Cavaliere [M]

By chokoolava

23K 2.4K 2.6K

"The realms of day and night, two different worlds coming from two opposite poles, mingled during this time"... More

𝘼𝙄𝘾 - 𝘼𝙜𝙚𝙣𝙩 𝙄𝙙𝙚𝙣𝙩𝙞𝙩𝙮 𝘾𝙖𝙧𝙙
1 - *ೃ༄ 𝙐𝙣𝙤
2 - *ೃ༄ 𝘿𝙪𝙚
3 - *ೃ༄ 𝙏𝙧𝙚
4 - *ೃ༄ 𝙌𝙪𝙖𝙩𝙩𝙧𝙤
5 - *ೃ༄ 𝘾𝙞𝙣𝙦𝙪𝙚
6 - *ೃ༄ 𝙎𝙚𝙞
7 - *ೃ༄ 𝙎𝙚𝙩𝙩𝙚
8 - *ೃ༄ 𝙊𝙩𝙩𝙤
9 - *ೃ༄ 𝙉𝙤𝙫𝙚
10 - *ೃ༄ 𝘿𝙞𝙚𝙘𝙞
11 - *ೃ༄ 𝙐𝙣𝙙𝙞𝙘𝙞
12 - *ೃ༄ 𝘿𝙤𝙙𝙞𝙘𝙞
13 - *ೃ༄ 𝙏𝙧𝙚𝙙𝙞𝙘𝙞
14 - *ೃ༄ 𝙌𝙪𝙖𝙩𝙩𝙤𝙧𝙙𝙞𝙘𝙞
16 - *ೃ༄ 𝙎𝙚𝙙𝙞𝙘𝙞
17 - *ೃ༄ 𝘿𝙞𝙘𝙞𝙖𝙨𝙨𝙚𝙩𝙩𝙚
18 - *ೃ༄ 𝘿𝙞𝙘𝙞𝙤𝙩𝙩𝙤
19 - *ೃ༄ 𝘿𝙞𝙘𝙞𝙖𝙣𝙣𝙤𝙫𝙚
20 - *ೃ༄ 𝙑𝙚𝙣𝙩𝙞
21 - *ೃ༄ 𝙑𝙚𝙣𝙩𝙪𝙣𝙤

15 - *ೃ༄ 𝙌𝙪𝙞𝙣𝙙𝙞𝙘𝙞

991 83 82
By chokoolava

⚠️ Heavy-Mature ⚠️
(Contains: Mammary intercourse scene)

-

CAVALIERE
Chapter 15: Desire

Bunker kediaman Miraggio, beberapa hari sebelumnya

"Kudengar kau memiliki tato baphomet di tengkukmu. Itu artinya kau orang milik Diavolo-"

"-Apa mereka sempat menyinggung mengenai sosok gadis cilik bernama Sienna?"

Jimin meremas rambut Jieun, memaksanya untuk mendongak dan mengamati potret yang ditunjukannya. Wanita itu mendengus enggan menatap benda dua dimensi yang ditunjukkan oleh Jimin, justru berupaya melepaskan dirinya dari gertakan pemuda itu.

Kian jengkel oleh gelagat Jieun yang terus meresponsnya dengan penolakan, lantas Jimin memindahkan posisinya ke sisi tubuh wanita itu. Lututnya ditekankan pada bahu kanan Jieun, menarik rambutnya, sekali lagi menyodorkan selembar foto itu tepat di hadapan wajah Jieun.

"Beberapa hari lagi, di saat yang tepat aku berjanji akan melepaskanmu jika kau bersedia menjawab pertanyaan dariku," Jimin semakin menekankan lututnya.

Menyebalkan, hanya disuruh untuk menjawab satu pertanyaan saja bisa sesulit ini.

"Bukan," disamping jujur atau tidaknya Jieun, wanita itu akhirnya menyuarakan jawabannya. "Mereka pernah membicarakan soal Sienna. Namun-" Jieun menjeda sembari meraup lebih banyak oksigen kala Jimin mengendurkan penekanannya. "Foto yang ditunjukkan kepadaku berbeda dengan itu."

Jimin beringsut menjauhkan tubuhnya dari Jieun. Memberi wanita itu akses untuk bergerak lebih banyak, setidaknya tanpa tertahan oleh lututnya. "Bagaimana dengan ini," Jimin mengeluarkan ponsel dari sakunya. Menunjukkan foto Yiseul yang diambilnya diam-diam tanpa sepengetahuan siapapun.

Jieun bangkit duduk, membenarkan pakaiannya yang tampak lebih kacau semenjak perlawanannya pada Jimin. Maniknya mengernyit sejenak, mengamati hasil pengambilan gambar Jimin. Jimin memperbesar gambar pada layar ponselnya itu, kalau-kalau penglihatan Jieun kurang jelas.

"Benar. Yang ini," Jieun menatap mata Jimin. Mengisyaratkan bahwa kali ini ia begitu yakin dengan penglihatannya. "Diavolo pernah mengirimiku foto profil gadis ini. Dan berasumsi bahwa identitas asli gadis itu adalah Sienna Genevra"

"Kwon Yiseul. Kalau tidak salah, itu nama Koreanya."

Jimin tersenyum kecut. Lucu sekali. Pradigma konyol Taehyung selama ini ternyata benar.

[]

Jimin menyudahi sesi emosional antara dirinya dengan Yiseul. Sejak sebelum Yiseul datang, atensinya termagnet pada suatu benda di dalam tas pakaian Yiseul. Jimin lantas menyinggung hal tersebut sebelum ia melupakan tujuan awalnya, "Apa buku warna-warni yang ada di dalam sana adalah album fotomu?"

"Warnanya begitu mencolok jadi aku langsung terfokus pada benda itu," dalihnya.

"Iya. Jimin ingin lihat?" Jika diingat-ingat, Yiseul belum sempat membuka album fotonya sama sekali bahkan setelah Beomgyu memberitahunya kemarin. Kebetulan Jimin menyinggung soal benda itu, jadi Yiseul bisa melihat foto-foto lampaunya dibarengi oleh komentar Jimin.

"Agak berat," Yiseul mengangkat album foto tebal itu, berlari kecil menuju tepi tempat tidurnya lantas membanting bokongnya di sisi Jimin.

"Beomgyu bilang, dulu hampir setiap saat aku meminta kedua orang tuaku untuk dipotret. Hingga hasil cetaknya sampai sebanyak ini," Yiseul mulai membuka halaman pertamanya. Gambar dirinya sedang mandi bersama Beomgyu di dalam bathtub ada pada halaman pertama, "Ya ampun." Yiseul segera menutupinya menggunakan telapak tangannya. "Kami masih kecil, jadi tidak mengerti."

Jimin tertawa, "Tapi kelihatanya Beomgyu sudah mengerti?" Yiseul tidak menghiraukan Jimin yang menggodanya. Ia lanjut membalik halamannya. "Saat di taman bermain lututku terluka, dan bekasnya bertahan cukup lama." Yiseul menunjuk gambar dirinya dengan bekas luka di lutut kanannya sedang berjongkok di antara rak pasar swalayan. "Aku mengingatnya dengan jelas karena bekas itu masih ada sampai sekarang." Yiseul menunjukkan Jimin bagian lututnya, terlihat samar warna kemerahan di sana.

Setiap Yiseul membolak-balikkan halamannya, Jimin terus menatap lamat foto-foto masa kecil Yiseul. Memerhatikan apakah ada persamaan antara wajahnya dengan Sienna yang dikenalnya. Namun tampak jelas bahwa keduanya berbeda kontras.

Siapapun yang mengenal Sienna kemudian melihat potret masa kecil Yiseul, akan berpendapat sama dengan Jimin.

"Yiseul," Jimin menahan tangan Yiseul agar berhenti sejenak. "Apa masih terdapat ruang kosong di album milikmu itu?"

"Hmm, aku akan memeriksanya." Yiseul segera membalikkan setiap halamannya hingga sampai pada halaman akhir. Hanya terdapat satu bagian yang belum diisi oleh foto. "Rupanya masih ada. Kenapa Jimin-ssi?"

"Aku ingin menitipkan ini padamu," Jimin mengulurkan tangannya. Menunggu Yiseul untuk mengambil alih benda tersebut dari tangannya.

"Apa ini?" Yiseul melihatnya sejenak. "Yang berada di tengah itu, Sienna?"

Jimin mengangguk, benda yang baru saja diberikan kepada Yiseul adalah foto yang sama dengan yang Jimin tunjukkan pada Jieun beberapa hari lalu. Dan entah kenapa, Jimin tak lagi ingin menyimpannya. Di samping fakta yang masih ia ragukan kebenarannya, Jimin harap, memberikan benda tersebut untuk disimpan oleh Yiseul bukanlah keputusan yang salah.

"Aku akan menyimpankannya untukmu. Setidaknya sampai kalian menemukan gadis bernama Sienna ini." Senyumnya tampak begitu tulus. Jimin berkonklusi bahwa tidak tersirat sedikit pun pikiran buruk di dalam benak gadis itu.

Tanpa disadari oleh Yiseul, Jimin tersenyum masam dibalik wajahnya yang ditundukkan.

Dia adalah kau.

Sejemang, batin Jimin kembali kosong yang kemudian dirasuki oleh berbagai macam emosi yang menyesakkan. Mestinya Jimin bersyukur kalau Sienna masih hidup, itu artinya kejadian 10 tahun yang lalu bukanlah kesalahannya.

Namun Jimin tak pernah luput dari rasa bencinya yang begitu dalam. Rasa sakit hatinya oleh sebab Taehyung terus menyalahkannya mengenai hal apapun yang ada sangkut pautnya dengan Sienna. Jimin masih ingat dengan sumpahnya, dimana ia akan membunuh Sienna jikalau gadis itu masih hidup. Toh, Jimin berbuat salah atau tidak pun, Taehyung akan selalu memojokkannya.

Sama saja.

Jadi, bolehkah Jimin menyingkirkan Yiseul menggunakan caranya sendiri?

[]

"Taehyung, kau sudah bangun?" Yoongi mendedikasikan waktu tidurnya demi membantu Taehyung. Semalaman terpapar sinar monitor membuat Yoongi berkeinginan untuk menukar matanya dengan sepasang bola mata yang baru.

Taehyung melewati sisi belakang sofa yang diduduki oleh Yoongi "Hyung-" ditariknya bahu Yoongi dari belakang hingga membentur sandaran sofa itu. "Jangan bilang kau tidak tidur semalaman demi membantuku?" Taehyung berjalan menyusuri sisi sofa, kemudian duduk di sebelah Yoongi.

"Ya. Apa kau terharu melihatku sepeduli ini denganmu?"

Taehyung tergelak. Jujur, agak merasa bersalah telah menyusahkan Yoongi. Rambut Yoongi yang berminyak membuat Taehyung yang melihatnya merasa semakin iba. Sebegitu totalitasnya Yoongi membantu persoalannya.

"Maaf telah menyusahkanmu hyung. Juga, terima kasih telah mengorbankan waktu tidurmu."

Yoongi mengangguk-angguk dengan wajah bangga. Ia mengapresiasi dirinya sendiri karena menjadi teman yang solider. Di waktu selanjutnya, raut wajahnya berubah total menjadi lebih serius. Tangannya menggeser benda elektronik andalannya agar Taehyung dapat melihat ke arah monitor dengan jelas.

"Persentase orang Korea berjenis kelamin perempuan dengan nama Hyungseo lebih kecil dibandingkan laki-laki. Selain itu, dalam riwayat pertemanan Yiseul, sama sekali tidak ada yang bernama Hyungseo."

Yoongi menekan-nekan tombol tetikusnya, mengganti halaman tangkapan layar yang diambilnya untuk ia tunjukkan kepada Taehyung. "Aku telah berusaha menggali informasi lebih dalam, namun hal krusial yang mampu kutemukan hanyalah nama panti asuhan tempat Madre Caterina mengadopsi Yiseul."

"Panti asuhan Hwimang?" Taehyung mengernyit. Ia sekaligus memerhatikan daftar nama anak-anak lain yang juga dirawat di sana 10 tahun lalu. Benar kata Yoongi, tidak ada yang bernama Hyungseo di sana.

"Aku kesulitan saat mencoba mencari lebih banyak informasi mengenai alasan Yiseul dititipkan di sana. Jadi, satu-satunya solusi yang bisa kau lakukan jika ingin memastikan sesuatu adalah dengan mengunjungi tempat itu."

Yoongi mendecak, "Aku tidak yakin jika pihak panti asuhan akan membeberkan informasi dengan cuma-cuma," imbuhnya.

"Sebagai cadangannya, aku telah melacak identitas beserta alamat teman-teman seumuran Yiseul yang juga dirawat disana 10 tahun lalu. Kau bisa mendatangi mereka satu per satu jika panti asuhan tidak memberimu cukup informasi."

Taehyung meletakkan jemarinya di atas papan tombol, menekan tanda panah untuk melihat-lihat setiap lembar halaman informasi yang telah Yoongi siapkan untuknya.

"Luar biasa, hyung kau telah melakukan banyak hal untukku." Taehyung menarik sudut bibirnya.

"Titik terang telah ditemukan. Kau boleh memindahi berkas tersebut ke ponselmu-" Mulut Yoongi terbuka lebar, menguap berlebihan seakan mulutnya akan robek dalam bentuk vertikal."Kau harus menlanjutkan sisanya sendiri, aku ingin menebus waktu tidurku."

[]

Kedua kakinya terasa lumpuh, seperti ada yang menahan kedua kakinya dengan sengaja. Jungkook menyingkirkan lengannya dari dahi, matanya terbuka secara perlahan.

"Koo..." binar mata khas milik Yiseul menyambutnya dari bawah. Lantas Jungkook menekuk lehernya hingga dagunya menyentuh dada. Yiseul bersimpuh di antara kedua kakinya dengan pinggul ditunggingkan. Punggungnya ditekuk kebawah agar dagunya bisa menggapai abdomen Jungkook.

Apa penglihatannya tidak salah?

Bando kelinci berbulu putih dengan kostum elok yang menggairahkan. Apa gerangan yang membuat Yiseul berpenampilan sedemikian erotis.

"KooKoo sudah bangun?" daksa mungilnya digeserkan sedikit, bersamaan dengan Jungkook yang menangkap eksistensi ekor mungil yang menyembul di bagian belakang gadis itu. "Apa yang kau lakukan di sini, Yiseul?" Jungkook menyugar surai sang gadis.

"KooKoo bilang minta dicium, jadi aku datang kemari. Maaf aku sempat menolak permintaan KooKoo." iras jelitanya ditenggelamkan pada paha kekar Jungkook. Kala Yiseul kembali menyisakan jarak di antara wajahnya dengan paha kekar milik Jungkook, bagian lain dari Jungkook lekas mengalihkan atensinya.

Melihat pergerakkan Yiseul membuat Jungkook meneguk ludahnya. Jantungnya berdebar semakin kencang manakala mulut mungil gadis itu kian mendekati miliknya yang tengah mengeras.

Ini aneh. Bukankah gadis itu telah melalui fase heatnya. Namun pheromone yang dikeluarkan oleh gadis itu tetap sama kuatnya dengan yang sebelumnya, hingga beta sepertinya pun dapat merasakan semerbak manis lonicera yang menguar dari tubuh Yiseul.

Napas Jungkook melambat semenjak Yiseul memasukkan milik Jungkook yang masih berbalut celana ke dalam mulutnya. Gadis itu mengisapnya, menggodanya dengan menekan-nekankan lidah lembapnya pada ujung milik Jungkook.

Jungkook meloloskan erangan samarnya. Otaknya masih sulit mencerna hal apa yang sedang terjadi saat ini. Bagaimana Yiseul bisa berada di ruangannya dan bersedia merangsangnya. Ia baru saja bangun dari waktu beristirahatnya, tapi langsung disambut oleh permainan Yiseul yang memanjakan. Seharusnya Jungkook bersyukur, bukan heran.

Decapan demi decapan, diselingi oleh gumaman menggemaskan yang keluar dari labium Yiseul membuatnya semakin bergairah untuk menodai gadis di bawahnya itu dengan merealisasikan imaji-imaji mesumnya.

Jemari Jungkook beringsut menurunkan ritsleting seluarnya, menginterupsi pergerakan mulut Yiseul agar dirinya dapat menikmati hisapan lembut dari mulut gadis itu secara direk.

Siapa sangka Yiseul akan bermain tarik ulur dengannya. Alih-alih menuruti kemauan Jungkook, gadis itu malah menjeda aktivitasnya.

"Koo," sang gadis tergelak merendahkan, lantas tubuhnya sedikit ditegapkan. Bersimpuh dengan bokongnya yang dibebankan pada kedua tungkainya. "Tujuan utamaku datang kemari untuk menagih ciumanmu, bukan bersenggama."

Dari mana Yiseul mempelajari kosakata kotor seperti itu?

Wajah Jungkook memanas. Yiseul mempermainkan libidonya, barusan itu dirinya sedang dipermalukan bukan?

"Tanpa intensi bersenggama denganku, namun memprovokasiku menggunakan pakaian seperti ini?" Jungkook mendorong punggungnya sendiri agar dirinya tak lagi dalam posisi berbaring. Tangannya meraba bagian dada Yiseul dan meremasnya keras, merambat menuju ke punggung gadis itu, berakhir pada ekor kelinci yang menghiasi bagian belakang Yiseul.

Memekik kala Jungkook iseng mencoba memberi cubitan pada ekor kelinci artifisial Yiseul. Membuatnya sadar akan adanya suatu tombol di dalam buntalan ekor tersebut. "Jangan di tekan Koo, yang itu sensitif." Jungkook semakin dibuat penasaran oleh larangan itu.

"Koo.. hentikan- jangan yang itu." Yiseul merengek. Akses belakangnya bergetar oleh sebab Jungkook memainkan tombol pada ekornya. Niat awal Yiseul memakai benda itu sebagai aksesoris, berujung nikmat jahanam yang sedikit menyiksanya. Jungkook menyunggingkan sebuah senyum kemenangan, "Jangan bilang kau tidak mengetahui fungsi sesungguhnya dari benda ini?"

Tubuh ringkih sang gadis mendadak turbulensi oleh karena getaran yang disalurkan dari alat tersebut. Yiseul meminta maaf berkali-kali telah membuat Jungkook kesal, namun Jungkook masih enggan menghentikan permainan usilnya.

Yiseul meraih bahu Jungkook, mencengkramnya kuat kemudian menyatukan bibirnya pada milik Jungkook dengan maksud agar konsentrasi pria itu teralihkan. Merayunya agar pemuda itu berhenti menyiksa bagian belakangnya.

Keduanya terpejam erat, malah kalut dengan penyatuan bibir mereka.

Cukup lama, Yiseul akhirnya berhasil membuat Jungkook berhenti mempermainkan alat itu. Kini Yiseul beralih menyalurkan lumatan-lumatan lembut pada labium kenyal milik Jungkook, sesuai dengan yang Jungkook inginkan kemarin.

Berhenti sejenak, kedua insan tersebut saling bertukar pandangan satu sama lain. "Lunas Koo, kita telah berciuman. Jadi sekarang lepaskan aku ya?"

Jungkook menggeleng, "Tidak, sebelum kau bertanggung jawab atas perbuatanmu." Tangan besarnya menahan kedua lengan Yiseul, menukar posisi gadis itu menjadi di bawah kungkungannya. Jemarinya merambat ke bagian punggung gadis itu, mengendurkan pakaiannya dengan cara melepaskan simpul ikatan yang ada di sana. Jungkook menurunkan kostum berbulu menggemaskan yang Yiseul kenakan hingga menampilkan kedua buah dada bulat milik Yiseul.

Ujungnya yang mencuat kemerahan membuat Jungkook kesulitan mengalihkan fokusnya dari sana.

"Tangkup dadamu kelinci manis," gairah Jungkook tidak lagi dapat dibendung. Ia ingin segera merealisasikan imaji kotornya.

"Kau mengabaikanku?" Yiseul membulatkan matanya, tatapan nyalang Jungkook tampak berbeda dibandingkan biasanya. Kedua pipinya memerah, tangannya menuruti arahan Jungkook-menangkup kedua dadanya sendiri dengan ujung kemerahan yang dibiarkannya mencuat di antara sela jemarinya.

Melihat itu, Jungkook semakin mengeras. Pandangan itu menyiksanya bukan main.

Meloloskan erangan berat bahkan sebelum mereka memulai permainan sesungguhnya.

"Sempitkan dadamu," lirihan Jungkook begitu mendominasi, lantas Yiseul lekas melaksanakan instruksinya.

Jungkook. Pria beta itu bergegas memposisikan kedua kakinya berlutut di samping kedua sisi perut Yiseul. Menyangga bobot tubuh kekarnya menggunakan kedua tungkainya sendiri. Di menit selanjutnya ia absolut mengeluarkan batang ereksinya yang kemudian diarahkan pada belahan dada Yiseul.

Gadis itu tertegun, jantungnya berdebar kencang dan sekujur tubuhnya pun ikut memanas.

Perlahan, Jungkook mulai menggesekkan ujungnya di sana. Membiarkan miliknya terhimpit oleh lipatan dada Yiseul. Benar, Jungkook ingin mencoba memuaskan dirinya walau tanpa adanya penetrasi.

"Koo-" tubuh Yiseul berguncang oleh karena pergerakan pinggul Jungkook yang tidak sabaran. Yiseul melepaskan tangkupan dadanya, berpindah memposisikan tangannya di sisi luar kedua payudaranya. Menekan lebih kuat supaya lipatan dadanya semakin sempit, memendam milik Jungkook yang tiada henti bergesekkan dengan permukaan kulitnya.

Pria itu semakin kesetanan, rasanya begitu nikmat hingga dirinya mampu merasakan bahwa dirinya akan cepat mencapai klimaks. Sembari membiarkan Jungkook menaik turunkan pinggulnya, Yiseul menarik tangan Jungkook kemudian meletakkannya pada kedua sisi dada bulatnya, membiarkan pria itu mengambil kuasa di bagian dadanya.

Yiseul meraih ujung dari milik Jungkook, memainkannya sedikit dengan memberikan penekanan yang tidak konstan membuat Jungkook berhasil menyemburkan cairannya lebih cepat, mengotori iras rupawan Yiseul. Bersamaan dengan pelepasannya yang tak terkontrol, ia mendengar ketukan pintu yang sangat keras, disusul oleh seseorang memasuki ruangannya.

"Jung."

"Jungkook!"

Diusapnya kedua mata bulatnya yang masih tercekat itu, maniknya mengedar, mendapati Jimin sudah berdiri di sudut ruangan.

Jungkook bermimpi.

"Jalang mana lagi yang kau perkosa di dalam mimpimu, Jung?" ejek Jimin, lantas melipat kedua tangannya sembari menghampiri tempat tidur Jungkook.

"Sial. Barusan tadi hanya mimpi?"

"Kau kecewa karena aku datang di saat yang tidak tepat?"

"Hyung, diamlah sebentar. Aku-" Jungkook meremas sisi kepalanya, ia kemudian menunduk dan mendapati selimutnya telah basah oleh karena semburan cairannya sendiri. "Sepertinya aku telah melampaui batas."

"Aku... menjadi lebih mudah terangsang hanya karena suatu hal yang bersinggungan dengannya."

"Siapa yang kau maksud? Lee Jieun atau-" Jimin menjeda kalimatnya. Bokongnya diistirahatkan di tepi tempat tidur Jungkook. Tangannya menggerayangi bagian bawah Jungkook yang masih dilapisi selimut tebal sebagai perantara.

"-Yiseul?"

Jungkook menyeka keringatnya menggunakan punggung tangannya, sekaligus menyugar rambutnya ke belakang.

"Sepertinya jawaban keduaku yang lebih tepat. Benar begitu?"

"Jungkook-ah," Jimin menggenggam bahu Jungkook, mendekatkan bibirnya di samping daun telinga Jungkook. "Jika Yiseul yang kau inginkan, maka kau harus segera mengklaimnya. Mungkin ini akan terlalu cepat bagimu, namun pikirkanlah baik-baik sebelum beta atau alpha lain seperti Taehyung mendahuluimu."

Jimin lantas memundurkan daksanya. "Kau harus segera menandai Yiseul dan menjadikannya pasanganmu sebelum kesempatan emasmu itu direnggut."

[]

Taehyung itu tahu diri, kali ini ia hanya akan merepotkan dirinya sendiri dan membiarkan Yoongi mengisi daya baterainya di sofa. Lucu sekali mengingat Yoongi nyaris menyumbangkan furnitur tersebut pada kucing liar, nyatanya Yoongi dan sofa itu menjadi belahan jiwa yang kompatibel bagaikan kucing dengan wisma kardusnya.

Hari semakin petang sebab matahari kembali bersembunyi. Taehyung masih saja berkutat dengan daftar nama teman-teman masa kecil Yiseul. Sebenarnya tidak terlalu banyak. Mengingat riwayat hidup Yiseul, gadis itu tidak begitu lama menetap di panti asuhan sebelum Madre Caterina menjemputnya. Tapi rata-rata orang yang tercatat di dalam daftar nama yang Yoongi berikan itu juga masih menduduki bangku sekolah menengah atas seperti Yiseul. Oleh karena itu Taehyung harus telaten. Menghampiri beberapa sekolah untuk menemui mereka dan menanyakan perihal masa lalu Yiseul.

Perkataan Yoongi cukup valid, pihak panti asuhan menutup rapat riwayat hidup dari anak-anak asuh mereka. Katanya, mengumbar masa lalu mereka yang mungkin dianggap sebagai aib bisa saja membuat mereka terusik.

Kembali menyinggung mengenai masa lalu Yiseul, ketika Taehyung menunjukkan cetakan foto masa kecil Yiseul yang Yoongi berikan, kepala panti asuhan membenarkan bahwa Yiseul sempat tinggal di sana. Tidak ada informasi lebih. Namun saat dirinya menampilkan potret Sienna, mereka sama sekali tak berkutik.

Bagaimanapun, Taehyung harus menemukan evidens konkret. Siang hari, Taehyung sempat bertanya kepada beberapa remaja yang masih tinggal disana dan beberapa siswa-siswi di jam istirahat sekolah mereka.

Beberapa jawaban Taehyung gabungkan menjadi suatu probabilitas. Kala itu, mereka pernah melihat gadis kecil yang mengunjungi panti asuhan bersama dengan beberapa orang dewasa. Rambutnya sedikit pirang juga warna matanya sangat cantik, gelap namun sedikit berbeda dengan milik orang Asia. Tangan mungil gadis itu terus digenggam erat oleh wanita dewasa yang ada di sebelahnya, cara jalannya terlihat kaku dan sedikit aneh.

Akan tetapi, sepengetahuan mereka gadis itu dan beberapa orang dewasa tadi hanya datang untuk berkunjung karena mereka pergi tanpa meninggalkan gadis itu di panti asuhan.

Hari-hari berikutnya, mereka kembali kedatangan gadis kecil dengan perawakan yang similar dengan yang sebelumnya. Tapi kali ini, orang yang ada bersamanya berbeda dan mereka memang datang untuk menitipkan anak itu di sana. Wajah gadis itu dibaluti oleh perban yang mengharuskan kepala panti asuhan terus menuntunnya. Setelah beberapa lama dirawat secara pribadi oleh sang kepala panti asuhan, akhirnya anak itu diperkenalkan kepada yang lainnya sebagai Kwon Yiseul.

Jika benar Sienna dan Yiseul itu sama, konklusi aktual Taehyung adalah Sienna menjalani rombak wajah dan melahirkan individu baru yaitu Yiseul. Secara personal, Taehyung masih meragukan praduganya. Ia terus mengetuk-ngetuk setir mobilnya. Sedikit tidak sabaran menunggu orang terakhir yang ada dalam daftar nama itu menyelesaikan jam sekolahnya.

Taehyung melirik jam di ponselnya yang telah menunjukkan pukul delapan malam. Sedikit prihatin dengan sistem pembelajaran yang terbilang mengeksploitasi kemampuan otak remaja jaman sekarang. Tak lama setelahnya, deringan genta memenuhi seantero gedung sekolah hingga lapangan dan tempat parkir. Beberapa siswa mulai berhambur keluar, lantas Taehyung memerhatikan wajah mereka satu persatu.

Taehyung menemukan satu siswi yang ditunggunya. Yoo Geurin, manik Taehyung menilik label nama pada seragam gadis itu dari dalam kendaraannya. Melihat wajah dan namanya telah sesuai, lantas ia bergegas keluar dari mobil dan memberhentikan gadis itu.

"Haksaeng!" Taehyung menutup pintu mobilnya bertepatan dengan saat gadis itu berpapasan dengan tempat mobilnya diparkirkan.

"Yoo Geurin-ssi?" Merasa namanya dipanggil, barulah gadis menghentikan langkahnya, melepas fon telinga tanpa wayar yang dikenakannya kemudian menoleh.

"Ya?"

[]

Pada dasarnya Yiseul tidak akan marah jika orang lain mengatainya anak rumahan. Sesungguhnya alasan mengapa dirinya selalu mendekam di rumah bukan karena dirinya anti sosial atau tak ingin keluar kandang. Tapi dikarenakan wanti-wanti kedua orang tuanya, Beomgyu, dan kali ini Seokjin yang akan melarangnya untuk keluar sendirian dengan alasan takut anak itu akan hilang.

Itu sebabnya hari itu, dimana Yiseul bertemu dengan Jungkook untuk kedua kalinya di toko macaroon-kala itu Yiseul diperbolehkan untuk keluar sendiri bahkan diberi uang saku berlebih untuk membeli camilan sepuasnya oleh sang ibu. Tentu dirinya menggunakan kesempatan itu semaksimal mungkin. Meskipun ujung-ujungnya, Jungkook lah yang mengantarnya pulang.

Kali ini, selagi Seokjin sedang tidak berada di rumah. Dengan hanya berbekal izin dari Yoongi Yiseul mengendap keluar dari rumah sebelum yang lain melarangnya.

Bagaimana Yoongi tidak memberinya izin, jika Yiseul terus menepuk-nepuk pipi tembam pria itu saat sedang terlelap. Kendati Yoongi adalah satu-satunya orang yang tertangkap oleh manik Yiseul sesaat setelah ia berderap keluar dari kamarnya. Menekankan bahwa Yoongi memberi izin Yiseul dengan keadaan setengah sadar. Tentu Yoongi tidak akan bertanggung jawab jika anak itu hilang. Toh, dirinya memberi izin pun karena anak itu yang memaksanya.

"Jangan pulang larut malam. Aku tidak akan bertanggung jawab jika kau diculik," kalimat persetujuan yang Yoongi ucapkan sebelum melanjutkan tidurnya.

Sekejap, Yiseul melesat keluar dari rumah mewah itu, layaknya tuan putri yang baru saja bebas dari istana yang mengurungnya selama puluhan tahun.

Riang gembira, ia berjalan diselingi lompatan-lompatan kecil. Semakin menjauh dari tempat tinggal temporernya walau sebenarnya ia tak memiliki tempat tujuan yang pasti. Berbeda dengan sebelumnya saat ia diberi uang saku berlebih, kali ini Yiseul hanya membawa beberapa won saja. Entahlah, mungkin Yiseul bisa mengunjungi gerai pedagang kaki lima.

Yiseul ingin memeriksa jam namun gadis itu tak memiliki ponsel, perangkat yang ia punya hanya notebook untuk homeschooling-nya dan tablet biasa untuk mengunduh permainan atau sekadar menghubungi Beomgyu. Dirasa kurang praktis karena bobotnya lebih berat dibandingkan ponsel, ia tak akan membawa dua benda itu keluar bersamanya.

"Permisi ajumeoni," Yiseul menepi untuk mendekati bibi-bibi dengan kantong plastik di kedua tangannya. "Kalau boleh tau, sekarang jam berapa?"

Wanita itu mengangkat salah satu lengannya untuk melirik ke arloji, "Sudah hampir pukul delapan malam."

Yiseul sedikit terkejut, itu artinya sudah hampir tiga jam sejak ia berjalan meninggalkan rumah. Tapi ia masih saja belum sampai ke tepi kota. Pantas saja saat pertama kali dirinya diantar oleh Beomgyu ke kediaman mereka menggunakan taksi online, tarifnya sangat mahal.

Jujur, sekarang Yiseul jadi takut lupa dengan arah pulang.

"Agassi, apa kau keluar sendirian?"

"Iya," Yiseul menggaruk tengkuknya.

"Berhati-hatilah agassi, ada kalanya kawasan sepi seperti ini pun rentan bahaya. Oh kabar baiknya, tepi sudah semakin dekat. Jaraknya hanya beberapa meter dari sini."

Yiseul sedikit lega. Padahal niat awalnya ingin menyegarkan penat dengan menghirup udara luar. Namun perjalanan yang jauh membuatnya terlihat seperti petualang alam.

[]

"Terima kasih!" Yiseul menerima satu mangkuk kertas berisikan beberapa tusuk kue beras.

Sembari menyantap kue beras ia berjalan menyusuri trotar, melihat ke sekeliling. Banyak toko yang cukup familiar karena Ryu pernah mengajaknya ke daerah itu.

Ah benar. Yiseul masih ingat alamat cafe tempat Christian bekerja juga ada di sekitar sana. Berkunjung sebentar sepertinya ide bagus, asal dirinya tak pulang tengah malam.

Langkah Yiseul semakin mantap dengan cafe tempat Christian bekerja sebagai tujuannya. Semoga saja sisa uang yang dibawanya cukup untuk membeli sesuatu di sana. Sekalipun tidak cukup, ia bisa menagih minuman berbahan dasar susu yang sempat ditawarkan oleh Christian secara gratis.

Tapi di dunia ini 'kan tidak ada yang gratis?

Entahlah. Selama Yiseul tidak menjual diri demi segelas susu, dia masih bisa pulang dalam keadaan selamat.

Yiseul menyudahi pergumulan di benaknya. Mendorong pintu kaca cafe dan langsung menangkap presensi Christian di tempat yang sama seperti sebelumnya.

Benar yang dikatakan oleh Ryu, Christian itu populer. Dilihat dari betapa banyak wanita yang duduk memenuhi deretan kursi stool bar yang berhadapan langsung dengan tempat Christian meracik minumannya.

Yiseul tidak kebagian tempat duduk. Semuanya penuh. Atau sebaiknya ia pulang saja?

Yiseul meremas ujung atasannya. Bimbang antara merelakan jerih payah letih fisiknya dan pulang ke rumah, atau mengantri sampai ke pergantian abad demi menemui Christian.

Demi Yoongi, sepertinya opsi pertama lebih disarankan. Jika terlalu lama mengantri dan sampai di rumah lewat tengah malam, tentu Yoongi bisa dijadikan objek samsak oleh Seokjin.

Pada akhirnya Yiseul beringsut untuk memutar balikkan kakinya, namun di saat itu juga Christian menyadari kedatangannya.

"Kucing manis!"

Yiseul reflek menoleh, mungkin karena dirinya sempat dipanggil menggunakan kata ganti yang sama sebelumnya.

Christian segera melangkahkan tungkainya dengan cepat. Memutari bar untuk keluar menghampiri Yiseul, diiringi oleh berpasang-pasang mata yang mengekor padanta. "Kau baru saja datang? Kenapa buru-buru pergi?"

"Antri. Aku tidak diizinkan untuk pulang larut malam," jawab Yiseul apa adanya.

"Ikuti aku." Christian meraih pergelangan tangannya untuk mengajak Yiseul masuk ke dalam bar. Yiseul menunduk untuk menghindari tatapan elang kaum hawa yang berhasil membuatnya resah. Mereka iri, tentu.

"Duduklah di sini," Christian ketinggian stool bar yang ada di belakangnya. Menekan bahu Yiseul untuk duduk di sana. "Akan kubuatkan minuman dengan susu seperti yang telah kujanjikan," bisiknya sebelum mengalihkan kedua tangannya dari bahu Yiseul.

[]

"Bagaimana rasanya, apa kau suka?" Christian menarik kursi, duduk menghadap Yiseul yang gelasnya telah kosong di genggamannya.

Yiseul mengangguk, kepalanya celingukan untuk melihat kondisi cafe di balik badan Christian. Tak ada lagi wanita berpakaian minim yang duduk di sana. Sebagian banyak pengunjung telah beranjak dari sana. Walau itu tandanya hari semakin malam, namun Yiseul masih bisa berdalih kalau ini belum tengah malam jadi ia masih bisa tetap tinggal lebih lama.

"Chris, cafenya mau tutup. Tidak beres-beres?" Yiseul mengerjap. Mengembalikan gelas kosongnya pada Christian. Syukur pria itu mengingat janjinya, memberinya minuman gratis tanpa harus ditagih terlebih dahulu.

Pria itu menggeleng, "Masih buka sampai satu jam kedepan." Kedua tangan pria itu diulurkan, salah satu mengambil gelas kosong, satu yang lainnya mengusap sudut bibir Yiseul. "Benar-benar seperti kucing."

Apa maksudnya? Barusan tadi Christian menyamakannya dengan seekor kucing yang bulunya terkena noda susu?

Pipi Yiseul memerah. "Chris, kenapa kau selalu memanggilku kucing manis? Jangan bilang kau melupakan namaku?"

Christian tergelak, "Sebutan itu sangat cocok untukmu, Kwon Yiseul-ssi."

Yiseul tidak berkicau lebih banyak. Lengan kemeja Christian yang ditekuk sampai siku memberinya akses untuk memandangi seni rajah yang ada di sana.

"Sakit tidak saat digambar seperti ini?" ceplosnya.

Christian mengangguk, "Sakitnya hanya sementara, namun hasilnya tidak pernah mengecewakan."

Sepersekon setelah keduanya kembali hening, lantas Yiseul bangkit berdiri, "Christian, terima kasih untuk hari ini. Aku harus pulang sebelum orang-orang rumah memarahiku."

"Perlu kuantar?"

Tawaran bagus. Tapi seperti yang Yiseul bayangkan. Ia ingin mencoba untuk lebih mandiri. Walau dirinya gadis omega, bukan berarti dirinya setara dengan balita usia lima tahun ke bawah. Yiseul bisa pulang sendiri-selama lampu jalanan masih menyala dan masih ingat arah jalan pulang.

Sesaat setelah dirinya keluar dari bar dan berpamitan pada Christian, tanpa disengaja irasnya berbenturan dengan dada bidang seorang pria jangkung.

Wangi tubuhnya yang khas membuatnya mampu mengenali pria di hadapannya itu bahkan sebelum kepalanya didongakkan. Gourmand manis kesukaannya. Itu Taehyung.

"Yiseul, bagaimana kau bisa ada di sini?"

Taehyung menautkan alisnya, netranya menatap tajam ke arah gadis itu, menuntut suatu penjelasan. Kepalanya digerakkan menyesuaikan arah pandangannya, mencari 'wali' Yiseul. "Datang sendirian pula. Atas izin siapa?"

"Maaf aku hanya-" Yiseul menunduk, ia terdiam sejenak. Tak lama, kepalanya kembali didongakkan menyerukan sesuatu dengan nada bicaranya yang dinaikkan. "Fratello sendiri, untuk apa datang kemari? Jangan-jangan fratello menguntitku?"

Sudah berani melawan ya.

[]

S

enangnya dalam hati~ kalau bersuami dua~ ygy 👬🧍‍♀️💞

Haiiii! Gimana kabar kalian? Otak Jia sedang tidak clear hauahauahah
(ㅠㅡㅠ). Hustling kepanitiaan seperti biasa. . . .

BTW! Kalian trauma nggak abis baca chapter ini? HEHEHEH. Maaf ya ><

Q: Kalian fandom apa aja nih? Kasi tau di comment yuks!

Jia sebenernya mulfand, but perhaps more into: ARMY, Stay, Reveluv, and Atiny.

Continue Reading

You'll Also Like

320K 3.6K 81
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
801K 38.8K 40
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
269K 28K 30
warn (bxb, fanfic, badword) harris Caine, seorang pemuda berusia 18 belas tahun yang tanpa sengaja berteleportasi ke sebuah dunia yang tak masuk akal...
233K 21.2K 74
Freen G!P/Futa • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan.