ALANDRA [END]

De anzolv

20.7K 12.7K 2.6K

[FOLOW DULU SEBELUM BACA] Gladys tidak tahu lagi bagaimana caranya untuk menghentikan Alandra yang terus meng... Mai multe

Prolog
1. Murid Baru
2. Di Antar Pulang
Cast
3. Sepucuk Surat
4. Makan Malam
5. Berbeda Dari Yang Lain
6. Ketua OSIS [1]
7. Ketua OSIS [2]
8. UKS
9. Perhatian
10. Roti Cokelat
11. Jalan Pagi
12. Moment Langka
13. Gue suka sama lo
14. Masalah
15. Farhan
16. Foto Kecil
17. Terlambat
18. Hukuman
19. Penghancur Suasana
21. Kecewa
22. Balas Dendam?
23. Bertemu Kembali
24. Maksud Lain?
25. Perjodohan
26. Terlihat Sangat Mungil
27. Flowers For You
28. Kabar Duka
29. Persiapan Class Meeting
CHAT RANDOM
30. Class Meeting
31. Fitnah?
32. Taman Hiburan
33. Terbongkar
34. Putus Dari Alandra?
35. Benar-benar Putus
36. Rencana Keisha
37. Alergi Udang
38. Bingung
39. Ghea
40. Cewek Iblis
41. Keisha
Epilog

20. Boneka Beruang

404 300 48
De anzolv

* * *

"Kak Raina sama Kak Echa nggak sekolah?" tanya Ghea sambil mengunyah roti.

"Sekolah kok," jawab Raina.

"Kok nggak pakai seragam?"

"Pakai, tapi nanti ambil dulu dirumah."

"Emangnya nggak telat?"

"Udah jangan tanya kaya wartawan, makan cepet abis itu berangkat sekolah," sahut Gladys.

"Sewot banget sih pagi-pagi." ketus Ghea.

"Lo berdua pulang naik apa?" tanya Gladys kepada Raina dan Keisha.

"Gue tadi minta jemput sama Rafi,"

"Kalau lo, Cha?"

"Sama, gue juga minta jemput sama Azka."

"Udah di telfon?"

"Udah jangan tanya kaya wartawan, makan cepet abis itu berangkat sekolah," sahut Ghea, mengcopy ucapan Gladys.

Gladys langsung melirik tajam ke arah Ghea, yang dilirik pun langsung bersiap-siap untuk kabur.

"Udah siang, Ghea berangkat ya. Assalamualaikum." ucap Ghea.

"Waalaikumsalam."

* * * * * *

Gladys, Raina dan Keisha berjalan keluar rumah namun dengan tujuan yang berbeda. Gladys ingin berangkat ke sekolah sedangkan Raina dan Keisha ingin pulang kerumah mereka masing-masing untuk mengganti seragam serta mengambil buku pelajaran.

"Alan? Lo ngapain kesini?" tanya Keisha saat melihat Alandra sedang duduk di atas motornya tepat di depan gerbang rumah Gladys.

"Jemput Gladys lah, lo berdua kenapa masih pakai baju biasa? Nggak sekolah?" tanya Alandra balik.

"Bukan urusan lo,"

Tiba-tiba ada suara klakson motor yang terdengar dari arah belakang, terlihatlah kedua motor Ninja berwarna merah dan hijau berhenti di hadapan mereka.

"Jemputan lo berdua udah dateng tuh," ucap Gladys menunjuk ke arah Rafi dan Azka. Ya! Kedua motor yang baru saja tiba itu adalah motor Rafi dan Azka untuk menjemput para kekasihnya.

"Jangan lupa ya, nanti tolong bilangin ke guru yang dateng minta izin kalau gue sama Echa datangnya telat," ucap Raina kepada Gladys.

"Iya, bawel."

Kedua cewek itu naik ke motor Rafi dan juga Azka.

"Lo ngapain pakai seragam, Lan?" tanya Azka.

"Berisik lo, udah sana nanti cewek lo berdua telat."

"Gue duluan ya," ucap Rafi, Gladys dan Alandra mengangguk.

Keisha dan Raina melambaikan tangannya kepada Gladys, cewek itu pun langsung membalas lambaian tangan mereka.

Sekarang hanya ada Alandra dan juga Gladys.  Sempat hening sejenak, namun Gladys langsung melewati Alandra begitu saja tanpa melihat ataupun berbicara sedikitpun kepada Alandra.

Mungkin Gladys masih marah kerena kejadian tadi malam saat Gladys melihat Alandra dipeluk oleh Tania.

"Dys, tunggu." Alandra menahan lengan Gladys.

"Apa?" tanya Gladys dingin.

"Cuek banget sih? Kenapa? Masih marah?"

Gladys ingin melepas genggaman tangan Alandra, namun tetap menggenggam tangan Gladys.

"Marahnya di simpan dulu ya, sekarang aku antar kamu ke sekolah nanti telat." Alandra menarik pelan tangan Gladys untuk naik ke atas motornya.

"Kamu ngapain pakai seragam? Bukannya kamu masih di skors?" tanya Gladys.

"Mama aku nggak tau kalau aku di skors jadinya aku pura-pura sekolah biar nggak ditanya-tanya, males jawabnya," jawab Alandra.

Alandra memakai helmnya sendiri lalu memakaikan helm kepada Gladys, cowok itu sengaja membawa helm dua karena ia ingin menghantarkan Gladys ke sekolah walaupun dirinya sendiri tidak sekolah dikarenakan mendapatkan hukuman atas kejadian itu.

Gladys naik ke atas motor Alandra, lalu cowok itu langsung tancap gas menuju sekolah.

* * * * * *

Motor Alandra berhenti tepat di depan gerbang sekolah, Alandra hanya bisa menghantarkan Gladys sampai depan sekolah saja karena dirinya tidak bisa masuk sekolah.

Gladys turun dari motor lalu memberikan helm yang ia pakai kepada Alandra.

"Nanti siang aku jemput ya," ucap Alandra.

"Nggak usah, aku naik angkot aja." baru saja Gladys ingin memasuki gerbang namun lengannya ditahan oleh Alandra.

"Aku mau ajak kamu ke suatu tempat. Jadi, aku harus jemput kamu." ucap Alandra.

"Terserah." Gladys berjalan meninggalkan Alandra yang masih menatapnya dari gerbang sekolah.

"Eh, Alandra." sapa Pak Eko.

"Pagi, Pak Eko. Gimana kabarnya?" basa-basi Alandra.

"Baik, motornya cepat dimasukin. Sebentar lagi bel masuk." ucap Pak Eko.

"Nggak bisa, Pak. Saya kesini cuman antar pacar, saya lagi di skors jadinya nggak bisa masuk." jelas Alandra.

"Nakal sih kamu, jadinya di skors."

"Cuman ada kesalahpahaman aja, Pak. Yaudah saya pergi dulu ya, Assalamualaikum." Alandra menaiki sepeda motornya dan memakai helm.

"Waalaikumsalam, hati-hati bawa motornya." Alandra mengangguk lalu tancap gas menuju warung yang berada dibelakang sekolah.

Sedangkan ditempat lain, Gladys berjalan menuju kelas dengan wajah tanpa ekspresi. Pagi ini dirinya benar-benar tidak mood ditambah lagi kedua sahabatnya kemungkinan hari ini datang telat.

Gladys berjalan sambil melamun sampai tidak memperhatikan jalan, akhirnya cewek itu tidak sengaja menabrak seorang cewek dan bedak yang dibawa cewek itu seketika tumpah.

"Jalan tuh pakai mata!" bentak Regina.

Ya! Cewek yang tidak sengaja Gladys tabrak itu adalah Regina, Elsa, dan Bianca.

"Dimana-mana jalan itu pakai kaki bukan mata," ucap Gladys dengan santai, cewek itu langsung pergi meninggalkan Regina yang masih kesal dengan dirinya.

"Ngeselin banget sih itu cewek! Bedak gue...." Regina menatap bedaknya yang sudah tumpah berserakan di tanah.

"Semakin lama itu cewek semakin ngelunjak, gue nggak tahan sama sikap dia." ucap Bianca.

"Gimana kalau kita kasih dia pelajaran?" tanya Elsa.

"Liat aja besok, gue udah punya rencana." ucap Regina sambil tersenyum miring.

* * * * * *

"Perasaan di luar panas banget, disini mendung," ucap Keisha.

"Mendung?" tanya Raina heran.

"Tuh," Keisha menunjuk ke arah wajah Gladys yang sangat datar entah sedang memikirkan apa.

"Kenapa sih, Dys?" tanya Raina.

"Kangen Alandra tuh pasti." sahut Keisha.

"Yaelah baru nggak ketemu di sekolah sehari, udah kangen aja."

"Gue kepikiran anjir," jawab Gladys sambil mengaduk-aduk minuman yang ia pesan.

"Kepikiran soal apa?"

"Lo berdua inget nggak waktu gue pingsan terus dibawa ke UKS?" Raina dan Keisha mengangguk.

"Terus Azka bilang soal 'balas dendam', gue kepikiran Alandra sama Bimo ada masalah apa sampai mereka kena skors,"

"Kenapa lo nggak tanya langsung sama Alandra?"

"Nggak bakal di kasih tau sama dia, atau gue tanya ke Bimo aja ya?"

"Mau tanya gimana? Bukannya lo nanti di jemput sama Alandra? Bimo juga kan nggak ada di sekolah," tanya Raina.

"Nggak tau ah pusing!" Gladys menaruh kepalanya di atas meja.

* * * * * *

Jam sudah menunjukkan pukul dua siang, Alandra yang masih berada di warung kopi langsung bersiap-siap untuk menjemput pujaan hatinya.

"Bu, biasa ya." ucap Alandra.

"Ngutang lagi? Kapan mau bayar?" tanya Bu Tuti, si pemilik warung kopi.

"Sebenarnya mau bayar hari ini, cuman Bu Tuti ada kembalian nggak? Uang saya seratus ribu nih,"

"Utang kamu cuman dua puluh ribu doang, saya nggak ada kembalian."

"Yaudah berarti besok,"

"Jangan kabur kamu ya,"

"Kalau saya kabur, Bu Tuti langsung ke kelas saya aja kan deket tuh tinggal naik tembok ini,"

"Enak aja, nanti saya encok."

Alandra tertawa begitupun Bu Tuti yang sudah sangat kenal Alandra karena cowok itu sudah sering berkumpul dan membeli kopi di warung Bu Tuti bersama teman-temannya.

Motor Alandra beranjak dari warung kopi itu, menuju pintu gerbang yang tidak jauh dari sana. Entah ini keajaiban atau bagaimana, sesampainya Alandra di depan gerbang langsung di datangi oleh kekasihnya yang kebetulan baru saja tiba di depan gerbang juga.

"Mukanya kenapa sih? Pusing banget keliatannya?" tanya Alandra, Gladys hanya terdiam memandangi cowok itu.

"Hey? Kamu nggak papa kan?" Gladys mengangguk.

"Gimana tadi belajarnya? Seru nggak?"

"Nggak."

"Kenapa? Hm, pasti karena nggak ada aku makanya nggak seru."

Gladys terdiam dan ia mengangguk pelan namun Alandra bisa melihatnya. Cowok itu mengacak-acak rambut Gladys pelan karena gemas.

"Mau di pasangin atau pasang sendiri helmnya?" tanya Alandra sambil memegang helm yang ia bawa untuk Gladys.

"Pasangin," Gladys tersenyum, Alandra pun ikut tersenyum lalu memakaikan helm untuk Gladys.

Setelah selesai, Gladys langsung naik ke motor Alandra. Alandra merasa Gladys sudah siap di belakang dan cowok itu langsung tancap gas.

Gladys menikmati angin siang di atas motor, dirinya sangat nyaman jika sudah berada di dekat Alandra. Gladys ingin sekali menanyakan sesuatu yang sedari tadi ia pikirkan tentang masalah Alandra dengan Bimo, namun ia ragu.

Tangan Alandra menggapai tangan Gladys lalu menaruhnya di depan perut dirinya, secara tidak langsung Gladys memeluk Alandra dari belakang. Gladys tersenyum lalu menyandarkan kepalanya di bahu Alandra dan mengeratkan pelukannya.

Saat di perjalanan, Alandra sengaja tidak langsung menghantarkan Gladys pulang kerumahnya namun ia ingin mengajak Gladys ke suatu tempat.

"Ih Alandra, mau kemana? Belokan tadi arah kerumah aku," ucap Gladys.

"Kan tadi pagi aku udah bilang, aku mau ajak kamu ke suatu tempat." jawab Alandra.

"Kemana sih?"

"Nanti juga kamu tau,"

Alandra terus melanjutkan perjalanan sampai ke tempat tujuan. Selang beberapa menit motor Alandra berhenti di sebuah Cafe, Gladys tidak asing dengan Cafe tersebut sepertinya ia pernah mendatangi Cafe itu.

"Kamu inget Cafe ini?" tanya Alandra sambil melepas helm.

Gladys terdiam, berusaha mengingat sesuatu.

"Dys? Inget nggak?" Gladys menggeleng, Alandra langsung menggandeng tangan Gladys untuk memasuki Cafe itu dan menuju meja yang berada di dekat jendela

"Kalau meja ini inget?"

Seketika Gladys tersenyum, ia ingat bahwa dirinya pernah ke Cafe ini dengan Alandra karena ini mendiskusikan tentang Visi dan Misi  saat mereka mengajukan diri menjadi Anggota OSIS dulu.

"Inget kan?"

"Iya, aku inget." Gladys dan Alandra duduk di kursi itu.

"Kita ngapain kesini?" tanya Gladys.

"Makan, aku laper." jawab Alandra.

"Emangnya kamu belum makan? Dari pagi kamu kemana?"

"Ke warung kopi belakang sekolah, ketiduran makanya nggak sempat makan," Alandra memanggil salah satu pelayan Cafe dan memesan makanan serta minuman.

Alandra memesan Nasi Goreng Spesial dan Lemon Tea sedangkan Gladys hanya memesan Orange Juice dan salad buah.

"Kok nggak makan nasi? Nggak laper?" tanya Alandra.

"Aku lagi diet," jawab Gladys.

Tidak butuh waktu lama, pesanan pun tiba dan mereka langsung memakannya.

"Kamu belum jawab pertanyaan aku," ucap Gladys.

"Yang mana?" tanya Alandra sambil memakan sesuap Nasi Gorengnya.

"Ngapain kita kesini? Kalau cuman buat makan, aku bisa makan dirumah,"

"Oh iya sampai lupa," Alandra mengambil sesuatu dari dalam ranselnya lalu memberikan boneka beruang kecil kepada Gladys.

Gladys tersenyum saat menerima boneka pemberian Alandra itu.

"Aku minta maaf soal kemarin malam," Alandra mengelus pelan tangan Gladys. "Aku beneran nggak tau apa-apa kalau Tania datang kerumah."

Gladys tersenyum dan memaafkan Alandra. "Iya, nggak papa."

"Dimaafin?" Gladys mengangguk.

Alandra tersenyum lega karena Gladys sudah memaafkannya.

"Nanti malam ada pasar malam di jalan Cemara, mau kesana nggak?" tanya Alandra.

"Mau," Gladys tersenyum manis dan senang seperti anak kecil.

* * * * * *

"Akhirnya kamu pulang juga, Alan." ucap Rio sambil memegang secangkir kopi.

Alandra terpaksa berhenti di depan Ayahnya itu dengan muka datar.

"Nanti malam kamu harus ikut ke Perusahaan Papa," ucap Rio lagi.

"Ngapain?"

"Perusahaan Papa sama Perusahaan Papanya Tania itu ulang tahun, nanti malam ada pesta."

"Males," Alandra jalan begitu saja menuju tangga.

"Kalau kamu nggak mau ikut, Fasilitas kamu Papa tarik." ucapan Rio berhasil membuat langkah Alandra terhenti namun sedetik kemudian Alandra melanjutkan langkahnya menuju kamar.

Alandra membanting ranselnya ke atas ranjang. Dirinya saat ini dalam keadaan bingung, nanti malas harus menuruti keinginan Rio atau pergi ke pasar malam bersama Gladys. Alandra tidak mau Gladys kecewa lagi, baru tadi siang dirinya berbaikan dengan Gladys.

"Alan?" Winda melihat putra bungsunya itu sedang duduk di atas ranjang sambil memikirkan sesuatu, kebetulan pintu kamar Alandra tidak ditutup.

Winda menghampiri Alandra dan mengelus rambut putranya.

"Kenapa? Ada masalah tadi di sekolah?" tanya Winda, Alandra menggeleng.

"Nanti malam kamu ikut kan ke acara Papa?"

"Alan harus ikut?"

"Harus dong, Bang Aldo aja ikut masa kamu nggak."

"Alan males, Ma."

"Mama juga sebenarnya males, cuman mau gimana lagi,"

"Yaudah kalau gitu Mama sama Alan nggak usah ikut," sifat manja Alandra keluar jika sudah berada di dekat Winda.

Winda tertawa sambil mengacak-acak rambut Alandra. "Kemeja sama jas kamu udah mama simpan di lemari, mama mau turun dulu ya. Kamu mandi sana,"

Alandra menatap Winda yang keluar dari kamarnya lalu turun ke bawah, lalu cowok itu berjalan menuju lemari bajunya dan membukanya. Alandra melihat ada kemeja putih dan jas hitam yang bergantung rapi di dalam lemari, ia juga melihat ada sebuah sepasang sepatu formal berwarna hitam di samping lemarinya.

Di tempat lain, senyum Gladys tidak luntur karena dirinya diajak pergi ke pasar malam bersama Alandra. Saat ini cewek itu sibuk memilih baju yang bagus untuk dipakai nanti malam.

"Kenapa senyum-senyum begitu?" tanya Ghea yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar.

"Kebiasaan, kalau mau masuk kamar orang itu ketuk pintu dulu."

"Iya, maaf."

"Ada apa?"

"Nggak papa sih, Ghea cuman bosen di kamar,"

"Bunda mana?"

"Di rumah sebelah,"

"Ngapain?"

"Biasalah, Ibu-Ibu kalau lagi ngumpul ngapain aja."

"Yaudah sana, Kakak mau mandi." Gladys menutup pintu kamarnya, Ghea pun terpaksa mundur dari tempat ia berdiri.

* * * * * *

Pukul tujuh malam, Alandra sedang dalam kepanikan karena dirinya lupa untuk men-charge ponselnya. Alandra tidak bisa mengabarkan kepada Gladys karena ponselnya mati.

"Lan?" Aldo membuka pintu kamar Alandra dan melihat adiknya itu sedang duduk di kursi belajarnya sambil menatap ponselnya yang mati.

"Ayo cepet, udah ditungguin."

"Sebentar, Bang. Handphone gue mati."

"Ini udah jam tujuh nanti kita semua telat ke acara Papa,"

Alandra benar-benar pusing saat ini, Dirinya sudah berjanji akan mengajak Gladys pergi ke pasar malam namun di sisi lain Alandra harus menuruti keinginan Rio untuk pergi ke pesta perusahaannya.

Alandra sudah rapi menggunakan kemeja putih, celana hitam, jas berwarna senada dengan celana serta sepatu formal. Begitu pun Aldo, Pakaian yang Aldo pakai malam ini hampir sama dengan pakaian yang Alandra pakai namun perbedaannya hanya ada di warna celana dan warna jas. Alandra memakai jas berwarna hitam sedangkan Aldo memakai berwarna biru tua.

Alandra terpaksa pergi tanpa membawa ponselnya, Aldo pun ikut turun ke lantai bawah dan siap untuk pergi ke kantor Rio.

"Udah siap semua?" tanya Rio.

"Udah, Pa." jawab Aldo.

"Yaudah ayo berangkat nanti telat," Rio, Winda, Aldo dan Alandra pergi keluar dan memasuki mobil mewahnya lalu langsung tancap gas menuju kantor.

Sedangkan dirumah Gladys, sedari tadi Gladys menunggu Alandra untuk menjemputnya. Dirinya sudah tidak sabar untuk pergi ke pasar malam bersama Alandra.

"Dys? Mau kemana?" tanya Tia.

"Mau pergi sama Alandra,"

"Dia udah datang?"

"Belum,"

"Nanti kalau udah di jemput, kamu langsung pergi aja ya Bunda mau ke kamar dulu,"

"Iya, Bun."

Setelah mendengar jawaban dari putrinya, Tia langsung pergi ke lantai atas menuju kamarnya sedangkan Gladys masih menunggu Alandra.

Gladys mencoba untuk menelfon Alandra namun ponsel Alandra mati tidak bisa dihubungi, cewek itu tidak menyerah dan terus menelfon Alandra.

"Alan kemana sih? Nggak bisa di hubungi gini,"

Gladys mencoba menelfon Rafi untuk menanyakan keberadaan Alandra, ia berpikir bahwa Alandra ada bersama kedua sahabatnya.

"Halo, Rafi."

"Halo, Dys. Ada apa?"

"Alandra lagi sama lo nggak?"

"Nggak tuh, gue lagi jalan sama Raina."

"Sama Azka kali ya?"

"Gue nggak tau deh, emangnya Handphone Alandra nggak aktif?"

"Nggak, gue udah telfon dia berkali-kali."

"Lo coba telfon Azka aja,"

Gladys menutup telfonnya dan langsung menghubungi Azka. Namun hasilnya nihil, jawaban Azka persis seperti Rafi tadi bahwa Alandra lagi tidak bersamanya.

* * *

TBC

Yeay bisa update lagi, Alhamdulillah.

Jangan lupa vote untuk chapter ini ya!

Bantu promote juga, ajak teman-teman kalian buat baca ALANDRA!

IG : anzolv_

Continuă lectura

O să-ți placă și

615K 63.1K 24
Karmina Adhikari, pegawai korporat yang tengah asyik membaca komik kesukaannya, harus mengalami kejadian tragis karena handphonenya dijambret dan ia...
2M 19.4K 25
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
2.7M 137K 60
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
1.9M 29K 45
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...