Real Talk

By dindastdj

8.6K 781 136

For all the time we spent, For all the conversations we talked, For all the road we rode, For all the tears... More

/r e a l t a l k/
Prolog
1. Something Between
2. The Moment I Knew
3. Never Be Alone
4. Unexpected
5. Be Bold
6. Remember Me?
7. "Not" Little Throwback
8. How It Began
9. True Stalker
10. How We Started
12. First Impression
13. You're My Truly Crush
14. His Greatest Gift
15. Doubt
16. Now or Never
17. The New Lover
18. Real Love
19. My New Family

11. He's All That

167 15 5
By dindastdj

NIKI — Highschool in Jakarta
____

PERHATIAN Insan yang sedang menggulir feeds langsung teralih ke pop up notifikasi yang memunculkan tulisan 're.ksm accepted your follow request' lalu disusul dengan, 're.ksm started following you'

Dengan senyum semringah, Insan langsung menempelkan ponselnya ke dada, jantungnya berdebar-debar. Sudah hampir setahun ia tak merasakan perasaan ini lagi.

Gemas.

Itulah satu kata yang mewakili perasaan Insan terhadap Rere. Mungkin movement Insan terbilang cepat, tetapi ia yakin. Perempuan seperti Rere pasti banyak peminatnya. Padahal, Insan akui. Paras Rere tidak secantik influencer-influencer yang sering muncul di explore Instagramnya.

Namun bagi Insan, Rere itu punya daya tarik tersendiri. Dan hal itu tak hanya dari luarannya saja. Perempuan itu seakan punya magnet tersendiri yang membuat Insan merasa tertarik untuk mendekat perempuan itu.

Tak ingin kehilangan kesempatan, Insan merasa sekaranglah saat yang tepat untuk mengajak Rere pergi keluar. Biasanya, ia akan meminta saran Raka, tetapi kali ini tidak. Ia merasa mantap dengan keputusannya.

Insan membuka kolom pesannya dengan Rere, dan mulai mengetik.

Insanbakti: thank you for the acceptance & followed :)

re.ksm: anytimeeeeee!

Diluar kesadaran, Insan menahan napasnya. Ia berusaha meredam debaran jantungnya yang mulai tidak terkendali, berusaha melawan keraguannya dan memantapkan diri untuk meluruskan niatnya.

Insanbakti: main yuk kapan2 hehe

re.ksm: kemana?

Insanbakti: ummm lo sukanya apa? Taman? Kopi? Bebas sih wkwk

re.ksm: sukanya sawah
re.ksm: WKWKWK GADENG CANDA

Insan menelan ludahnya, tak langsung membalas.

re.ksm: ngopi dulu aja deh

Senyum Insan mengembang, rongga dadanya terasa melonggar.

Insanbakti: ah okay
Insanbakti: but first of all, gue harus tau dulu dong cewek yang mau gue ajak ngedate asalnya dimana

re.ksm: eh iya ya? Kita belum tau asal usul masing2

Insanbakti: 😁😁😁

re.ksm: rumah gue di Jaksel, di Tanah Kusir. Sekarang kuliah di deket Hotel Sahid
re.ksm: kalo lo?

Insanbakti: gue di Bekasi sekarang, tadinya di Bintaro. Gue kerja di bank negeri cabang Lenteng Agung

re.ksm: jauh amat dari Bintaro ke Bekasi? Udah gitu kerjanya di LA?

Insanbakti: wkwkwk makanya kan waktu itu gue ke sekolah adek gue, urus kepindahan dia

re.ksm: EITSSS TAHAN DULU TAHAN CERITANYA

Insanbakti: eh kenapa? Wkwk

re.ksm: NANTI PAS NGOPI BIAR ADA TOPIK
re.ksm: WKWKWK

Demi Tuhan gue jatuh cinta sama anak ini!

Insanbakti: wkwkwk iya juga ya?

re.ksm: pokoknya semua hal2 aneh atau b aja yang lo mau ceritain ke gue keep dulu, ceritainnya nanti aja biar pas ngobrol gak keabisan bahan

Insanbakti: siap
Insanbakti: tapi gue mau nanya sama lo boleh gak?

re.ksm: apa tuh?

Insanbakti: lo dari dulu tuh gini ya?

re.ksm: gini gimana?

Insanbakti: gemesin?

/r e a l  t a l k/

"Demi Tuhan gue berasa kayak cewek yang gak punya baju!"

Setelah menutup kencang pintu lemari, Rere menghela napas, dan mengembuskannya keras-keras, lalu ia bercermin. Kedua tangannya memegang pinggang.

Hari ini ketiga sahabat Rere main ke rumah. Selain kedai kopi, rumah Rere merupakan basecamp terbaik sepulang kampus. Sejak tiba di kamar, Rere langsung mengaduk seisi lemarinya tanpa pedulikan kasur dan lantainya yang sudah berceceran pakaian.

Ketiga sahabatnya duduk anteng di kasur sambil sesekali menyeruput milktea boba— hasil patungan dari promo aplikasi ojek online.

"Anjir, itu baju lo banyak banget, gila!" Seru Aca. Ia menunjuk Rere dengan cup.

"Iya gue tau baju gue banyak, tapi gue nggak ada outfit?!"

Tiara berhenti menyeruput. Matanya melotot, ia langsung melirik Luna dengan senyum jahil, dan Luna hanya membalasnya dengan seringai.

"Caelah,  mau ketemuan sama cowok ya lo?" Tanya Tiara, spontan.

Aca refleks menoleh kaget ke Tiara, sebelum akhirnya ke Rere lagi. Ia tak tahu harus senang atau kesal lantaran Rere belum menceritakan apapun.

"Emang lo diajak kemana sih?" Kali ini Luna yang bertanya.

"Ya ngopi doang sih," ujar Rere, kalem. Lalu ia berubah heboh lagi, "Tapi gue tuh nggak mau keliatan jelek atau gembel depan dia!"

"Ih! Kok lo nge-date sama cowok gak kenalin ke kita dulu sih?!"

Melihat Aca sewot, Rere menarik napas dalam-dalam.

"Biasa aja sih casual ala lo. Kaos polos sama celana," ujar Luna, kalem.

"Nggak ah! Kayak nggak propper banget nge-date nya?"

"Jadi, lo maunya rambut lo dicurly kayak abis nyalon gitu?"

Rere menghela napas. "Intinya gue pengen cantik tapi natural. Pokoknya terkesan propper gitu loh nge-date nya, tapi gak ribet."

"Emang yang ngajakin lo nge-date ini anak mana sih?" Pancing Tiara, ia meletakkan cup-nya di atas nakas.

"Ada lah pokoknya!"

"Jangan bilang kating?" Ujar Luna.

"Enggak! Bukan anak kampus kita!"

Rere langsung menoleh ke Aca, ia tertegun sejenak. Merasa gatal ingin menceritakan semuanya, namun ia takut jika ia bercerita terlalu cepat, euforia ini juga akan berakhir cepat.

"Terus siapa? Daritadi gue udah minta diceritain lo nya gak cerita-cerita!" Seru Aca, masih sewot.

"Yakan gue takutnya masih deket-deket gini doang belum tentu jadi!"

"Ih! Mau liat dong orangnya!" Seru Luna.

"Nanti aja ah!" Rere menggaruk kepalanya gusar.

"Lo mau langsung wefie sama dia gitu, Re di first date ini?"

"Please dong jangan ngomongin hal-hal yang gue pengenin!" Pekik Rere, matanya menyipit. "Nanti kalo gak kejadian kan guenya sedih!"

Meski masih kesal, di sisi lain Aca juga merasa senang melihat Rere begini. Terlebih, Aca yang lebih dulu mengenal Rere dibandingkan Luna dan Tiara. Karena, ia tahu persis perjalanan Rere sejak SMA.

"Iya gue laham, ini tuh hal baru buat lo," kata Aca, ia lalu melirik Tiara dan Luna bergantian. "Dulu di SMA, Rere tuh sama sekali gak pernah pacaran. PDKT-PDKT gak jelas doang, abis itu kalo nggak di-ghosting ya Rerenya yang ilfeel."

"Semoga yang kali ini enggak ya, Re," kata Tiara.

Rere menghela napas dan mengangguk samar.

"Emang lo kenal sama dia darimana sih? Tinder? Apa Bumble?" Tanya Aca. Ia menggigiti sedotannya.

Rere melotot kaget. "Enggak! Bukan dari dating app!"

"Terus?"

Rere meraih satu-satunya cup di atas nakas yang masih terisi penuh dan tersegel. Perempuan itu mengocok cup-nya sebelum akhirnya menancapkan sedotan ungu besar. Aca yang tadinya duduk di tengah kasur, langsung bergeser, membiarkan Rere nimbrung di sampingnya.

"Gue tuh kenal dia di SMA," ujar Rere setelah seruputan ke-tiga.

"Lah? Anak sekolahan kita dong? Siapa? Anak angkatan? Kakak kelas?" Aca langsung antusias.

"Ih! Bukan!" Rere mendengus kencang, ia menggigit sedotannya sebentar. "Udah ah! Nanti aja!"

"Ih! Gak boleh setengah-setengah gitu ah!" Sungut Aca, ia mengibaskan rambut. "Apalagi ini pasti gue kenal! Atau dia yang kenal gue!"

"Dia jemput lo? Atau gimana?" Tanya Luna, lalu kembali mengunyah bobba-nya.

"Belum tau,"

"Lah? Gimana sih dia?" Luna berhenti mengunyah, jadi terpancing. "Serius nggak sih ngajaknya?"

"Yaudah nanti aja paling dibahasnya sama dia di hari H,"

"Lah masa dia gak jemput lo?"

"Re, kalo dia nggak jemput lo jangan mau!" Ujar Tiara. Raut wajahnya berubah kesal. "Enak aja tuh cowok, bawa temen gue jalan tapi effortless!"

"Re, dengerin gue ya," kata Luna. "Kalo crush lo ini orangnya gak gentle, lo harus skip total. Then, find another."

Rere terdiam. Seakan setuju dengan statement Luna, matanya memandang Tiara yang kini mengubah posisi duduknya, dan menyandarkan kepalanya di pundak Luna. Aca yang sebenarnya ingin ikut berkomentar memilih diam, lantaran masih kesal pada Rere.

"Emang gentle versi kalian tuh gimana sih?" Tanya Rere setelah jeda enam detik.

Tiara menegakkan kepala dan punggungnya, matanya menatap Rere intense.

"Nih, yang pasti first impression dia nggak ada yang missed out," Tiara menelan ludahnya, lalu menyentuh telunjuknya. "Satu: dia harus berani jemput lo. At least, ijin sama orangtua lo kalo mau ngajak lo jalan," ia menjeda sejenak, lalu menunjuk jari tenfahnya. "Dua: dia yang nanggung biaya makannya, Nah. Untuk parkiran, lo gak apa-apa deh yang inisiatif bayarin,"

Rere refleks memundurkan kepalanya, alisnya tertaut. "Bentar—" ia menjeda sejenak. "Masa iya sih first date harus dibayarin?"

"Yaa itu aset dari first impression gak sih?"

"Sebenernya urusan ini menurut gue agak klise sih, lo kalo mau split bill juga it's fine. Karna ya kan mana tau dia belum kerja, belum punya penghasilan," jelas Luna, mencoba menengahi.

"Nggak kok, dia udah kerja," ujar Rere. "Tapi gue tetep mau split bill—"

"Lo nggak lagi ngedate sama om-om kan Re?" Tanya Aca, sontak dihadiahi pelototan kaget oleh Rere.

"Yee! Gila kali ya! Dia aja masih dua puluhan umurnya!"

"Emang dia kerja apa? Dan dimana?" Tanya Tiara.

"Ah! Nanti aja kek kalo udah balik ketemu orangnya!" Rere kembali menyeruput minumannya sambil sesekali mengaduk benda itu.

"Emang kapan lo mau nemuin dia sama kita?"

"Apa sih? Ini tuh masih terlalu awal!"

"Kan! Parah banget! Kita udah penasaran!" Seru Aca.

"Tau ih! Males banget mainnya rahasia-rahasiaan!" Tiara ikut mengompori.

"Bukan gitu! Kalo belom apa-apa gue udah ngumbar ke kalian, nantinya nggak jadi kan malu!" Rere berhenti mengaduk minumannya.

"Emang kapan sih perginya?" Tanya Luna.

"Belum tau," Rere menyahut lugu.

"Lah?"

"Dia belum netapin kapannya."

"Ih? Serius nggak sih tuh orang?" Luna mengganti posisi duduknya, agak menjauhi Rere.

"Lah, Re? Sialan banget tuh cowok kalo misalkan sampe PHP!" Tiara semakin keki.

"Eh kalian jangan gitu dong!"

"Duh, mana si Rere udah ngarep lagi yak?" Ujar Aca dengan nada prihatin.

"Udah, udah!" ujar Luna, mencoba lebih netral. "Saran gue kalo misalkan fix lo jalan sama dia. Lo pake outfit yang sekiranya lo banget, tapi rapi."

Rere diam, ia tertegun sejenak, membayangkan baju yang akan dipakainya di hari H.

"Misal, lo bisa pake kaos polos terus outer-nya pake vest, terus lo pake topi kalo mager nyatok dan insecure sama rambut lo," ujar Luna lagi. "Intinya lo make up natural, dan rapi from high to toe. Okay?"

"Kalo ripped jeans kan gue banget tuh, gimana?"

"Nggak dulu," kali ini Tiara yang menyahut. "Itu better next date. Sekarang tugas lo ciptain first impression sesempurna mungkin."

Rere menghirup napas panjang. "Okay."

"Tapi masa sih lo masih nggak mau ceritain juga?"

Dengan tarikan napas panjang, akhirnya Rere ceritakan pertemuannya dengan Insan di kantin SMA-nya beberapa waktu lalu. Mendengar itu semua, Aca memberi respon tekejut yang paling kentara, tetapi ia langsung mengingat-ingat momen cap tiga jari. Karena, posisinya kan ia sedang berada di sana juga!

"Bentar, jadi.. dia kakaknya adek kelas kita, Re?"

"Iya yang waktu itu!"

"Yang mana sih?"

"Yang waktu kita omongin di meja makan! Yang tiba-tiba like foto IG gue! Kakaknya Si Diana!" Seru Rere, melihat Aca langsung menjentikkan jarinya antusias, Rere kembali menyeruput minumannya, dan meletakkan cup di tengah kasur.

"Ih, basah itu!" Omel Tiara, melihat si pemilik kasur malah meletakkan cup basah sembarangan, membasahi seprai.

Luna menghela napas, meletakkan cup Rere di atas nakas, sebelah dengan miliknya dan Tiara.

"Ah gue nggak inget mukanya!"

"Yaudah, pokoknya itu orangnya!" Rere mengambil alih cup Aca, dan merobek plastik segel dengan sedotan. Kemudian memasukkan beberapa es batu ke mulutnya bulat-bulat.

"Aduh gue main HP mulu pas di ruang TU, gak ngeh banget!"

"Coba cakep gak?" Tiara kembali mendesak.

"HAH HANTHI HAJA HIH!" Seru Rere, mulutnya dipenuhi es batu. (Ah nanti aja sih!)

"GAK BISA HARUS SEKARANG!"

"Re! Gue yang lebih berhak tau duluan! Karna kita udah bareng empat tahun, dan gue posisinya lagi di sekolah juga sama lo!" Aca jadi heboh lagi.

"HAH! HAHANHIH HWO HADHA?!"  (Ah! Apa sih lo pada?!)

"Bodo amat gak ngerti." Celetuk Luna.

"Buruan ah spill!" Tiara masih berusaha.

"Udah sih, nanti juga Rere bakal cerita. Namanya juga cewek, mana tahan coba buat gak ceritain hal yang uwu kayak gini?" ujar Luna, akhirnya.

"Apaan sih lo mah gak asik banget malah belain dia?" Desis Aca.

Diselamatkan oleh suara notifikasi masuk, perhatiannya langsung tercuri pada benda pipih yang baru saja ia keluarkan dari saku boxer Yonex-nya. Rere mengunyah cepat es batu di dalam mulut, dan membuka DM yang baru saja masuk. Panjang umur nih orang!

Insanbakti: Re
Insanbakti: udah balik kampuskah?

"Cie, si mas crush ya?" Goda Tiara. Ia meminggirkan bobba di dalam cup, lalu menyeruput milktea.

Melihat Luna dan Aca berusaha mengintipi ponselnya, Rere langsung bangkit dan melangkah ke arah pintu dengan desahan kecil, sekujur gusi dan langit-langitnya terasa dingin.

re.ksm: udah, kenapa?

Insanbakti: still up for ngopi?

Desahan Rere semakin kencang, ia memejamkan mata erat-erat. Ia menggigit remahan es yang masih tersisa di dalam mulut untuk menghantarkan kebahagiaan dan rasa grogi yang luar biasa.

re.ksm: umm kapan ya emang?

Insanbakti: how about this Sunday?

re.ksm: boleh, dimana?

Insanbakti: lo biasa dimana?

re.ksm: gue pengen cobain Addikopi di Bintaro, gimana menurut lo?

Insanbakti: okay
Insanbakti: boleh nggak share loct alamat lo? Buat gue jemput nanti

______

Continue Reading

You'll Also Like

834K 79.4K 51
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
691K 34.2K 51
Ravena Violet Kaliandra. Mendengar namanya saja membuat satu sekolah bergidik ngeri. Tak hanya terkenal sebagai putri sulung keluarga Kaliandra yang...
7.2M 351K 75
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
3.4M 49.7K 32
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...