Mas Reyhan

By Dimel_10

67.2K 5.2K 172

Namanya Reyhan Adiutama Perkasa. Mas Reyhan. Perkasa. Sangat cocok dengan orangnya yang memang perkasa. Dia s... More

1. Pertemuan kedua
2. Mas seram
3. Bertamu
4. Kesal
5. Mak! Aku baper!
6. Ha?
7. Kok, gitu?
8. Ngomong apa sih?
9. Keyra centil? No!
10. Banting teruuussss!!!
11. Yakin?
13. Mas Reyhan kenapa?
14. Pindah?
15. Saksikanlah, hahahaha!!
16. Mas Reyhan udah punya pacar?
17. Kawin aja, yuk!
18. Ini lamaran?
19. Keluarga Besar
20. Masalah Maira
21. Sah, kan?

12. Tanggung jawab, kok

3K 252 11
By Dimel_10


Mungkin di antara kalian udah ada yang baca Bab 12 ini sebelumnya dan bingung, kok Bab 12 update lagi sih? Nah, ini kesalahan aku banget ya guys, ada yang salah dari Bab 12 ini makanya aku ulang lagi.

Happy Reading!!!

🏠🏠🏠🏠🏠

Aku mengutuki Mbak Siti yang nggak bilang-bilang sama ku kalau Mas Reyhan ada di belakangku tadi. Aku kan jadi ketahuan kalau sering ceritain mas Reyhan diam-diam. Kalau Mas Reyhan nanti marah gimana?

Guys, nanti kalau dia marah-marah kalian tolongin aku, ya.

Setelah kejadian Mas Reyhan yang nyamperin aku ke warung nasi Padang itu secara langsung, aku jadi takut mau ketemu Mas Reyhan. Gimana kalau nanti Mas Reyhan marah dan malah mutilasi aku? Kan serem, ya. Nanti nggak ada dong anak perempuan mamanya lagi. Terus nanti nggak ada lagi yang suka pacarin cowok cuma buat di jadiin sopir. Kasihan mobil para cowok nanti pada nganggur. Kan mending di pake buat ngantarin aku ke mana-mana.

Jadi sore ini aku udah kayak maling karena jalan ngendap-ngendap buat masuk ke Kontrakanku sendiri. Sambil celingak-celinguk kesana-kemari, memastikan tidak ada di si 'malaikat maut' jadi-jadian itu di sekitar aku berdiri.

Aku menghela nafas lega saat tidak melihat mobilnya terparkir di depan, itu artinya dia tidak ada di rumah sekarang. Di dalam hati aku bersorak senang karenanya. Dengan melebarkan senyum aku berjalan menuju pintu kontrakan sambil bersenandung ria. Setelah memutar kunci dan melepaskan flatshoes kerjaku, aku membuka pintu dan berniat masuk saat sebuah suara yang sangaaat menyeramkan terdengar. Bulu kudukku sampai merinding di buatnya. Jadi ingat lagu 'malam Jum'at Kliwon'. Tahu, kan? Itu loh, yang liriknya ;

Pada malam Jum'at keliwon
Aku pergi lewat kuburan
Aku bertemu perempuan
Duduk manis di batu nisan.

Tahu, dong? Tahu, dong ya! Lagu hits tuh dulunya.

Okey, abaikan lirik lagu di atas. Ada yang lebih seram dan bikin merinding dari pada lagu itu. Sekarang orangnya lagi berdiri di depan ku sambil menatapku dengan tatapan tajamnya yang bagaikan silet. Nusuk!

Kok dia ada di rumah, sih?

Aku terkekeh canggung menatapnya sambil menyelipkan rambutku di balik telinga yang sebenarnya masih terikat rapi. Sebelum pulangkan aku touch up dulu. Maklum perempuan. Lewatin kaca spion orang lain aja kaca-an dulu sebentar. Apalagi kalau mau keluar, harus tetep paripurna dong penampilannya. Soalnya aku bukan Rasi yang kalau baru bangun tidur beserta Iler di pipinya pun masih keliatan cantik. Aku itu hanya Keyra, seorang wanita sederhana, (Asik! Wanita sederhana) yang sok-sokan jadi Playgirl. Apalah, nasib. Untung masih ada yang mau.

"Kamu nggak mau tanggung jawab?"

Aku menggulirkan bola mataku ke atas berpura-pura bingung, "Tanggung jawab apa ya, Mas? Kan aku nggak ngehamilin Mas Reyhan?"

"Ya iyalah, kan yang bisa hamil itu kamu!"

Wow! Matanya melotot!

Aku menundukkan kepalaku dengan tangan yang saling bertaut. Nggak berani dongakin kepala, serem cuy! Pengennya sambil goyangin badan ke kanan dan kiri biar kayak cewek manja-manja gitu, kali aja sih Mas nya luluh. Tapi aku udah keburu takut duluan di lempar sama Mas Reyhan sebelum mulai. Iiiih!

"So?"

Aku melirik Mas Reyhan, "So...so apa ya, Mas?" Tanyaku dengan wajah bingung. Tunggu! Ada label di depan kata bingungnya, 'pura-pura'.

"Ah!"

Aku memekik sambil menepuk tanganku sekali dengan wajah bahagia yang ketara sekali di buat-buat.

"Mas Reyhan pasti mau di buatin sop buntut, ya? Oke,oke tunggu di sini ya Mas, biar aku buatin sop buntut dulu."

Tidak membiarkan Mas Reyhan merespon kata-kata ku yang ngawur, aku buru-buru membalikkan badan untuk masuk kedalam, tapi dengan cepat Mas Reyhan menarik rambutku, membuat rambutku yang tadinya di kuncir rapi jadi agak berantakan. Aku memejamkan mataku kesal sekaligus takut, lalu berbalik kembali menatap Mas Reyhan yang memelolot kan matanya.

Waduh! Udah berani nih Mas Reyhan tarik-tarik rambut, aku balas tarik-tarik dia ke KUA baru tau rasa dia. Dia pikir aku berani apa balas narik rambut dia?

"Aku nggak minta sop buntut. Aku minta rasa pertanggung jawaban kamu."

" Tapi kan Mas aku nggak salah apa-apa. Anak baik kayak aku kan jarang bikin salah, Mas?"

"Anak baik?" Mas Rayhan berkacak pinggang, "Nggak ada anak baik yang kayak gitu!"

"Ada!" Teriakku dengan mata melotot, "Aku buktinya." Tunjukku pada diri sendiri.

"Berani kamu melotot sama aku?"

Aku menormalkan kembali mataku  cengengesan sambil menggelengkan kepalaku, "Nggak, Mas. Ampun-ampun."

Mas Reyhan masih memelototi ku dengan tangan terlipat di dada. Aku makin menunduk takut. Kok Mas Reyhan makin hari makin serem aja sih? Kurangin dong Mas seremnya. Nanti nggak ada yang mau loh jadi istrinya Mas Reyhan. Jomblo seumur hidup baru tau.

"Ngapain tadi kamu kabur-kabur? Ha?" Aku memejamkan mataku mendengar hardikan Mas Reyhan.

Iya, aku tadi memang kabur pas tau kalau ada Mas Reyhan di belakangku. Tanpa bilang apa-apa aku langsung cus ninggalin Mbak Siti yang lagi asik makan dan Mas Reyhan yang Dateng nyamperin aku. Aku mah masa bodo, kan yang bikin dia kayak gitu Mbak Siti. Salah sendiri Mbak Siti ngaduin aku sama mas Reyhan. Kan jadi aku tinggalin.

Aku cuma diem pas di marahin sama mas Reyhan, bingung sih sebenernya mau ngomong apa. Soalnya aku ngerasa aku nggak salah-salah banget. Yang salah tuh, ya mas Reyhan yang terlalu galak. Lama Mas Reyhan ngoceh yang sebenernya nggak terlalu aku dengerin banget, akhirnya Mas Reyhan diem. Mungkin capek kali, ya.

Aku mengangkat sedikit kepala ku yang dari tadi menunduk, menatap Mas Reyhan yang diam menatapku dengan lekat. Baru aja aku pengen buka mulut untuk ngomong, Mas Reyhan lebih dulu memotong nya dengan ancaman yang bikin aku mau terjun dari pohon toge. Ya salam.

Kejam kamu, Mas!

"Aku bakal aduin kamu karena selalu ngirimin aku makanan junk food."

"Yaah, jangan gitu dong Mas."

Setelah puas marahin aku mas Reyhan malah ngancam? Wah, wah, wah! Si Mas-mas Chef ini berani juga ya.

"Jangan dong, Mas. Mas nggak kasihan sama aku apa? Nanti aku di marahin sama Mama." Aku mengatupkan tanganku di dada dengan muka memelas.

Bukannya apa-apa, ya. Mama itu kalau udah ngomel lamaaaa banget. Jangankan aku, papa aja yang udah cinta mati sama mama nggak kuat kalau di Omelin mama. Suara Mama itu kan agak cempreng, jadi kalau suaranya besar dikit aja udah kayak petasan di malam tahun baru. Berisik!

Astaghfirullah, Key nggak boleh gitu.

Maafkan anakmu ini ya Mama, jangan kutuk Key jadi berlian, nanti banyak yang rebutin.

Mas Reyhan cuma diam ngelihat aku yang mohon-mohon dengan mata yang berkaca-kaca. Sebenernya aku nggak secengeng itu sih sampai-sampai mah nangis. Ini cuma akting supaya Mas Reyhan luluh. Semoga aja.

Lama terdiam Mas Reyhan akhirnya ngangguk juga.

Yes!!!

"Tapi ada syaratnya," raut bahagiaku hilang seketika.

Aku menatap Mas Reyhan dengan bingung sekaligus takut. Takut kalau syaratnya aneh. Nanti kalau syaratnya aku di paksa ke KUA gimana? Terus habis di nikahin aku malah di siksa, terus di bunuh? OH TIDAK!

"Syaratnya apa?" Tanyaku takut.

Mas Reyhan menatapku, "Kamu harus mau ngirimin aku makan siang buatanmu sendiri, dan antar sendiri ke Restoran."

What? Mana sempat.

"Aku kan kerja Mas, mana sempat masakin Mas makan siang,"

Mas Reyhan tampak terdiam sebentar, tidak lama kemudian laki-laki galak bermata tajam itu menghela nafas pasrah, "Ya udah, kamu beli-in aja aku nasi Padang di depan kantor kamu itu terus bawa ke tempatku."

CK!

Aku menggigit bibir bawahku dongkol. Ribet banget nggak sih kalau harus beli makan di luar? Dia kan punya Restoran sendiri. Lagian, Mas Reyhan emang nggak takut gendut apa, ya kalau aku bawajn nasi Padang setiap hari. Buncit baru tau rasa dia.

"Aku nggak akan gendut kalau cuma makan nasi Padang setiap hari." Bisa aja nih orang nebaknya.

"Memangnya kalau aku gendut kamu nggak mau nikah sama aku?"

Hah?

"Mas ngomong apa sih?" Aku menatapnya risih. Ini dia lagi nggak ngasih kode kan?

"Aku bilang, memangnya kamu nggak mau nikah kalau laki-lakinya gendut terus berperut buncit?"

Perasaan dia tadi nggak ngomong gitu tadi deh.

Aku memutar bola mataku ke atas, berfikir.
"Ya aku nggak munafik sih pengen nikah sama cowok yang badannya bagus. Tapi kalau jodohnya cowok gendut, ya apa mau di kata. Nolak pun percuma kan?"

Aku benerkan, ya? Sebagai seorang perempuan aku nggak akan ngelak kalau aku suka sama cowok yang tubuhnya bagus. Tapi kalau aku nggak jodoh sama cowok yang sesuai kriteria aku, mau gimana lagi. Mau salto sambil jungkir balik pun jodoh aku tetep nggak akan berubah. Tapi kalau aku boleh berharap sih, jangan sampai lah ya. Hehehe!

"Bagus. Itu artinya kamu udah cocok di jadikan istri."

Kode keras banget nggak sih ini?

🏠🏠🏠🏠🏠

Sebelumnya aku udah bilang ya kalau Bab ini beda sama Bab 12 yang ku update sebelumnya.

Jahat banget aku, ya jarang Update.
Sekalinya Update malah dikit.

Aku nggak akan nulis kata maaf, karena kayaknya kalian udah bosen banget baca kata maaf ku.

Cuma aku mau berpesan buat kalian, jangan bosen-bosen ya kawan buat nunggu aku Update.

Bye bye👋👋👋

Continue Reading

You'll Also Like

25.9K 4.4K 15
Ini tentang Giwa, yang berusaha mengejar duda beranak satu bernama Gerald.
2.6M 39.4K 51
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
22.8K 1.2K 20
"maaf mas... bisa minta tolong, aku pinjem uangnya sepuluh ribu buat bayar bis. sekali iniiii aja..?? (sambil menunjukkan jari telunjuknya dan menunj...
35.2K 1.4K 28
"Sebelum meninggal, kedua orang tua kalian menuliskan wasiat untuk kalian agar mau menikah. Setidaknya kalian harus menjalankan pernikahan selama dua...