[✓] Evanescent ¦¦ Mitsuya Tak...

By Luminescents_

228 82 11

Sesaat setelah Maya meninggalkan rumahnya untuk pergi menuju ke Sekolah bersama teman masa kecilnya, ia menga... More

PROLOGUE
Chapter 1 : Suara Misterius.
Chapter 2 : Dunia Asing.
Chapter 3 : Ingatan.
Chapter 4 : Kejanggalan
Chapter 5 : Dunia Parallel?
Chapter 7 : Kembali atau Menetap?
EPILOGUE
Writing SM Academy

Chapter 6 : Maya dan Segala Misterinya.

13 9 3
By Luminescents_

Beberapa hari ini aku sibuk menyiapkan diriku untuk memberitahukan identitas asli ku pada Mikey dan keluarga ku yang lain. Sejujurnya aku takut, namun Chandra dan Kak Difta meyakinkan ku bahwa semuanya akan berjalan baik-baik saja. Setelah aku mengungkapkan segala kebenaran tentang diriku, maka aku sudah siap menghadapi konsekuensi yang akan datang. Aku tak berharap lebih bahwa aku akan begitu mudah dimaafkan atau pun diterima, namun aku harap mereka semua dapat mengerti mengapa selama ini aku menyembunyikannya.

Aku pun keluar dari kamar ku dan melihat keluarga ku sedang sibuk, mereka saling membantu satu sama lain dalam urusan rumah. Kak Ryan dan Kak Izana sibuk membersihkan rumah, Mikey dan Emma sibuk memasak di dapur, sementara Kakek hanya duduk santai di depan TV kesayangannya. Sepertinya aku tahu apa yang akan ku lakukan, ku putuskan untuk pergi ke dapur dan membantu kedua Adik ku.

"Sini Kakak bantu,"

"Idih Kakak-kakak.."

"Berisik lo, Mikey."

Ku raih sebuah pisau yang terlihat tajam dan memotong beberapa bawang daun di atas talenan kayu. "Emma tumben di rumah aja? Draken gak ngajak keluar?" Tanya ku sembari melihat sekilas ke arah Emma. Gadis itu menggelengkan kepalanya pelan sembari tersenyum. "Draken sibuk, Kak. Dia ada urusan di bengkel katanya, jadi dia gak ajak aku jalan hari ini." Jawab Emma.

"Omong-omong.. Gimana nih, Kak? Jadinya pilih Kak Chandra apa pilih Kak Arka?" Mata ku terbelalak setelah mendengar pertanyaan Emma. "Pilih temen lama apa kenalan baru nih.." Ejek Mikey dengan senyum jahilnya. Aku memalingkan wajah ku dari tatapan jahil kedua Adikku itu, mereka benar-benar menyebalkan.

"Tapi serius deh, sebenernya Kakak suka siapa si?" Tanya Emma dengan wajah yang serius. Jantung ku kini berdegup kencang mendengar pertanyaan yang Emma lontarkan. Namun hanya satu orang yang terpikirkan olehku saat ini, yaitu Chandra. Entah mengapa, sejak pertemuan pertama kami, aku merasakan dada ku sesak akan kerinduan. Seolah-olah aku benar-benar merindukannya, meskipun ini pertama kalinya kami bertemu. Disampingnya, aku selalu merasa aman dan nyaman. Itu yang membedakan antaran dia dan Arka.

Ku masukkan bawang daun yang sudah ku potong ke dalam sebuah wadah. "Mungkin.. Ada deh.." Gumam ku sembari menunduk dan tersenyum. Aku pun berjalan menghampiri kulkas dan mengambil sebuah sirup jeruk, ku siapkan enam buah gelas dan ku tuang sirup tersebut ke masing-masing gelas itu dengan takaran yang tidak terlalu banyak. Setelah itu, ku masukkan beberapa es batu dan air ke dalam gelas-gelas itu.

"Duluan ya, Kakak tunggu kalian di meja makan." Aku pun pergi beranjak menuju meja makan dan menata gelas-gelas yang ku bawa dari nampan, selain itu juga aku menyuruh Kakek dan yang lain untuk menunggu di meja makan karena makanannya sudah matang. Tak lama kemudian, Emma membawa enam buah mangkuk dan menatanya. Disusul oleh Mikey yang membawa enam piring yang berisikan nasi dan beberapa hidangan lainnya.

Kami semua pun menyantap jatah makan kami masing-masing, tak ada satu pun yang berbicara di meja makan ini. Benar-benar hening... Ini membuat ku gugup. Harus darimana kah aku mengawali pembicaraan ini?

"Ehm... Maaf... Sebelumnya, Maya mau ngasih tau tentang suatu hal yang selama ini Maya rahasiain dari kalian..." Ujar ku pelan. Semua mata kini tertuju padaku, menunggu kelanjutan ucapan ku. "Maya... Maya sebenernya bukan orang asli dunia ini." Mendengar ucapan ku, Kak Izana tertawa bersama Mikey.

"Lo lagi ngelawak? Apa lagi ngelindur?"

Aku menundukkan kepala ku dan meremas rok ku. "Maya serius. Sebenernya... Selama ini Maya bohongin kalian, Maya bukannya gak inget apa-apa disini, tapi Maya beneran gak tau apa-apa" Jelas ku. Kini mereka semua nampak terlihat kebingungan, karena hal tersebut ku putuskan untuk menunjukkan sebuah tanda di pergelangan tangan ku kepada mereka.

"Maya bukan orang asli dunia ini."

Kini ekspresi wajah mereka berganti dengan ekspresi terkejut. Aku pun menceritakan apa yang sebenarnya terjadi padaku dan apa saja yang telah ku bicarakan dengan Chandra dan Kak Difta pada mereka semua. Tak ada satu pun yang menyanggah pembicaraan ku, mereka benar-benar menyimak dengan baik.

***

Brak!

"Lo bohongin gue, Maya!"

"Lo sama aja khianatin gue kalo gini!"

Mikey berlari keluar dari rumahnya sembari mengusap air matanya. Sudah dari lama Maya menyiapkan diri untuk berani jujur kepada Mikey mengenai masalah identitas dia yang asli. Hari ini adalah hari dimana Maya memutuskan untuk bercerita sejujur-jujurnya mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Tentu saja setelah mendengar hal tersebut membuat Mikey tersebut, ia merasa bahwa saudari kembarnya tersebut hanya sedang bercanda kepadanya. Ia tak percaya bahwa saudari kembar aslinya telah meninggal satu tahun yang lalu.

Maya berlari keluar dari rumahnya dan mengejar Mikey yang menghilang entah kemana. Meskipun cuaca hari itu tengah hujan, Maya tak peduli dengan hal itu. Dengan kondisi badan yang basah kuyup terguyur hujan, ia terus berlari dan meneriakkan nama Mikey. "Mikey! Mikey! Gue minta maaf! Plis gue mohon.. Gue mohon kasih tau gue sekarang lo ada dimana!" Maya melihat ke arah sekitarnya sembari menangis.

Sementara itu, Chandra yang baru saja mengantar sepupunya pulang melihat Maya yang tengah kehujanan dan menangis. Tanpa perlu Maya jelaskan pun, Chandra sudah tahu situasi apa yang sebenarnya terjadi diantara Maya dan Mikey. Dengan langkah yang tenang, Chandra berjalan menghampiri Maya. Ia lalu mengulurkan payungnya ke arah Maya agar gadis tersebut tak lagi kehujanan.

Maya yang sadar akan hal itu lalu berbalik, ia melihat Chandra tengah berdiri di hadapannya dengan ekspresi tenang andalannya. "Sini," Chandra menarik tubuh Maya dan memeluknya dengan hangat, Maya menangis sejadi-jadinya di pelukan Chandra. Pria itu faham, saat ini Maya sedang merasa bersalah.

"Gapapa, gapapa.. Kita cari bareng-bareng, ya?" Ujar Chandra seraya mengusap punggung Maya. Gadis itu melepaskan pelukannya dari Chandra, terlihat dari sorot matanya bahwa ia masih merasa sakit. Chandra menatap ke arah Maya sembari tersenyum, ia menyeka air mata Maya yang baru saja turun dari matanya. "Lo gak sendiri, Maya. Ada gue. Gue bakal temenin lo, lo gak perlu khawatir soal Mikey. Dia bakalan baik-baik aja." Lanjut nya.

Chandra lalu menggenggam tangan Maya, ia mengusap tangannya seolah-olah meyakini Maya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Dalam satu payung yang sama, mereka berdua lalu melangkah pergi dan mencari-cari letak keberadaan Mikey dimana.

Setelah satu jam berkeliling, Chandra dan Maya berhasil menemukan Mikey yang tengah terduduk di dekat sebuah telaga. Ia terlihat sedang menunduk dan merenung, ia bahkan tak peduli dengan derasnya hujan yang saat itu mengguyur basah seluruh tubuhnya. Chandra lalu menyerahkan payungnya kepada Maya dan menatap gadis itu dengan lembut. "Susul dia, gih. Pake payung ini, jangan khawatirin gue. Gue tungguin lo disini." Ucapnya.

Maya lalu melangkahkan kakinya mendekati Mikey, ia kemudian mengulurkan payungnya ke arah Mikey. "Maaf..." Lirih ku. Ia sama sekali tak berkutik, ia benar-benar membisu dan tak menjawab ku. Aku pun duduk di sampingnya dan ikut menunduk, rasa bersalah ku kini semakin menjadi-jadi.

"Mikey... Maaf... Gue sebenernya gak bermaksud bohongin kalian, sebenernya gue cuman butuh waktu buat ceritain semuanya ke kalian..." Ujar ku. Mikey menoleh ke arah ku dengan ekspresi wajahnya yang terlihat marah, sorot matanya sangat menggambarkan perasaannya bahwa ia kecewa dan sedih. "Jadi selama ini yang nemenin gue bukan 'Maya' kembaran asli gue...? Tapi justru itu lo yang berasal dari dunia parallel...?" Tanya Mikey. Maya mengangguk pelan.

Sesaat kemudian, Mikey lantas menarik tangan Maya ke pelukannya. Ia menenggelamkan wajahnya tersebut di bahu gadis itu. "Jujur... Sebenernya gue gak marah, gue cuman kecewa. Kenapa lo gak bilang dari awal tentang masalah ini? Dan gimana bisa... Gue gak sadar kalo kembaran gue saat itu udah mati..." Bisiknya. Maya membalas pelukan tersebut dan terisak. "Maaf... Maaf... Dan maaf. Setidaknya gue cuman bisa minta maaf, gue bahkan gak berharap kalian mau maafin gue..." Jawab Maya.

Mikey melepaskan pelukannya dan mengusap pipi Maya. "Lo bahkan bener-bener mirip sama dia... Gimana bisa kalian bener-bener semirip ini...?" Maya mengusap tangan Mikey dan tersenyum. "Karena kami saling terikat satu sama lain sejak lahir, meskipun kami berdua berbeda dunia." Timpal Maya.

Dari kejauhan, Chandra yang melihat hal tersebut hanya bisa tersenyum. Hatinya kini lega, kedua sahabatnya ini sekarang telah memperbaiki hubungan mereka.

Next Chapter 7

Continue Reading

You'll Also Like

9.8M 882K 51
#1 In Horor #1 In Teenlit (20.05.20) Tahap Revisi! Vasilla Agatha yang dijauhi orang tuanya dan tak memiliki teman satupun. Dia menjalani setiap har...
13.4M 1.1M 81
♠ 𝘼 𝙈𝘼𝙁𝙄𝘼 𝙍𝙊𝙈𝘼𝙉𝘾𝙀 ♠ "You have two options. 'Be mine', or 'I'll be yours'." Ace Javarius Dieter, bos mafia yang abusive, manipulative, ps...
2.4M 446K 32
was #1 in paranormal [part 5-end privated] ❝school and nct all unit, how mark lee manages his time? gampang, kamu cuma belum tau rahasianya.❞▫not an...