Aurel mendengus keras mengingat kembali tadi Gevan yang membentaknya, angin rooftop yang menerpa wajahnya dan menerbangkan rambutnya tak juga mendamaikan hatinya yang panas.
Air matanya tanpa sadar menetes namun dengan cepat Aurel hapus.
Suara langkah kaki membuat Aurel menoleh tadinya dia berpikir yang datang adalah Gevan ternyata adalah Cia dan Lizha.
Cia dan Lizha berjalan mendekati Aurel, mereka berdiri di samping Aurel sambil merangkul bahu Aurel.
"Lo gapapa Rel?" Tanya Lizha hati-hati.
Aurel menghela napas, "Mana ada sih cewek yang baik-baiknya setelah liat cowoknya bela cewek lain!"
"Sabar kak! Raddit sama Gevan itu sama aja sama-sama brengsek! Pokoknya kalo Gevan minta maaf jangan dimaafin gitu aja, enak aja main bentak kakak seenaknya," ucap Cia dengan bada tak suka yang tak ditutup-tutupi.
Lizha menaikkan satu alisnya mendengar Cia menyebut Raddit brengsek, "Kalo lo diajak balikan sama Raddit mau?"
Cia menatap ke arah Lizha, "Itu bisa dibicarakan!"
Aurel dan Lizha tertawa pelan mendengar perkataan Cia namun tawa mereka menghilang ketika melihat Gevan yang berdiri di depan pintu rooftop.
"Ngapain lo ke sini?" Tanya Cia dengan nada sinis sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Gue mau bicara sama Aurel," balas Gevan.
Cia mengerutkan dahinya, mudah sekali Gevan mengatakan hal itu setelah membentak Aurel, dia gak mau Gevan menyakiti hati Aurel. "Kak Aurel gak mau bicara sama lo!"
Gevan mendengus pelan, dia menatap tajam Cia namun Cia tak gentar di tatap tajam seperti itu.
"Lo gak punya hak buat ngelarang gue bicara sama tunangan gue!" ucap Gevan.
Cia tertawa pelan, "Kalo pas lagi kayak gini lo bilang kak Aurel tunangan lo? Terus kenapa lo bela cewek lain yang bukan tunangan lo?"
"Gue cuma mau ngomong sama Aurel bukan sama lo."
Cia yang mendengar ucapan Gevan melotot ingin rasanya dia menampol wajah Gevan namun tangan Aurel menahan tangannya.
"Kenapa kak Aurel nahan tangan gue sih kak, biar gue tampol tuh wajah Gevan! Edan, saudaranya siapa sih!" rutuk Cia.
"Sepupu lo, Ci!" celetuk Lizha membuat Cia mendengus.
"Oke! Gue izinin lo ngomong sama kak Aurel, awas aja sampe gue denger lo nyakitin kak Aurel gue bilangin lo sama tante," ancam Cia lalu berjalan menarik Lizha pergi meninggalkan rooftop.
Aurel mengalihkan matanya dari Gevan yang tak bergerak dari tempatnya berdiri setelah kepergian Lizha dan Cia.
Aurel merasa malas menatap tunangannya itu, diamenunduk menatap kedua kakinya yang terbungkus sneakers berwarna putih hingga sepasang kaki yang terbalut sneakers hitam berdiri tepat selangkah darinya.
Aurel mengangkat wajahnya dan berjengit kaget melihat Gevan ada di hadapannya, ingin rasanya Aurel mundur namun di belakangnya sudah ada pagar rooftop.
"Kamu mau ngomong apa?" Tanya Aurel memberanikan diri.
Gevan menatap tepat di kedua mata Aurel, bibirnya terbuka namun tertutup lagi. Seakan semua kata yang sudah dia rangkai di otaknya tak mampu Gevan ucapkan.
Sedikit rasa sakit di hati Aurel melihat Gevan yang tak kunjung mengatakan satu katapun bahkan kata maaf pun tak terucap setelah membentaknya tadi. Mata Aurel tanpa sadar mengeluarkan air matanya.
Gevan yang melihat itu terbelalak kaget, dengan panik dia segera mendekat ke arah Aurel lalu menghapus air mata yang menetes membasahi pipi tunangannya itu.
"Jangan nangis, hatiku sakit liat kamu nangis kayak gini!" ucap Gevan sambil menggelengkan kepalanya tak suka melihat Aurel menangis.
Bukannya berhenti menangis, mendengar kata-kata Gevan justru membuat air mata Aurel berlomba-lomba keluar.
Gevan seketika panik, dia segera menarik tubuh Aurel jatuh ke dalam pelukannya. Dagunya berada di atas kepala Aurel, dengan tangan kanannya mengelus lembut punggung Aurel.
Aurel yang dipeluk tak membalas pelukan Gevan, kedua tangannya masih berada di sisi tubuhnya dia hanya menangis mengeluarkan air matanya.
"Aku minta maaf udah bentak kamu!" ucap Gevan dengan nada penuh bersalah.
Tak ada kata balasan yang terlontar dari bibir Aurel yang membuat Gevan semakin bersalah, dirinya seharusnya tahu kalo Aurel sangat membenci jika dibentak namun malah dia tadi membentaknya.
Cukup lama mereka berpelukan, Gevan melepas rengkuhannya. Kedua tangannya menangkup wajah Aurel dan menghapus bekas jejak-jejak air mata yang membasahi pipi kesayangannya itu.
Aurel memejamkan matanya, haruskn dia memaafkan Gavin setelah apa yang dia perbuat?
Tangan Gevan menarik tangan Aurel lembut dan menggenggamnya. Ibu jarinya mengelus lembut punggung jari Aurel untuk memberikan ketenangan.
"Please, Rel! Maafin aku, aku tadi kelepasan bentak kamu," ucap Gevan dengan mata memohon.
Aurel membuka matanya dan menatap Gevan yang berada di depannya. Seandainya saat ini dia tak lagi marah dengan Gevan mungkin Aurel akan tertawa melihat raut Gevan yang seperti anak kucing yang meminta dipungut.
Aurel membuka mulutnya namun kembali menutup mulutnya, matanya menghindar tanpa mau melihat ke arah Gevan.
"Kamu tau kan Ka! Aku benci banget sama keempat cewek itu?" Tanya Aurel yang dibalas anggukan oleh Gevan.
"Terus kenapa kamu malah bela mereka bukan aku?" Tanya Aurel lagi dengan nada jengkel mengingat kembali perilaku Gevan yang mengesalkan.
"Aku gak bela mereka, aku cuma gak mau kamu nuduh mereka tanpa bukti Rel!" ucap Gevan membela diri, dia mengatakannya dengan nada lembut agar tak memancing amarah Aurel.
Alis Aurel meruncing mendengar ucapan Gevan, "Nuduh tanpa bukti gimana sih, Ka! Aku udah tau watak mereka itu gimana, Rea ngasih bekal ke Raddit padahal Raddit itu udah punya pacar! Terus sekarang Cia putus sama Raddit."
"Terus sekarang kamu malah bela mereka, pasti sekarang mereka kesenengan ngelihat kamu bela mereka kayak gini!" Tambah Aurel.
Gevan mengerutkan keningnya, "Aku sama sekali gak bela mereka, ya Rel! Kamu jangan nuduh, aku gak suka!"
Aurel yang mendengar ucapan Gevan mendengus pelan, "Aku gak nuduh tapi perilaku kamu tu udah ngejelasin semuanya! Dahlah males aku gak mau ngomong sama kamu!"
"Gak bisa gitu dong, Rel! Aku mau masalah kita selesai hari ini juga, aku gak mau kita marahan cuma karena masalah sepele!" ucap Gevan membuat Aurel melotot.
"Sepele kamu bilang? Ini gak sepele ya, semua berantakan gara-gara kamu! Bisa-bisanya bilang sepele!" ucap Aurel dengan nada kesal.
"Kok kamu malah nyalahin aku sih, Rel!" ucap Gevan merasa tak terima di salahkan.
"Terus menurut kamu, aku yang salah?" Balas Aurel sambil berkacak pinggang.
Gevan yang melihat Aurel marah pun mengatupkan bibirnya, takut menjawab salah.
"Dahlah! Aku males berantem sama kamu, bela aja terus sono si Litanjing itu sekalian jadiin tunangan!" cibir Aurel.
"Rel! Aku gak suka ya kamu ngomong kayak gitu!" ucap Gevan dengan nada naik.
"Bodo! Mending kamu pergi gih, aku males liat kamu!" usir Aurel.
"Aku gak mau pergi," balas Gevan keras kepala.
"Ya udah kalo kamu gak mau pergi, mending aku yang pergi! Kamu mending renungin deh kesalahan kamu baru setelah itu kamu boleh nemuin aku!" ucap Aurel sambil berjalan meninggalkan Gevan.
Aurel berjalan dengan amarah masih menguasai hatinya, melihat Gevan yang menurutnya sedikit berubah itu. Aurel membuka pintu roftoop dengan kasar lalu melanjutkan langkahnya namun netranya menangkap sesuatu yang ada di depan pintu.
Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri namun tak melihat ada orang yang melintazls, Aurel berjongkok dan mengambil benda itu. Aurel berdiri menatap benda yang dia pegang, tentu saja dia mengenal betul barang milik siapa itu. Sudut bibirnya tertarik lalu menyimpan barang itu ke dalam saku rok.
"Dasar penguping!"
°
°
°
°
°
°
Bersambung
Semoga cerita ini cepet selesainya ya dan empat cewek itu dapet hukumannya hehehe, semoga suka part ini :v
Spam nama Deka yuk
Spam nama Aurel yuk
Spam nama Dion yuk
Spam nama Jihan yuk
Spam nama Raddit yuk
Spam nama Putra yuk
Spam nama Bagas yuk
Spam nama Aidan yuk
Spam nama Cia yuk
Spam nama Lizha yuk
Spam nama Lita yuk
Spam next buat next part
Kasih semangat dong🥺
Sekian dulu yaa
Sampai jumpa di part selanjutnya
Bye
~17 Desember 2021