AGAM [terbit]

By shasimiii

10.4M 685K 159K

Mari follow terlebih dahulu ๐Ÿ’‹ *** Leyla termangu sesaat. Sebuah pistol di todongkan tepat di keningnya. "Mas... More

AGAM - 01
AGAM - 02
AGAM - 03
AGAM - 04
AGAM - 07
AGAM - 08
AGAM - 09
AGAM - 11
AGAM - 12
AGAM - 13
AGAM - 14
AGAM - 15
AGAM - 16
AGAM - 17
AGAM - 20
AGAM - 22
AGAM - 25
AGAM - 28
AGAM - 30
AGAM - 33
AGAM - 35
AGAM - 37
VOTE COVER
Spoiler versi Novel๐Ÿ‘น
AGAM 2 ?
Part 1 udah di Up
Tutor baca di KK
Paket hemat

AGAM - 18

235K 29.5K 8K
By shasimiii

Selepas kepergian Intan, Agam kembali menatap dan bertanya pada Leyla.

"Ngapain nyender di pintu segala?"

"Tadi itu Intan mau masuk ke kamar Kakak. Kan kata Kakak tadi, jangan biarin siapapun untuk masuk. Yaudah, aku halangin aja pintunya biar Intan ga bisa masuk," jelas Leyla dengan ekspresi menggemaskan.

Reflek tangan Agam naik mengusap rambut Leyla. "Masuk sana, jangan keluar sampai gue datang."

"I-iya, Kak," sahut Leyla gugup.

Agam berjalan untuk mengambil berkas yang di bawa Intan tadi, kemudian ia melangkah menuruni anak tangga.

Leyla sendiri langsung menutup pintu dan bersandar disambil memegangi dadanya yang berdetak sangat cepat itu.

"Maksud Kak Agam tadi itu apa, ya? Mau bikin anak orang baper?" Tanyanya pada diri sendiri.

Untuk menghilangkan rasa degdegan nya itu, Leyla memilih mengeluarkan buku-bukunya dan mengerjakan tugas sekolah. Tugasnya sangat banyak, bagaimana tidak? Hampir dua Minggu lebih dirinya tidak masuk.

Dua jam berlalu tetapi Leyla belum juga selesai dengan tugas-tugasnya itu. Ia berhenti menulis ketika mendengar suara ketukan pintu. Ia beranjak dan berjalan untuk membuka pintu.

Ceklek

"Ada apa?" Tanya Leyla pada pria yang sepertinya salah satu bodyguard Agam.

"Kami di tugaskan untuk membawa anda menemui tuan Agam."

"Kemana?" Tanya Leyla lagi, padahal Agam mengatakan untuk tidak kemana-mana sebelum dia datang. Tapi ini?

"Rahasia. Tuan Agam mengatakan untuk tidak memberitahunya pada anda."

"Yaudah deh, kamu tunggu dulu ya, aku mau ganti baju." Saat Leyla ingin menutup pintu, pria itu langsung menahannya.

"Tidak perlu, seperti ini saja. Karena, tuan Agam tidak ingin menunggu lama."

"Tapi, ini baju tidur. Masa aku pakai ini?" Herannya.

"Kita harus cepat sebelum tuan Agam marah," ucap pria itu.

Leyla mengangguk, ia menutup pintu dan mengikuti langkah pria itu.

"Kita lewat pintu belakang saja, di depan sedang ada perbaikan," beritahu pria itu.

"Perbaikan apa?"

Pria itu gelagapan, bingung ingin menjawab apa. Jadi, dia diam saja.

"Kita harus cepat!" Serunya sambil menarik tangan Leyla untuk berlari.

Sebenarnya Leyla agak aneh melihat tingkah bodyguard Agam ini. Ingin bertanya lagi, tapi dia ragu. Takut di marahi nantinya.

"Masuk." Bodyguard itu sedikit mendorong tubuh Leyla agar masuk kedalam mobil. Leyla hanya menurut dan duduk di kursi belakang.

"Tolong anda menunduk sebentar sampai mobil keluar dari mansion," suruhnya.

"Kenapa harus gitu?" Tanyanya.

"Jangan bertanya, cepat lakukan!" Perintahnya. Leyla menurut saja.

Setelah mobil berhasil keluar dari mansion, Leyla langsung menegapkan tubuhnya. Entah kenapa setelah menjauh dari area mansion, pria ini langsung membawa mobil dengan kecepatan tinggi.

30 menit di perjalanan, akhirnya mobil berhenti di sebuah rumah yang sepertinya tidak berpenghuni. Terlihat dengan keadaan rumah begitu kumuh.

"Kak Agam ada di dalam?" Tanya Leyla. Bodyguard tersebut mengangguk.

Pencahayaan di dalam sangat minim. Hanya ada satu lampu, dan itupun hampir mati. Bodyguard itu membuka pintu ruangan dan mempersilahkan Leyla untuk masuk kedalam.

Brakk

Leyla terkejut ketika pintu di tutup rapat. Ia menggedor-gedor pintu itu sambil memanggil bodyguard tadi.

"Buka! Kenapa pintunya di tutup?!"

Tidak ada jawaban sama sekali. Leyla berusaha untuk tenang agar asmanya tidak kambuh.

"It's okay, Leyla. Jangan panik, jangan panik," ucapnya menenangkan diri.

Ia tidak bisa melihat apapun. Ruangan ini sangat gelap, Leyla mencoba mencari saklar lampu, siapa tahu ada.

Ctak

Leyla bersyukur ketika berhasil menemukan saklar lampu. Ruangan ini jadi tidak gelap lagi.

"Tempat apa ini? Kenapa banyak noda darah?" Bingungnya mendapati banyak noda darah di dinding ruangan ini.

Ceklek

Leyla berbalik ketika pintu terbuka. Ia membulatkan matanya kaget menemukan Intan di sana.

"Intan? Kamu disini? Mau nolongin aku, kan?"

Intan yang mendengar penuturan Leyla langsung meludah. "Cuih."

"Ga sudi gue! Bahkan kedatangan gue kesini buat ngebunuh lo!" Sarkas Intan.

"Bu-bunuh aku?! Ke-kenapa?!" Shock Leyla.

"Buat balas dendam ke Agam!"

"Hah? Aku ga paham maksud kamu," cicit Leyla.

"Bodoamat mau lo paham atau ga. Intinya gue bakalan ngebunuh lo!"

Intan maju mendekati Leyla, ditariknya kedua tangan Leyla kebelakang dan langsung diikat nya menggunakan tali.

Leyla memberontak membuat Intan kesal. Ditariknya rambut Leyla kuat sampai kepala Leyla mendongak keatas.

"Akh."

"Mampus lo! Makanya jangan cari masalah ke gue!"

Intan mengencangkan ikatan tali di pergelangan tangan Leyla. Sepertinya akan berbekas nantinya.

"Aris!" Panggil Intan.

Ternyata nama bodyguard yang membawa Leyla tadi adalah Aris. Jadi, mereka berdua ini kerjasama untuk menculik Leyla?!

"Kalian kerjasama?! Bukannya kalian bawahan Kak Agam?"

"Hahaha, kita masuk kesana itu cuma alibi doang. Sepenuhnya kita mau cari cara buat ngehancurin Agam! Dan kita nemuin satu kelemahan dia. Dan itu, lo!" Serunya.

"Kamu salah paham, ga mungkin kelemahan Kak Agam itu aku!" Bantah Leyla.

"Gue juga mikirnya gitu. Tapi, gue bakal buktiin sekarang, apakah benar kelemahan Agam itu lo atau bukan."

"Ris, pasang talinya," suruh Intan.

Aris menaiki meja dan mengikat tali di atas. Seperti, untuk orang gantung diri.

"Naik lo!" Perintah Intan pada Leyla.

Leyla menggeleng. "Aku ga mau!"

"Ck! Sini lo!" Intan menarik paksa Leyla agar naik ke atas meja.

Sekarang posisi Leyla berhadapan dengan tali yang sudah diikat oleh Aris barusan. Intan memasukkan tali itu ke leher Leyla.

"Lo gerak, tu meja bakal patah dan gue pastiin lo langsung mati!"

Leyla pun hanya bisa diam ditempat dengan air mata yang sudah mengalir di pipinya.

Intan mengeluarkan handphonenya dan mulai merekam Leyla. Setelah puas merekam, ia mengirimkannya ke nomor Agam.

🍑🍑

Agam, Milo, Elvan dan Zeyn baru selesai dengan kerjaannya. Benar kata Milo, target mereka kali ini lumayan sulit dikalahkan. Tapi, berkat kerjasama mereka bisa mengalahkan target.

Sekarang mereka dalam perjalanan pulang ke mansion. Selama di perjalanan, Agam menutup matanya, tetapi tidak tidur.

Ting

Bunyi notif handphone membuat Agam membuka kedua matanya dan mengeluarkan handphone dari saku jaketnya.

Nomor tidak dikenal baru saja mengirimkannya video. Agam membuka pesan itu dan memutar video tersebut.

Dari awal ia memutar Vidio, wajah yang di tampilkan Agam hanya datar. Karena isi Video itu hanya menunjukkan ruangan yang begitu kumuh. Niat Agam yang ingin mematikan video itu, terhenti ketika wajah Leyla muncul di sana dengan kedua tangan diikat dan tali yang sudah bertengger di lehernya.

Yang tadinya ia menyender, sekarang langsung duduk tegap. Ketiga temannya yang berada di mobil itu menatap aneh dengan reaksinya barusan.

"Lo kenapa?" Tanya Zeyn sedikit melambatkan kecepatan mobil.

"Gue udah kirim nomor yang ga di kenal ke lo, lacak sekarang!" Perintah Agam pada Milo.

Milo segera mengeluarkan handphonenya. Ia mulai melacak si pengguna nomor itu.

"Gue cuma nemu posisi pengguna nomor ini, Gam. Di jalan Hijau, disana cuma ada satu rumah dan itu udah ga berpenghuni," beritahu Milo.

Agam mengangguk, ia beralih pada Zeyn. "Dalam 2 menit kita harus sampai di sana, lo gagal- kacamata lo taruhannya," ancam Agam.

Zeyn menelan ludahnya kasar. Baiklah, dia akan mengeluarkan skill mengemudinya sekarang.

"Belok kanan, didepan ada kecelakaan dan macet parah," ucap Milo yang memantau jalanan lewat handphonenya.

"Oke," sahut Zeyn.

Dilain tempat

"Kita harus pergi sekarang, gue ngerasa Agam bakal nemuin ni tempat," cicit Aris.

"Lo bener." Sebelum meninggalkan Leyla disini, dengan teganya Intan menendang meja itu.

Tubuh Leyla tentu jadi oleng. Meja ini juga tidak diam sedari, seperti akan patah.

"Tolong! Hiksss... ini aku beneran bakal ketemu sang pencipta?" Monolognya.

Krekk

Kaki meja patah membuat Leyla gelagapan karena lehernya tercekik. Ingin melepas pun tidak bisa, kedua tangannya diikat kebelakang.

Nafasnya semakin lama semakin menipis. Kedua matanya juga hampir tertutup.

Brakk

Suara dobrakan pintu membuat Leyla tidak jadi menutup matanya. Ia tersenyum mendapati Agam disini.

"Shit!"

Dengan langkah besar Agam mengambil kursi yang terletak di ujung. Ia menaiki kursi itu dan langsung menggendong tubuh Leyla. Agam menyuruh Elvan untuk naik dan melepas tali di leher serta tangan Leyla.

"Kak Ag-" belum selesai Leyla berucap, dirinya sudah pingsan di gendongan cowok itu.

"Telpon dokter Ratih sekarang!" Serunya.

Elvan mengangguk. Mereka berempat keluar dari sana dengan tergesa-gesa. Mereka sampai di mansion, Agam menggendong Leyla menaiki anak tangga. Dokter Ratih juga sudah berada disana.

"Langsung ke kamar Agam aja dokter," suruh Elvan.

"Baik."

Mengetahui nafas gadis ini yang tersengal-sengal, dokter Ratih langsung memasang alat bantu pernapasan pada Leyla.

Siap memeriksa keadaan Leyla, dokter Ratih beralih pada Agam.

"Apa yang terjadi pada gadis ini?"

"Dia di culik, Dok. Parahnya lagi, kita nemuin dia udah gantung diri gitu," jawab Zeyn.

"Saya berpesan untuk tidak membiarkan dia sendiri dulu, sepertinya dalam beberapa hari ini dia akan mengalami trauma atas kejadian yang menimpanya barusan." Dokter Ratih berucap pada Agam.

"Oke," sahut Agam.

Dokter Ratih pamit pulang. Elvan mengantarkan sampai depan pintu.

"Kalian berdua keluar," usir Agam pada Zeyn dan Milo.

Tanpa basa-basi keduanya balik badan berjalan keluar dari kamar Agam.

Agam memasuki kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Selesai dengan itu, ia berjalan ke sofa. Tak lupa ia membuka kaosnya sebelum tidur.

Baru ingin merebahkan tubuhnya suara tangisan dari Leyla membuat Agam langsung menghampirinya.

"Hikss... tolong!"

Agam menaiki kasur. "Ssttt, tenang," bisik Agam.

Leyla membuka matanya, tangannya langsung melepas alat bantu pernapasan itu. Ekspresi wajah Leyla seperti orang ketakutan.

"Kak tolongin aku!"

"Hey, tenang ya? Ada gue, ga akan ada yang berani nyakitin lo lagi, okey?" Agam mencoba menenangkan gadis itu.

"Kak Agam jangan tinggalin aku, hiksss... mereka berdua jahat," lirih Leyla.

"Mereka berdua? Jadi, pelakunya ada dua orang?! Bangsat!" Batin Agam yang sudah emosi.

"Tidur lagi, ya? Gue ga bakal kemana-mana," suruh Agam dengan suara lembut.

"Janji?"

"Hm."

Leyla kembali menutup matanya. Melihat itu, Agam hendak beranjak dari kasur. Tetapi, lengannya tiba-tiba dipeluk erat oleh gadis ini.

"Kakak udah janji, kan?"

"Hah? O-oh, iya gue disini."

Agam tidak jadi beranjak. Ia beralih mengelus-elus rambut Leyla lembut.

"Dia tadi narik rambut aku kenceng banget, Kak," gumam Leyla.

Mendengar penuturan Leyla, lagi-lagi Agam menahan emosinya. Liat saja besok, dua orang itu akan ia habisi!

"Tidur, sayang," bisik Agam tepat di telinga Leyla.

🍑🍑

Hai, shasiii 👋

Duh, Agam udah mulai pakai sayang-sayangan lagi🤧

Mau ngasih tau, kalau saya buka pendaftaran RP buat cerita ini. Untuk persyaratannya besok akan saya kasih tau di Instagram story saya @shasimiii16

Dimulai dari:
Agam
Milo
Zeyn
Elvan
Leyla
Liqa

Okey, tembus 2k komen, hari Selasa saya update. Tapi malam ya guys, untuk jamnya tidak bisa di tentukan 🙃

Next nya di sini ➡️

Nemu typo mohon pemberitahuannya 🙏

Sekian terima Jungkook 💍


(Tydak ramah!! ⭐10000000000)

(Gemes banget, kayak saya😣😣)

Continue Reading

You'll Also Like

3.2M 150K 61
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...
1.9M 68.6K 44
Seorang santriwati yang terkenal nakal dan bar-barnya ternyata di jodohkan dengan seorang Gus yang suka menghukumya. Gus galak itu adalah musuh bebuy...
525K 21.1K 65
"Eh, biasanya ketua geng itu dijodohin gak sih." "Iya ya, biasanya di wp, ketua geng motor, ganteng, terus kaya raya. Pasti dijodohin." "Ketua kita...
1.8M 99.3K 52
"Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan dengan saudara sendiri...