THEORUZ: Guarding My Love Des...

By LilyLayu

15.5M 874K 57.6K

- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gi... More

00 • Prolog and Trailer
Webtoon THEORUZ
01 • Dikeluarkan
02 • Merah Putih
03 • Pertemuan pertama
05 • Balapan
06 • Hades pergi
07 • Janji kecil
08 • Koma
09 • Mencuri
10 • Bagi-bagi dompet
11 • Membawa banyak makanan
12 • Pindah ke rumah Ruza
13 • Baju pangeran Arab
14 • Menstruasi
15 • Pindah ke apartemen
16 • Pertanyaan aneh
17 • Makan permen
18 • Bertemu Haleya
19 • Mencuri semuanya
20 • Pipit
21 • Warisan
22 • Kakek masuk RS
Kisah kelam dibalik THEORUZ
25 • END SEASON 1
27 • Kepanasan
Part 28

04 • Tukar tambah cireng

324K 39K 2.1K
By LilyLayu

"Andai gue masih punya Ayah Bunda, pasti gue minta adik, biar rumah itu rame dan gue ada harapan setiap pulang ke rumah. Sayangnya Ayah Bunda udah gaada, jadi keramaian yang gue harapin cuman angan, wkwk"

- Antheo Killian -
________

"Lo siapanya Hades?" tanya Theo yang berjalan di depan Ruza.

Ruza diam sejenak, bingung harus menjawab apa, gadis itu takut salah menjawab. Akhirnya Ruza berjalan lebih cepat hingga berada di samping Theo.

"Om anterin Ruza ke kamar mandi aja," pinta gadis itu dengan mengedipkan mata cantiknya, berusaha mengalihkan topik pembicaraan.

Theo berhenti dan menatap Ruza. "Om?" tanya Theo, sedikit merasa kesal dengan panggilan itu.

Ruza mengerutkan dahinya dan membenarkan rambutnya yang lari kesana-kemari.

"Kakak," ralat Ruza sambil tersenyum.

"Ck, ikutin gue." Theo malas menggendong Ruza. Jadi lebih baik ia menyuruh Ruza berjalan mengikutinya.

Theo membawa Ruza keluar dari club, cowok itu pergi berjalan kaki menuju restoran di samping club. Menghentikan langkah kakinya di depan kamar mandi restoran.

"Masuk sana, gue tunggu di sini." Ruza menuruti apa yang Theo katakan karena sudah sangat kebelet.

Theo sengaja ke kamar mandi restoran karena ia tau bahwa kamar mandi di club pastinya penuh dengan adegan 17+, minimal ada pasangan yang sedang berciuman. Jadi sebagai cowok yang budiman, ia membawa Ruza keluar.

Entah sudah gila atau bagaimana ketua Deluc itu sampai membawa bocil ke club malam. Tidak habis pikir dimana letak otak si Hades.

Saat Theo menatap sekeliling, Theo melihat seseorang yang sedikit ia kenali.

"Shittt bangsat." Cowok itu langsung masuk ke kamar mandi bertepatan dengan Ruza yang akan keluar dari kamar mandi.

Theo yang tiba-tiba membuka pintu membuat Ruza hampir terjatuh karena terbentur tubuh Theo. Theo dengan cekatan menggendong Ruza dan menutup mulut Ruza.

"Huts..."

Ruza memukul bahu Theo. "Dahi Ruza sakit kena badan kakak!"

Theo hanya diam sambil mengelus dahi Ruza. Ia tadi melihat pengawal kakeknya di sekitar restoran, terlihat sedang mencarinya, karena itu ia buru-buru sembunyi.

"Turunin Ruza! Ruza mau keluar!"

"Diem! Gue celupin ke sana kapok lo," ancam Theo sambil menatap closet dan mengarahkan badan Ruza ke closet.

Ruza melingkarkan tangannya di leher Theo dengan erat. Gadis itu takut terjatuh dan masuk ke dalam closet.

Melihat reaksi Ruza, Theo hanya bisa menahan tawanya. "Bocil," ejek Theo sambil makin mendekatkan Ruza ke closet.

"KAA-"

Theo dengan cepat menutup mulut Ruza. "Ga nurut, lo beneran gue masukin ke sana. Diem!"

Theo mencari topinya. Cowok itu memakai kacamata hitam dan topinya. Dengan perlahan Theo keluar kamar mandi. Tanpa membeli makanan cowok itu berjalan keluar begitu saja dari restoran.

Theo berjalan cepat menuju motor milik Nil yang tadi ia pinjam. Melihat Ruza yang memakai topeng ia jadi memiliki ide untuk membeli topeng. Sebagai antisipasi jika ada orang suruhan kakeknya yang datang ke tempat balapan. Jangan sampai balapan buyar karena kakek menggusur semuanya. Ia bisa dimarahi gerombolan satu kampung jika balapan gagal karena kakek.

"Kakak mau bawa Ruza ke mana?"

Theo tidak menanggapi dan melajukan motornya menuju salah satu toko. Cowok itu berhenti di depan sebuah toko kecil.

"Mau beli apa?" tanya Ruza sambil melihat toko di depannya.

"Beli karung buat buang lo," jawab Theo, asal.

Jantung Ruza berdegup kencang mendengar jawaban Theo. Otaknya langsung memikirkan cara untuk kabur jika ia benar-benar akan dibuang.

Namun ternyata Theo kembali dengan memakai topeng dan tidak membawa karung. Ruza menatap Theo dengan bingung.

"Karungnya?" tanya Ruza dengan wajah polos yang menatap tangan Theo.

Theo menahan tawanya.

"Njir, gitu doang percaya. Dasar bocil," ejek Theo. Lalu cowok itu menaiki motornya.

Ruza memelototkan mata, gadis itu sudah benar-benar kesal dengan kakak di depannya. Karena terlampau kesal Ruza memukul punggung Theo.

"Aduh! Gak sakit," ejek Theo.

"Hihhhhhhh!!" Karena semakin merasa kesal, Ruza kembali memukul-mukul punggung Theo.

"Dasar bocil," ejek Theo dengan pelan. Lalu cowok itu sengaja menggas cepat motornya. Membuat Ruza langsung berpegangan erat dan berhenti memukul Theo.

"KAKAK MAU MATI?" tanya Ruza dengan berteriak keras, merasa ketakutan.

"YOI," balas Theo, tersenyum. Theo merasa seru mengerjai bocil yang sedang diboncengnya.

"HUAA..., KAKKKK!"

Theo hanya bisa tertawa bahagia saat mendengar suara rengekan bocil yang diboncengnya. Cowok itu dengan berani menambah kecepatan motornya hingga Ruza makin ketakutan.

"KAK..."

Ruza terus berteriak di sepanjang jalan, sedangkan Theo tetap pada kecepatannya, tidak memedulikan teriakan Ruza.

Theo mengerem motornya mendadak saat ia telah sampai di sebuah taman. Taman samping alun-alun, tempat di mana teman-temannya menunggu.

"Woi Yo," sapa Nil sambil mengajak Theo tos.

Theo membalas tos dari Nil lalu melirik Ruza yang diboncengnya.

Ruza kini tengah termenung dan sedikit melamun, gadis itu menenangkan jantungnya yang hampir lepas karena kecepatan Theo.

"Siapa Yo?" tanya Janu.

Theo mengedikkan bahunya, berlagak tidak tau. Walaupun sebenarnya ia memang tidak tau pasti siapa bocil itu.

Mata Ruza menatap empat kakak laki-laki di sampingnya. Gadis itu sedikit berdiri di motor dan mendekatkan mulutnya pada telinga Theo. "Beneran mau dijual?" tanya Ruza dengan berbisik pelan.

Theo menyinggungkan senyum mendengar pertanyaan khawatir dari Ruza.

"Gue jual lo seharga 100 ribu, buat beli cireng."

Ruza langsung memelototkan matanya, terkejut. Gadis itu otomatis menatap empat kakak di sampingnya lalu mencubit lengan Theo.

"Aduh...," rintih Theo walaupun yang dicubit Ruza hanyalah jaketnya.

Nil, Janu, Bagas dan Gavin saling melempar tatapan saat melihat tingkah Theo. Tidak biasanya Theo banyak berekspresi. Apalagi melihat Theo yang kini tengah mengenakan topeng. Membuat mereka curiga akan sesuatu. Balapan? Menggunakan topeng?

Theo gila. Ini balapan, bukan pesta topeng. Mereka tidak paham lagi dengan arah pikiran Theo yang makin hari makin aneh.

Theo membuka topengnya karena melihat raut wajah curiga dari keempat temannya. "Nanti gue ceritain. Cabut sekarang!"

Theo memakai kembali topeng dan helmnya lalu melirik ke belakang. "Gajadi gue jual lo, malem-malem gini penjual cireng lagi ga ada," ucap Theo yang membuat Ruza sedikit lega.

Melihat Ruza yang mulai lega, hati Theo merasa tidak terima. "Gue jual organ dalem lo aja, lumayan buat beli gerobak cireng."

Deg!

Jantung Ruza terasa berhenti berdetak. Sementara Theo tersenyum lalu melajukan motornya dengan cepat. Membuat Ruza sedikit terhuyung ke depan. Theo dapat mendengar detak jantung Ruza yang begitu cepat. Sepertinya bocil di belakangnya benar-benar sedang ketakutan. Sangking takutnya bocil itu tidak berteriak saat ia melajukan motornya dengan cepat.

"Duluan aja," ucap Theo pada teman-temannya. Cowok itu belok di persimpangan dekat taman kota dan mulai melajukan motor dengan pelan. Theo menghentikan motornya tepat di depan penjual cireng.

Ruza menatap Theo curiga karena Theo menghentikan motor di depan penjual cireng. "Kak...," panggil Ruza, memegang erat Theo yang hendak turun dari motor.

Theo sedikit tersenyum lalu menurunkan Ruza dari motor. "Gak dijual sayang, cuman tuker tambah aja sama cireng," ucap Theo sambil mengelus rambut Ruza.

Mendengar itu Ruza terkejut, Ruza dengan cepat melompat dari motor lalu berlari sekencang-kencangnya menjauh dari Theo. Ruza terlalu takut jika Theo benar-benar menukar tambah dirinya dengan cireng.

Theo tertawa terbahak-bahak. "HAHAHA, ANJING TU BOCIL." Ia benar-benar tidak kuat melihat bocah seperti tuyul itu terus berlari terbirit-birit.

Dengan motornya Theo mengejar Ruza. Cowok itu terus menahan tawa melihat Ruza yang lari terbirit-birit sambil membawa sandal. Theo sengaja tidak melajukan motornya dengan cepat, cowok itu memilih berada di belakang Ruza dan melihat bocah itu berlari.

Ruza sesekali menengok ke belakang. Dan Ruza melempar sandalnya ke arah Theo.

"Ga kena cil," ejek Theo, menatap sandal yang berjarak ratusan cm darinya.

Ruza akhirnya berhenti berlari karena sudah merasa lelah. Dengan doa dan sisa tenaganya, Ruza bertekad kuat melawan orang yang akan menjual dan menukarkan dirinya dengan cireng.

________

Instagram: @lilylayu.story

© THEORUZ by Lily Layu

Continue Reading

You'll Also Like

4.7M 200K 50
On Going ❗ Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...
376K 44.3K 30
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
2M 62K 74
NOVEL BISA Di BELI DI SHOPEE FIRAZ MEDIA "Bisa nangis juga? Gue kira cuma bisa buat orang nangis!" Nolan Althaf. "Gue lagi malas debat, pergi lo!" Al...
ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

1.8M 94.6K 55
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...