Tak butuh waktu lama untuk mereka menemukan bukti dan saksi mata tersebut.
Sakurai di tangkap karena pembunuhan ke pada temannya sendiri, motif nya adalah uang asuransi jiwa temanya, buktinya adalah dari pagawai rumah sakit yang mengatakan bahwa pelaku mendaftarkan korban, tetapi pelaku bukanlah keluarga korban, sebenarnya mereka sudah curiga dengan ke anehan itu, dan keluarga korban pun tidak tahu bahwa anaknya telah di daftarkan asuransi jiwanya.
- case closed -
Pelaku di bawa ke kantor polisi dan di interogasi lebih lanjut.
Aku berdiri sambil melihat pemandangan kota di atas sebuah bangunan kosong yang tak jauh dari tkp.
Aku mengingat masa lalu ku dan untuk apa aku dilahirkan di keluarga ku.
" Rika? Kenapa kamu di sini? " Tanya Conan yang baru naik ke atas lantai atas bangunan.
Aku menengok ke arah conan yang ada di belakang ku, lalu kembali menatap pemandangan kota.
" Ah, tidak.. Hanya saja aku sedang berfikir, kenapa mereka bisa membunuh orang lain demi uang "
Aku duduk di bagian pinggir gedung dan mengayunkan kaki ku.
" Dari dulu aku tidak mengerti, mengapa mereka bisa membunuh orang lain. " Ucap conan sambil melihat ke langit.
" Hei, conan kun, apa seseorang yang dilahirkan untuk menjadi pembunuh bisa bersama dengan seorang detektif? " Tanya ku dengan nada yang cukup pelan.
" Apa maksudmu? Kenapa kau menanyakan hal itu Rika? " Tanya conan.
Aku tertawa kecil " Sepertinya aku lebih baik menceritakan sedikit tentang ku "
- Kita kembali saat Rika masih berumur 8 tahun -
" Ayah! Lihat ini, aku belajar membuat cerita sebelum tidur " Aku menunjukan buku kecil ku yang berisi cerita karangan ku kepada ayah.
" Nak, kau tidak bisa bersantai di kamar dan menulis hal hal yang tidak jelas seperti ini " Ucap ayahku sambil membelai kepalaku.
Aku bingung dengan maksudnya saat itu, lalu ia memanggil salah satu bawahannya untuk membawa ku.
" Karena kamu sudah besar, sebaiknya kamu mulai belajar menembak dari sekarang " Ucapnya lembut.
Aku yang tidak mengerti apa apa saat itu hanya mengikuti perintah dari ayah ku.
Shirai Rika, anak yang terlahir untuk menjadi seorang pembunuh bayaran kelak.
Aku selalu di perlihatkan tubuh yang berdarah darah karena apa yang ayah lakukan, setelah mereka berhadapan dengan ayah, mereka tidak bangun lagi.
" Aku takut, kenapa ayah membuat orang itu seperti itu? " Pikirku, setelah ayah selesai, kami pergi ke rumah seseorang, dan orang yang tinggal di rumah itu membayar ayah dengan jumlah yang banyak.
Saat aku berumur 8 tahun, aku di paksa untuk berlatih menembak, awal awalnya aku takut dengan suara nya yang sangat keras, bahkan aku tidak mau memegang pistol.
Tapi saat aku berusia 10 tahun, aku mulai terbiasa, ayah bilang padaku bahwa aku anak yang berbakat dan jenius karena bisa menguasai cara menembak walau masih berumur 10 tahu.
Di umur 12 tahu, aku mulai di ajarkan bela diri, cara agar suara langkah kaki ku tak terdengar oleh target dan teknik pembunuh lainya.
Bagaimana dengan sekolah ku? Aku bersekolah di rumah (homeschooling)
Aku tidak bisa bermain dengan anak anak seusiaku, aku hanya bisa melihat mereka bermain bersama dari jendela.
" Ayah, aku ingin bersekolah! Aku akan menjadi yang terbaik di pelajaran bela diri dan menembak, dan aku juga akan mendapatkan nilai yang paling tinggi, jadi biarkan aku bersekolah bersama anak anak yang lain " Pinta ku.
Ayah ku menyetujui permintaan ku, setelah itu aku benar benar menghabiskan waktuku untuk belajar, belajar dan belajar.
Akhirnya saat umur 13 yaitu waktunya masuk kelas 1 SMP aku sekolah di sekolah umum bersama anak anak lain.
Saat mulai pembelajaran, aku sadar bahwa pelajaran di sana lebih mudah daripada pelajaran yang ku pelajari di rumah.
Singkat cerita, di semester satu aku mendapatkan rank pertama di kelas, anak anak lain mengagumi ku karena aku pintar di semua mata pelajaran bahkan di praktik olahraga.
" Rika!! Selamat yaaa " Ucap teman ku bernama Hitoka, dia gadis yang ceria dan dia adalah teman pertama ku di sekolah ini.
Dia selalu mendukungku dan membuatku berani bergaul dengan yang lain. Dia adalah anak dafi keluarga kaya raya, tapi tidak ada yang mengetahui apa pekerjaan orang tuanya bahkan anaknya sendiri.
Tapi saat kami berada di kelas 2 SMP.
Suatu hal yang tak terduga terjadi. Hari ini, pukul 10:00PM, kedua orang tuanya di bunuh di depan matanya.
Dan yang membunuh mereka adalah..
Ayahku..
Aku melihat Hitoka sambil memeluk ayah dan ibunya yang berlumuran darah di lantai.
Hitoka menengok melihat ku, aku merasakan rasa sedih, bersalah dan takut saat melihat kesedihannya.
" Ayah! Kenapa ayah membunuh orang tua teman ku?! " Tanya ku sambil menarik narik baju ayah ku.
" Saat kamu meneruskan pekerjaan ayah, kamu akan mengerti " Ucapnya.
Aku tidak di beritahu mengapa ayah ku membunuh mereka, aku tahu ada yang menyuruhnya, tapi mengapa harus orang tua dari teman dekat ku?!
Aku menyendiri di kamar, aku berfikir untuk berhenti berlatih karena kejadian tersebut.
" Aku tak mau menjadi pembunuh " Ucap ku sambil memeluk salah satu boneka ku.
Tiba tiba hp ku menyala dan muncul muncul notifikasi dari salah satu teman sekolah ku.
" Hei! Lihat anime ini! Keren banget loh, tentang detektif yang menjadi anak kecil, dan mungkin cerita ini bisa membantu mu membuat cerita, ku dengar kamu suka membuat cerita seperti novel dan sebagainya "
Aku di beri link oleh nya, lalu aku langsung menekan link itu.
" Case closed ( detektif conan) ? " Aku menonton sedikit, tetapi aku langsung mengagumi si pemeran utama, ya, kudo shinichi atau yang sekarang di kenal sebagai Edogawa Conan.
Aku mengagumi nya karena keahlian detektif nya yang luar biasa, tapi di sisi lain aku berfikir, jika aku mengingat ayah ku, detektif dan pembunuh adalah musuh bukan?
Aku terus menonton anime itu diam diam, aku harap aku tak ketahuan oleh ayahku, konyol bukan?
Beberapa bulan kemudian, paman ku datang ke rumah ku, aku sangat menyayangi paman ku yang sangat lembut padaku.
Dia adalah seorang profesor yang suka membuat benda benda baru, ya, seperti profesor angasa.
Saat malam, aku di berikan pistol angin ini oleh paman ku, ia bilang untuk melindungi diriku, ini tidak akan membunuh orang lain. Walau aku sedikit benci menembak karena berkaitan dengan pekerjaan ayahku, tapi menembak juga adalah keahlian ku.
" Makasih paman " Ucap ku, ia mengelus kepalaku.
" Kapan kapan, mampir ke rumah paman ya, kita akan membuat sesuatu bersama, tapi jangan sampai ayahmu tahu ya.. " Bisik nya.
Akhirnya aku pergi ke rumahnya, belajar membuat sesuatu sampai beberapa bulan kemudian aku berhasil menciptakan kamera itu.
Dan itu adalah alat pertama, dan terkahir ku, yang ku buat bersama orang tersayang ku.
Ternyata selama ini salah satu anak buah ayah ku mengetahui aku yang diam diam ke rumah paman, ayah membenci paman karena paman tidak suka pekerjaan ayah yang membunuh seseorang hanya untuk uang.
Saat ayah tahu aku lebih suka bersama paman dan mereka tahu paman mengajari ku untuk tidak membunuh orang lain dan menggunakan kemampuan ku untuk membantu orang lain.
Di depan mataku, paman di bunuh oleh ayah, sebelum paman terbunuh, ia tersenyum padaku dan mengatakan " Tenang saja jangan menangis "
Aku berteriak sampai suara ku habis, aku menangis melihat orang yang ku sayang terbunuh di hadapan ku.
Keesokan harinya saat malam hari, aku membereskan barang barang ku, dan kabur dari rumah, aku tahu letak penjaga dan cctv di rumah jadi aku bisa menghindari mereka dengan mudah.
Tapi tiba tiba...
Saat aku mengingat nya lagi kepalaku tiba tiba sangat sakit, seakan aku tidak boleh sampai mengingat hal itu.
Air mata ku keluar tanpa ku sadari
Aku memegang kepalaku, conan yang ada di belakang ku segera menghampiriku.
" Rika! Ada apa?! Rika! "
Lama lama suara conan terdengar semakin samar, dan semuanya gelap.