World has fallen; Hyunlix

By Felixtyx

6.2K 1.3K 155

;Saat felix terbangun ia sudah masuk kedalam sebuah game yang mengancam nyawanya. •BAB1; START THE GAME [FINI... More

1/1; Game popular
1/2; Game di mulai
1/3; Selamat datang!
1/4; Mencari petunjuk
1/5; Bertemu partner
1/6; Melarikan diri
1/7; Gudang amunisi
1/8; Misi
1/9; GG!
1/10; Zombie besar
1/11; Tulisan di dinding [End]
2/13; Neraka
2/14; Burung pegar

2/12; Dewa dan besi

372 80 12
By Felixtyx

[...]

Welcome back

Jangan lupa tinggalkan jejak sebelum/setelah membaca. Sekecil apapun support readers akan sangat membantu kelanjutan story ini.

Ada banyak banget kecacatan di story ini, tp semoga kalian bisa memaklumi.
-------------------------------------------------

Enjoy reading

------------------------------------------------




















'Yang di atas seperti dewa. Yang melindungi seperti besi dan baja'

Keduanya menatap tulisan besar itu dengan sangat hati-hati. Tulisan itu memiliki makna yang tersembunyi, bisa dipastikan itu bukanlah tulisan yang tidak berarti. Atau hanya sebatas aksi vandalisme yang dibuat oleh segelintir orang iseng atau yang tidak bertanggung jawab.

Selain itu, felix juga masih ingat bahwa petunjuk yang dia temukan diruang kelas, juga ditulis dengan sejenis spidol merah menyala. Jadi kemungkinan besar tulisan besar ini adalah sebuah petunjuk yang ditinggalkan untuk mereka. Sama seperti sebelumnya, dia juga harus memecahkan teka-teki ini, dan mendapatkan makna yang tepat.

Kedua alis hyunjin menekuk, dia tampak sedang berpikir sangat keras dan sedikit gelisah.

Mereka hanya punya sedikit waktu untuk menyelasaikan misi ini. Semakin lama mereka berpikir, akan ada semakin sedikit waktu yang mereka miliki untuk mendapatkan obat anti virus X. Mengingat ini felix juga diam diam dibuat gelisah setengah mati.

"Ini bisa berarti satu atau dua makna, kan?"

Felix menoleh ke arah hyunjin dan bertanya dengan suara serendah mungkin. Dia tidak mau membuyarkan fokus hyunjin yang sedang berpikir keras. Hyunjin, di sisi lain juga memikirkan hal serupa karena kalimat ini dipisahkan dengan tanda baca, itu mungkin ditujukan untuk dua hal berbeda.

Yang diatas seperti dewa.

Yang melindungi seperti besi dan baja.

"Kalimat pertama mungkin untuk tempat, tapi yang kedua?"

Hyunjin menyelidik tulisan itu lagi dengan sangat hati-hati. Mengulangi kalimat itu lagi dan lagi di kepalanya. Hyunjin belum dapat memastikan makna yang tepat. Dia hanya diam, tenggelam dalam pikirannya sendiri sambil  memperhatikan felix yang terus bicara untuk dirinya sendiri.

"Atau kedua-duanya juga menunjukan suatu tempat."

Hyunjin secara spontan melirik felix yang baru saja bicara. Juga tidak menutup kemungkinan kalau dua kalimat utuh ini menunjukkan satu tempat yang sama.

Tujuan utama mereka menulis kalimat ini menjadi seperti terpisah, mungkin hanya untuk mengecoh pemain. Menyadari tatapan dingin yang menusuknya dari samping, felix segera berkedip dan menatap hyunjin. Dia tersenyum masam dan melambaikan tangan nya.

"Abaikan saja, aku sebenarnya tidak terlalu pandai"

Kemudian felix cepat cepat menjauhkan tatapan nya dari sosok hyunjin, dan kembali menatap lurus ke dinding yang memiliki coretan besar. Semakin dia berpikir semakin buntu hasilnya. Selain karena faktor kelelahan, dia juga sebenarnya tidak terlalu suka bermain teka teki.

Itu bisa memeras sebagian besar fungsi otaknya, agak malas dan cukup merepotkan baginya.

"Apa yang kamu pikirkan untuk kalimat pertama?"

Hyunjin untuk pertama kalinya mengangkat suaranya setelah berpikir keras. Ditengah kegelapan dan kesunyian yang tiada akhir, suaranya yang dalam dan serius terasa jauh lebih dingin dari embusan badai di tengah musim dingin. Tanpa sadar dia terkejut oleh perasaan menggelitik di tengkuk dan punggungnya.

Ketika dia berbalik ke arah hyunjin, fella mengikutinya. Sosok hyunjin yang kelelahan, dan sorotan cahaya biru suram dari satelit tumpang tindih dengan kegelapan sekitar yang memeluknya tanpa malu malu. Felix diam, berhati-hati menatap jauh kedalam iris kelam milik hyunjin. Dan meskipun dia sedikit tidak yakin, felix masih tetap menjawabnya, dia menatap ke atas dan mengarahkan jari telunjuk ke atas kepalanya.

"Mungkin lantai teratas dari gedung ini?"

"Ada total tujuh belas lantai di gedung ini. Menghitung waktu yang kita miliki, apa kau yakin kita bisa sampai di lantai teratas gedung ini sebelum waktu habis?"

Felix segera menutup mulutnya. Jika dipikir pikir lagi dan lagi pun perkataan hyunjin memang benar adanya. Mereka tidak punya cukup waktu untuk sampai ke lantai teratas gedung ini. Menyadari kebuntuan di pikiran felix, hyunjin tidak datang untuk bertanya lebih lanjut. Pada poin ini, hyunjin juga menduga bahwa felix sedang mempertimbangkan jawaban lain yang relevan. Jadi hyunjin diam lagi, tidak mencoba membahas ataupun mengatakan opini nya sendiri.

Felix sudah tidak punya ide lain, dan hyunjin juga tanpa diduga sedikit buntu. Dia kemudian melemparkan pandangan nya ke sudut lain ruangan ini. Semuanya sangat berantakan dan kotor di setiap sudut, dan tidak ada satupun sudut yang tidak bisa dijangkau oleh debu dari kekacauan yang mengerikan.

Menyusuri permukaan meja yang sedikit miring. Di ujung lain meja ini ada sebuah kursi yang masih berdiri di posisi yang semestinya dengan aman. Itu hanya sedikit miring, dilihat saksama bentuk dan jenis kursi itu sedikit berbeda dari kursi kursi yang lain.

Biasanya kursi spesial ini hanya diperuntukan untuk pimpinan rapat. Seperti direktur atau orang orang lain nya, yang memiliki jabatan tertinggi dalam suatu tim atau perusahaan. Ayahnya memiliki satu di ruang rapatnya, saat hyunjin masih kecil dia pernah merengek untuk ikut rapat bersama ayahnya.

Pada akhirnya hyunjin benar benar ikut ke ruangan rapat. Orang orang duduk di kedua sisi meja yang lain, tampak tegang dan gelisah di saat yang bersamaan. Kemudian ayahnya duduk di kursi yang berbeda, tepat di ujung meja itu. Menatap lurus ke arah ujung meja lain yang jauh di seberangnya.

Hyunjin melirik ke arah lain. Seperti dugaan nya, tepat di sebelah felix ada sebuah papan tulis putih sederhana di dinding. Ada bekas coretan coretan lain, sebagian kalimat sudah tidak utuh dan tehapus oleh jejak telapak tangan berdarah. Hyunjin berhenti sebentar dan melirik tulisan merah besar itu.

Mengingat tentang ayahnya lagi.

Dia juga seseorang yang punya kewenangan besar, dan juga orang yang punya jabatan tertinggi di perusahaan. Orang orang sangat segan kepadanya, hormat dan takut di saat yang bersamaan.

Setelah memikirkan ini hyunjin merasa sedikit puas. Dia melirik pada sosok felix yang masih berpikir. Dahinya berkerut dan mulutnya cemberut; dia mungkin tidak bisa menemukan apa-apa lagi di kepalanya, dan setiap kalimat yang tertera terasa semakin membingungkan dari waktu ke waktu. Kepalanya menjadi berdenyut denyut sakit setelah memeras otaknya terlalu keras.

Jari hyunjin terulur, mengusap kerutan tipis di dahi felix dan tersenyum. "Aku rasa aku sudah tahu jawaban nya"

Suara hyunjin seperti saklar lampu, dalam sekejap itu menyalakan dan menghangatkan hatinya. Felix menatapnya dengan tatapan bersinar dan tidak bisa untuk tidak segera bertanya, "Apa itu?"

"Yang di atas seperti dewa, bukan kah itu artinya seseorang yang punya jabatan tertinggi dalan sebuah organisasi? Pemimpin itu seperti dewa, di hormati tapi juga di takuti. Aku pikir kalimat 'yang di atas seperti dewa' itu adalah kalimat yang ditunjukan untuk seorang pemimpin."

Hyunjin melirik ke luar pintu dimana kegelapan semakin kental menyelubungi area gedung. Hyunjin mengambil jeda untuk beberapa saat sebelum menambahkan. "Yang melindungi seperti besi dan baja. Adalah kalimat yang bisa ditunjukan untuk sebuah tempat dimana obat anti virus X itu berada. Aku hanya ingin mengatakan, jika dua kalimat ini menunjukan satu tempat, sama seperti yang kau katakan beberapa saat yang lalu"

Felix merasa linglung sejenak, menggaruk kepalanya dan bertanya lagi. "Jadi uhmm...dimana itu tepatnya? Dugaanku mungkin akan meleset lagi, jadi...aku pikir kamu bisa menjelaskannya padaku lebih rinci?"

Hyunjin menunjukkan senyuman nya, "Yang di atas seperti dewa, merujuk pada ruangan pemimpin. Yang melindungi seperti besi dan baja merujuk pada sebuah brankas."

Setelah mencerna semua kalimat ini, felix berdiam lagi. Tidak ada hal lain yang lebih masuk akal daripada deduksi hyunjin. Dewa merujuk pada makhluk hidup, besi dan baja merujuk pada material jika digabungkan lagi, hal hal yang hyunjin ucapkan lebih dari masuk akal.

Dahi felix berkerut lagi, di bawah sorotan cahaya biru yang muram hyunjin memperhatikannya. Dia menunggunya dengan sabar, tidak berbicara dan tidak mendesak. Kemudian tiba tiba felix mengangkat pandangan nya, dengan suara 'Ah!' yang penuh keyakinan dia menatap hyunjin.

Tatapan dua orang itu bersemuka, dengan keyakinan yang terpancar dari sorot mata satu sama lain. Mereka segera pergi berlari dari ruangan itu, menyusuri lorong yang gelap dan sunyi dengan derap langkah yang kuat oleh keyakinan dan harapan.





























Ngaco banget teka tekinya. Aku ga suka main teka teki, jd aku ngasal aja bikin nya :v

Btw, karena kalian udh baca sampai sini, silakan tinggalkan jejak kalian ya. Tap ikon bintang nya dan jgn lupa sampaikan review kalian tentang book2 dan chapter ini di kolom komentar. Sankyu! ♡

Continue Reading

You'll Also Like

127K 9.1K 57
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote
73K 7.1K 20
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
59.2K 5.3K 46
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
461K 8.5K 13
Shut, diem-diem aja ya. Frontal & 18/21+ area. Homophobic, sensitif harshwords DNI.