My Beloved Sugar

Par Sweetoreo22

88.9K 2.6K 254

Pernahkah kalian menunggu seseorang, dalam status yang tidak pasti? Setelah sekian lama tidak bertemu, akhirn... Plus

test
First Meet
Who is that girl?
a Kiss
Problem.
Davin and the past.
A Surprise!
My Fault?!
Promise
Thinking Out Loud
Hurt
Apologize
Mark
Bad + Best Day!
Rejected
Ask
Lie.
Forgiveness
Goodbye my guardian angel.
Caught
Untiteld. (ini update story)
Take me, please
she is gone?! (Davin side)
I lost her
Mita side
25
Oh My God!
Damn!
still my beloved sugar
Apa lagi?
complicated
Mita dan Anta
Is it love?
Kesialan bertubi-tubi
Bajingan
bad things

The Day

1.9K 66 9
Par Sweetoreo22

Sebuah sinar tajam, menghujam kelopak mataku yang tertutup. Sinar asing itu, mengusik mataku. Dengan sangat terpaksa, kedua kelopak mataku terbuka. Pagi ini adalah pagi paling buruk untukku. Haruskah hari ini tiba? Padahal harusnya aku akan memesan undangan dengan Davin, tapi karena keberangkatan Davin ke Jerman membuat pemesanan, dan jadwal pernikahanku mundur 3minggu. Padahal tinggal sebentar lagi, andai saja dia tidak berangkat untuk menemani mantan pacarnya itu.

"Dek, buruan mandi, abis gini Davin kesini" Kata kak Firza, yang entah dari mana bisa masuk ke kamarku. Ah ya! Aku lupa mengunci pintu kamarku.

Aku diam. Yang ada di pikiranku hanya Davin-pernikahanku-Alisha. 3 hal yang membuat kepalaku berdenyut nyeri. Tak hanya kepalaku yang merasakan nyeri itu, tapi hatiku pun juga merasakannya. Aku tak tahu keputusan yang ku ambil adalah keputusan yang paling tepat. Membiarkan Davin, pergi bersama mantan pacarnya bukan suatu pekara sepele. Membiarkan Davin untuk pergi, sama saja merelakan diriku sendiri untuk merasakan sakit. Sakit yang harus ku pendam sendirian.

"Dek kamu kenapa?" Kasurku bergoyang ringan, karena Kak Firza baru saja duduk di sampingku, yang masih diam, menatap kosong pada tembok kamarku. Tangan Kak Firza bergerak mengusap kepalaku.

"Kamu jangan maksain diri dek, kalau kamu ga kuat kakak suruh Davin langsung ke airport aja" kata Kak Firza lembut.

Aku menggeleng.

"Kamu mau tetep nganter Davin?" tanya Kak Firza.

Aku mengangguk.

"Yaudah siap-siap gih, aku tunggu di depan ya" Kata Kak Firza, setelah itu ia memberikan kecupan di keningku. Kak Firza akan beranjak dari kasur ini, tapi buru-buru ku tahan tangannya.

"Kenapa dek?" tanya Kak Firza, sambil duduk kembali di sampingku.

Aku memeluk badan kerempengnya itu. Tangisku pecah begitu kak Firza mengusap punggungku. Aku tak sekuat yang Davin pikir. Aku lemah. Bahkan untuk melihat dia bersama wanita lain, aku tidak sanggup untuk melihatnya.

"Sssh.... Kamu yang sabar dek. Kakak tau kamu kuat." Kuat? Aku tertawa sendiri, setelah Kak Firza bilang aku kuat. Tawa hambar, yang ku tujukan untuk diriku sendiri. Mungkin akan terdengar sedikit menyeramkan untuk kak Firza, di sela tangisku aku malah tertawa hambar.

Aku ga sekuat seperti yang orang lain lihat. Bahkan hatiku ini, lebih rapuh daripada tulang kakek-kakek sekalipun. Aku bukan tipikal wanita tangguh, yang rela melihat tunangannya harus pergi bersama mantan pacarnya. Walaupun tujuannya hanya untuk berobat, tapi pikiran-pikiran negatif tidak mau berhenti berputar di kepalaku.

"Aku.....Aku takut kak" ucapku terbata, dan air mataku ini terus mengalir tak henti-henti.

"Apa yang kamu takutin? Bilang sama kakak" Kak Firza menyelipkan anak rambut yang menutupi wajahku, ke belakang telingaku.

"Davin...." hanya itu yang sanggup aku ucapkan, menyebut namanya pagi ini, entah kenapa begitu menyakitkan.

"I know.... Kamu sabar dulu dek, kamu percaya Davin kan?" tanya kak Firza.

"I dont know" jawabku, yang masih saja sesenggukan.

"Percaya sama Davin, dia ga bakal ngelakuin yang macem-macem di sama. Kakak yakin." jeda sebentar. "Davin sayang kamu dek, kakak tau betul itu."

"Tapi kan yang namanya khilaf bisa aja kejadian kak. Aku takut selama 4/5 hari nanti, Davin bakalan sayang lagi sama Alisha. Aku...aku...." aku ga sanggup lagi melanjutkan ucapanku, dan kembali menangis di pelukan kak Firza. Kali ini aku memeluknya lebih erat.

"Sugar" Panggil sebuah suara.Aku dan Kak Firza menoleh ke sumber suara, Davin. Dadaku berdetak lebih cepat sekarang, tiba-tiba ngilu di hatiku muncul kembali. Aku memandang Davin sekilas, lalu melepas pelukan Kak Firza. Kenapa dia bisa disini? Ini baru pukul 6, tapi kenapa dia sudah datang?

"Kakak keluar dulu ya," Kak Firza tersenyum ke arahku, lalu tangannya terulur untuk membelai pipiku. Dengan sigap, aku menahan tangannya untuk kedua kalinya.

Aku menggeleng, dan memberi tatapan memohon agar jangan pergi.Tapi kak Firza malah tersenuyum sambil melepaskan tanganku.

"I have to go, aku ada meeting jam 8, dam sekarang aku harus mandi." Alesan! Aku tau kalau dia hanya berkilah, agar bisa meninggalkanku dan Davin.

Kak Firza berpapasan dengan Davin yang berjalan mendekat ke arahku.Kak Firza memberikan tepukan pada dada Davin, lalu ia keluar sambil menutup pintu kamarku.

Aku menghapus air mataku, saat Davin sudah berdiri satu meter dari ranjangku. Aku membuang pandanganku, dan mengubah posisi duduku, sekarang aku sedang menatap balkon kamarku.

"Sugar" Panggil Davin, yang sekarang sudah duduk di kasurku.

Aku diam, tidak menjawab Davin. Pandanganku masih saja tertuju pada balkon kamarku.

Sebuah tangan kekar melingkar di pinggangku, siapa lagi kalau bukan Davin. Dagunya ia tempelkan pada bahu kananku. Nyaman. Itu yang ku rasakan saat tangannya melingkar di pinggangku.Aku menutup mataku rapat-rapat.

"im sorry" bisik Davin di telinga kananku.

Aku diam.

"Percaya aku sugar, I know im hurting you so much, tapi ngeliat kamu nangis barusan itu membuat sisi hatiku terkoyak. Percaya apa engga, Aku bisa ngerasain sakit yang kamu rasain sugar."

Engga Davin! Kamu gatau rasanya sakitku sekarang. Percayalah ini lebih sakit daripada yang kamu bayangkan. Air mata sialan ini kembali meleleh, membasahi pipiku. Davin melepaskan tanannya dari pinggangku. Ada sisi hatiku yang memberontak ketika Davin melepaskan tangannya dari pinggangku. Aku tak rela pelukan ini akan berakhir begitu cepat.

Davin meraih pundakku, memutar badanku dengan paksa. Tapi aku hanya diam, dan bergerak mengikuti arah yang ia tujukan. Davin menangkup kedua pipiku, dengan kedua tangan besarnya. Menarik wajahku, dan mencium air mataku yang kini berada di sudut bibirku.

Cup! Cup!

mengecup dua tetes air mata di ujung kanan, dan kiri bibirku. Perlakuannya barusan malah membuat air mataku semakin deras mengalir. Aku menundukkan wajahku, sambil terisak.

"Jangan nangis princess," Davin mengangkat wajahku, dan mengapus air mataku dengan kedua ibu jarinya. "Aku janji, setelah pulang dari Jerman aku akan tebus setiap tetes air mata yang menetes pagi ini!"

Aku langsung memeluk Davin erat-erat. Menghirup dalam-dalan aroma tubuhnya, yang sebentar lagi takkan terhirup olehku untuk 5 hari kedepan. Tangan Davin mengusap punggungku, dan beberapa kali mengecup puncak kepalaku. Hening beberapa saat, yang terdengar hanya suara detak jantung Davin yang mengalun indah di telingaku. Hanya dengan mendengar degup jantungnya yang teratur seperti ini, membuatku lebih tenang sekarang.

"Dav..." Panggilku.

"Hmm?" Davin hanya bergumam, tangannya masih mengusap punggungku.

"Aku...."

"Kenapa sugar? Mau cium hm?"

Aku memukul lengan kanannya. "Kepedean," cibirku.

Davin tertawa kecil, "Terus kamu mau apa sayang?"

deg...deg...deg....

Entah kenapa saat Davin memanggilku 'sayang', jantung ini selalu bereaksi berlebihan, seperti berdebar lebih cepat seperti sekarang ini.

"Aku mau mandi,"

"Terus?" Tanya Davin, kenapa sih sekarang dia jadi bodoh sekali?

"Ya lepas dulu tanganmu Davin sayang..." Lagi-lagi Davin terkikik geli, menyebalkan.

"Oh Aku kira kamu minta di mandiin," Kata Davin sambil melepaskan pelukannya.

"On your wildest dream baby" Ucapku, lalu meninggalkan kasur menuju kamar mandi.

〰〰〰

Aku sudah selesai, mengganti pakaian tidurku dengan sebuah t-shirt yang kebesaran untuk badanku, dengan hotpants. Aku belum bertemu Davin setelah selesai mandi tadi, pasti dia sedang main ps di kamar Kak Firza. Sekarang ini aku sedang memasak sarapan pagi untukku, Davin, dan Kak Firza. Hanya nasi goreng, dan telur mata sapi yang akan ku buat. Saat sedang memasukkan bumbu untuk nasi goreng, aku di kejutkan dengan sebuah tangan yang tiba-tiba melingkar di pinggangku, membuatku sedikit terpekik saking terkejutnya.

"Davin.... Ngagetin aja ah" Aku memukul ringan lengan kanannya.

"Maaf sugar, kamu bikin nasi goreng ya? Baunya enak banget" Davin menumpukan dagunya ke bahuku.

"Iya, kamu tunggu di ruang makan aja ya. 15 menit lagi udah jadi mungkin," kataku, tapi Davin malah mengeratkan pelukannya, dan nampaknya dia enggan untuk melepaskan pelukannya ini.

"Gamau ah, aku tunggu disini sampe kamu selesai masak ya" suara Davin yang manja, terdengar sangat lucu, dan menggelikan di telingaku.

"Iya tapi lepas dong tangannya, aku masih masak nih" kataku yang mulai risih dengan tangan Davin, bukan apa-apa aku jadi merasa tidak leluasa memasaknya.

"I wont!" Baiklah aku lupa, kalau Davin tidak menerima penolakan.

Aku hanya mendengus sebal mendengar jawaban Davin. Aku kembali melanjutkan aktivitasku, dan Davin masih setia memelukku dari belakang. Aku mematikan komporku, setelah ku rasa nasi goreng buatanku sudah matang.

"Dav kamu bisa tunggu di sana, aku mau siapin makanannya" Mataku melirik meja makan, walaupun aku tak tahu Davin bisa melihat gerakan mataku atau tidak.

Davin menghela nafas, "Okay, but give me morning kiss first," Kata Davin sambil menenggelamkan kepalanya di balik leherku.

"no"

"please...please sugar, im begging you" Davin mengeratkan pelukannya di badanku. Ah this man!

"Yaudah kalo kamu ga mau minggir, aku ga bakal ikut nganter ke-"

"Fine! Fine!" Davin mencicit sebal, ia melepaskan tangannya dari pinggangku.

Cup!

Ia mencium pipi kananku sekilas, lalu berlari meninggalkanku dengan pipi yang mulai memanas akibat 'serangan' mendadak darinya.

〰〰〰

"Pelan-pelan kali makannya," cibir Kak Firza, sambil menyendokkan nasi goreng ke mulutnya.

"Asli za enak banget nih buatan istriku," Kata Davin setelah meminum susu coklatnya.

"Masi calon!" Ralat kak Firza.

"Yaelah bakal jadi istri aku kok tenang aja," Davin meraih tangan kananku, dan mengusapnya. Lembut sekali tangannya.

"Yakali, pas kamu pergi adekku yang cantik ini pasti banyak yang godain tau. Dan ya sapa tau aja ada gitu yang nyantol," goda kak Firza.

"Kak Firza ih!" Kasihan juga melihat Davin yang sering di kerjain sama kakakku yang menyebalkan ini.

Kak Firza tertawa geli, begitu melihat wajah Davin yang muram, dan tak lagi lahap menyantap makanannya, "Becanda kok Dav" Kak Firza menepuk bahu Davin 2x.

"Santai aja bro," Kata Davin tersenyum tipis. Kak Firza melirik jam tangan dengan merk ternama, yang melingkar di tangan kanannya.

"Shit!" umpatnya.

"Words Muhammad Firza Dewangga Wijaya!" ucapku sinis.

"Iya maaf, dek kakak ke kantor sekarang ya...." Kata kak Firza, lalu ia meneguk susu coklatnya.

"Iya ati-ati kak, jangan lupa suru supir jemput!"

"Yoo... Dav, berangkat dulu ya, safe flight buat ntar bro" Kata Kak Firza, sambil meraih tas kerjanya.

"Sugar..." Panggil Davin,

"hm??" Aku masih sibuk menghabiskan nasi gorengku, pagi ini.

"Waktu aku pergi nanti.......jangan ngelirik yang lain sugar, jangan sekalipun mikirin cowo lain, selain aku......" Aku langsung mengangkat kepalaku, dan menatap langsung ke arah Davin.

He kidding me right?

"Hell-o Mr. Davian Orthio Pahlevi... Harusnya aku yang was-was waktu kamu pergi, kamu disana sama...."

Cup!

Davin selalu saja berhasil membuatku diam dengan cara ini. Bibirnya mulai bergerak di atas bibirku, melumat bibir atasku perlahan. Manis dan lembut. Itulah yang kurasakan saat Davin menciumku. Setelah kira-kira 10detik saling melumat, akhirnya Davin melepaskan ciuman kami. Ada rasa tidak rela, saat bibir merahnya menjauh dari bibirku.

Davin tertawa kecil, "Kok cemberut sih?" Kata Davin sambil mencubit bibir bawahku gemas.

"Iih" Aku memukul tanan kanan Davin yang di mencubit bibirku. Aku berdiri, dan hendak meninggalkan Davin. Tapi sebuah tangan menahanku, menarikku hingga aku terduduk di pangkuannya. Tangannya melingkar di pinggangku, dan menenggelamkan kepalanya di lekukan leherku. Siapa lagi kalau bukan Davin?

"Lepas ah!" Aku berusaha melepaskan tangannya. Tapi sekuat apapun usahaku, aku tau Davin jauh lebih kuat dariku.

"no. Please just stay like this. Anggap saja ini amunisi untukku sampai 5hari ke depan."

〰〰〰

"Davin!" Suara manja itu lagi-lagi menggelitik indra pendengaranku. Wanita cantik dengan dress merah tanpa lengan, berlari ke arahku, dan Davin, tangannya menggeret sebuah koper berwarna merah muda. Aku heran, penampilannya seperti wanita sehat yang tidak sakit.

"Yuk!" Ajak Alisha sambil mengaitkan tangannya, di lengan kiri Davin. Aku membuang nafas jengah, aku tahu kalau Alisha hanya ingin memancing emosiku saja. Tapi..........Aku tetap saja cemburu.

Davin melepas tangan Alisha lembut. "Kamu masuk dulu Al, aku mau ngomong sama Mita dulu." Davin melirik ke arahku, sambil tersenyum, tangannya tiba-tiba melingkar di pinggangku. Aku mentap Alisha penuh kemenangan, sedangkan Alisha terlihat menaham amarahnya. Aku memeletkan lidahku mengejek pada Alisha, dan itu membuat Alisha memelototlan matanya ke arahku.

"Okay, aku tunggu di dalem ya Dav, buruan masuk 30menit lagi take off" Alisha melenggang meninggalkan aku dan Davin berdua sekarang. Entah kenapa aku merasa sedih lagi. Bagaima tidak? aku akan berpisah dengan Davin.

"Jangan sedih," Aku mendongakkan kepalaku. Ternyata Davin sedang memandangku dalam-dalam.

"Selama aku pergi, kamu jangan telat makan ya sugar. Jangan bangun kesiangan! Jangan lupa sholat 5 waktu! Jang-"

"sssstt! iyaiya bawel ah... Buruan masuk telat loh nanti" Aku memdorong badan tegap Davin, supaya dia lekas masuk, dan segera chek in.

Davin terkikik geli, lalu meraih kedua tanganku, dan menggenggamnya erat-erat.

"I Love you Diendra Paramita Wijaya" ucapnya lembut, lalu mencium kedua buku-buku jariku bergantian.

Aku tersenyum, lalu menghambur memeluk tubuhnya erat-erat. "Aku bakal kangen kamu Dav" ucapku yang mungkin terdengar manja. Ga masalahkan sekali-sekali manja ke pacar sendiri?

"Mee too sugar" Davin mengusap punggungku, lalu mencium puncak kepalaku.

"Inget ya selama kamu di sana no skin-ship sama Alisha! Jangan berduaan sama dia, bisa aja ada setan terus ka-"

Tiba-tiba saja Davin melepaskan pelukannya, tangannya masih ada di kedua lenganku. "Listen to me sugar, aku ga akan ngelakuin semua hal yang ada di pikiranmu itu. Aku janji aku ga bakal kecewain kamu." Davin tersenyum, akupun ikut tersenyum. "I Love you" bisiknya di telinga kananku. Suara lembutnya itu membuat bulu romaku meremang seketika.

"I know, you always love me, no matter what." ucapku peraya diri.

Davin tersenyum, lalu mengacak rambutku yang sudah ku sisir dengan sudah payah, "Aku masuk ya sugar, take care your self." Aku mengangguk, pertanda aku mengerti. Davin mencondongkan wajahnya, lalu mencium keningku cukup lama.

"Ill see you soon, baby" Kata Davin sambil menyeret kembali Koper coklat tuanya. Aku terus memandangi punggung Davin yang menjauh pergi, hingga akhirnya punggung tegap itu lenyap dari pandanganku.

Aku menghela nafas perlahan, lalu berbalik arah dan....

BUK!

"Aw!" rintihku. Pantatku menyentuh marmer dingin, yang kini mulai menusuk kulit pahaku.

"Maaf...maaf gue ga sengaj-...... Di?"

Aku mendongakkan kepalaku, Anta?

"Yaampun! Sakit tau ta!" caciku pada Anta,

Anta malah tertawa melihatku yang sedang maah-marah.

Apa-Apaan?!

"Yeeee....ketawa lagi, batuin kek" Lalu tangan Anya terulur untuk membantuku berdiri.

"Ngapain kesini Di? Sendirian?" tanya Anta.

"Nganter Davin tadi, dia mau ke Jerman"

"Sekarang sendiri dong? Pulang bareng aku aja yuk" Ajaknya,

Aku diam sejenak, lalu menimang-nimang ajakan Anta. "Boleh, asal......"

"Asal apa?" Beginilah Anta, my guardian angel yang tidak sabaran.

"Asal kamu teraktir ice cream!"

Anta terkikik geli, "Okay. Apa sih yang engga buat kamu Di," Kata Anta, lalu ia tersenyum.

"Sepuasnya ya!!" Aku berteriak kegirangan.

"Kamu minta aku beli sekedainya-pun, pasti ku kabulkan" Kata Anta sambil tersenyum tulus ke arahku.

〰〰〰

Yey!! Happy reading readers!!💙💞

Leave vote & comment!

Thankyou💞

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

93.4K 18.6K 24
Swipe right. Dua kata yang tidak asing untuk pengguna dating apps. Bermula saat Liora merasa iri dengan teman-temannya yang sudah punya pacar, akhirn...
1.4M 114K 55
Meta memutuskan pulang kampung untuk menemani orang tua ketika mendengar bahwa sang adik harus merantau karena kuliahnya, namun seperti dugaannya, ke...
59.8K 11.5K 21
COMING SOON...
160K 439 4
bocil diharap menjauh