INI YA .. 🔞🔞 Terimakasih ... "Dia Langga adik sekaligus kekasih ku " Natan "Kamu milikku dan tetap menjadi milikku " Lang...
739K 65.6K 43
Setelah kematian ibunya Rayanza yang tadinya remaja manja dan polos. Berubah menjadi sosok remaja mandiri yang mampu membiayayi setiap kebutuhan hidu...
2.9M 250K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...