Oneshoot ROSÉ and Boys

Av im_fanse

90.8K 8K 1.3K

Perkumpulan shipper Rosé ada disini.... Mer

Not brother (Jaerosé)✓
moodbosteer (Rosékook)✓
lovely owner (Taerosé)✓
jametzzz (Bangtansé)✓
my big baby (Bbangrosé)✓
teacher (Jisung x Rosé)✓
tsundere(Kwon twins x Rosé)✓
future husband (Yongrosé)✓
halal boys(Winrosé)✓
forget him (Doysé)✓
forever mine (Johnny x Rosé)✓
i need her (Chenle x Rosé)✓
regretting marriage (Wonwoo x Rosé)✓
i hate but i love (spesial Yongrosé)✓
lucky boy (spesial Jaerosé)✓
cute relationship (Gyurosé)✓
meet him (Kunrosé)✓
what happened in room 365 (Hunrosé)✓
Gay or Guy (Chanrosé)✓
secret admirer (Eunrosé)✓
obsessed (Jinrosé)✓
sedative (Jaemrosé)✓
last stage love (Hanbin x Rosé)✓
first love (Harusé)✓
project sacrifice (Renjun x Rosé)✓
freaking boys (Yugyeom x Rosé)✓
first time (Songkang x Rosé)✓
favorit girl (Ten x Rosé)✓
friendzone (Haosé)✓
Life (Marksé)✓
pregnancy (Scoupsé)✓
friendzone pt2 (Joshua x Rosé)✓
girlfriend (spesial Haosé)✓
for one month(Felixsé)✓
ex (Jun x Rosé)
seniors (spesial Rosékook)✓
i can(t) selfish (pt.3 Yongrosé)✓
neighbors (Baekrosé)✓
different (Jeonghansé)✓

lady Roseanne (Jenosé)✓

1.5K 184 45
Av im_fanse

Jeno membuka mata kala sinar matahari menyorotnya.

Ada yang aneh menurutnya setelah dia bangun. Dia merasakan sekujur tubuhnya sakit seperti terjatuh dari atas langit. Matanya menyapu pandang ke sekitar, terlihat indah namun sangat asing baginya.

"Ini dimana?" Jeno terduduk dengan keadaan yang linglung.

Lalu tak lama kemudian dia mendengar seseorang yang berlari. Langkah kakinya semakin mendekat dan jelas Jeno sudah waspada walaupun kepalanya begitu sakit dia tetap memaksakan berdiri.

"Tunggu!" Jantung Jeno rasanya mau copot dengan teriakan yang tiba-tiba. Ternyata seorang pengawal kerajaan. Tunggu pengawal kerajaan?

"Aneh tapi gue harus lari." Rasanya begitu berat sekali kakinya seperti didalam mimpi, tapi baginya ini terlihat nyata untuk disebut mimpi.

"Pangeran Jeno, tunggu jangan kabur lagi."

Mendengar kata pangeran membuat kaki Jeno berhenti dengan sendirinya. Pangeran dari mananya didalam garis keturunan keluarga Jeno tidak ada yang memiliki darah biru. Pengawal yang mengejarnya mulai menahan tangan Jeno. Ada dua pengawal disana.

"Kami mendapat perintah dari Yang mulia ayahanda pangeran untuk terus mengawasi pangeran." Jeno digiring oleh dua pengawal tadi yang memakai baju besi yang kuat dan juga tombak yang tajam.

Sebenarnya Jeno masih tidak paham dengan situasi ini. Kenapa tiba-tiba dia disebut pangeran lalu bagaimana bisa dia berada ditempat ini. Memang tempatnya sangat indah bagai di negeri dongeng bunga putih bermekaran dan juga langit yang biru. Ini bagai di lukisan.

"Sebenarnya kalian tuh ngapain sih disuruh ngawasin gu... Maksudnya saya." Kedua pengawal tadi saling lirik satu sama lain.

"Duke Alpha menyuruh kami untuk menjaga pangeran agar tidak kabur." Jeno berpikir keras. Duke Alpha, siapa itu?

"Memangnya saya sering kabur ya?"

"Anda tidak sadar? Pangeran ini sering menyusahkan kami." Tak lama dia mendengar suara gebukan. "Maaf pangeran. Teman saya ini sedang mengalami banyak masalah. Jadi mulutnya tidak terkontrol."

"Iya wajar orang miskin." Sarkastik yang tajam. Jeno berusaha keras agar mulutnya tetap rapat saat pengawal tadi menunjukkan wajah pasrah.

Malam menyambut, Jeno berbaring diatas sofa yang langsung menghadap ke jendela besar yang dilapisi emas serta gorden merah.

"Sebenarnya ini tuh dimana?" Rasa penasaran Jeno tak kunjung hilang meski dia sudah mendapatkan makanan lezat hidup mewah dan juga pelayanan dari pelayan. "Kangen Mama Papa, sama semua. Bosen pengen main hp."

Memang seharian ini Jeno dibunuh dengan rasa bosan karena tak ada hiburan yang menarik didalamnya, sudah dikurung didalam kamar tak ada hiburan pula. Perlahan dia mulai sadar kalau dia kembali ke jaman kerajaan bernuansa barat.

Jeno bangun lalu menyapu pandang kamar yang luasnya seperti luas rumahnya. Padahal cuma kamar pribadi tapi luasnya melebihi keseluruhan rumahnya. Banyak pigura besar dan pajangan disana. Kakinya berhenti berjalan saat melihat salah satu pigura yang ditutupi kain yang sudah berdebu.

"Yang itu kok ditutup sih?" Karena rasa keingintahuan yang besar Jeno langsung menarik kain itu yang menutupi figura.

Lalu setelah itu betapa terkejutnya dia. Disana ada Lukisan seorang perempuan yang sangat cantik bahkan menurut Jeno cantiknya sangat tidak nyata, seperti."Wah Peri? Eh bukan bidadari? Nggak kurang tepat, malaikat? Ah nggak peduli pokoknya dia cantik banget! Gue sampe mau pingsan."


"Tapi kenapa harus ditutup padahal lukisannya cantik." Jeno sedang menerka lalu tak lama ketukan pintu terdengar.

"Pangeran, Putra Mahkota ingin menemui anda." Setelah itu pelayan pergi meninggalkan Jeno dengan segala kebingungannya.

"Putra Mahkota? Aah siapa lagi sih—"

"Jeno?" Jeno menoleh dan langsung menganga dengan ketampanan Putra Mahkota bahkan tampilannya sangat luar biasa, jubah yang panjang dan merah menambah aura gagah padanya.

"A-ada perlu apa Putra Mahkota?"

Pria dihadapan Jeno menaikkan satu alisnya, "Kau kenapa, tumben bicara dengan nada rendah. Biasanya kan seperti ingin membunuh." Jeno meringis sambil memejamkan mata. Bagaimana dia bisa tau dengan watak Jeno sebelumnya.

"Anu, apa anda keberatan?"

"Tidak juga." Lalu Jeno menghela nafas. Sepertinya selama dia berada disini Jeno harus mengucapkan kalimat formal karena kalau tidak begitu salah sedikit busa saja kan langsung dihukum mati.

"Setelah mendapat persetujuan dari Ayah dan Ibu aku kesini ingin mengatakan kalau kau akan ikut di acara pertunanganku."

"Pertunangan?" Putra Mahkota tidak menjawab lalu dia melirik lukisan besar yang terpampang wajah cantik itu.

"Kau kesana bukan tanpa alasan. Kau akan menjadi pelukis untuk pertunangan ku dengan Lady Roseanne."

"Baik Putra—"

"Jangan terlalu formal panggil saja aku Jeffrey, pangeran Jeffry kakakmu." Setelah mengatakan itu Jeffery menepuk bahu Jeno.

"Jadi si cantik ini namanya Lady Roseanne ya." Jeno kembali memperhatikan lukisan besar yang terpampang wajah cantik itu.

Pagi harinya keluarga kerajaan yang ingin meminang Lady Roseanne disambut dengan baik oleh keluarga pihak perempuan. Mereka berharap dengan adanya pernikahan ini akan mengeratkan hubungan antara kedua kerajaan besar di negara ini.

Jeno berdiri disebelah Ayahnya, Penguasa kerjaan Constantine. Dia sedari tadi terus menengok kanan kiri sambil bergumam, "Mana Lady Roseanne itu."

Karena merasa bosan dan jengah dengan segala penyambutan yang menurutnya terlalu lama ini Jeno berpamitan sebentar dengan ayahnya.

"Lama! Mana bajunya berat." Jeno mengeluh dia agak menjauh dari kerumunan dan menemukan padang rumput yang ditumbuhi bunga-bunga dan tak jauh dari istana.

Jeno duduk sejenak sambil menikmati angin kencang disertai sinar matahari yang tak terlalu terik. "Eh...ini suaranya siapa?" Jeno was-was saat samar-samar dia mendengar suara tawa ternyata dia tidak sendirian.

Kemudian dia menyusuri suara itu sampai akhirnya, "Wah Lady Roseanne cantiknya."

Jeno merasa seperti ada malaikat dihadapannya yang cantik sekali bahkan dia lebih cantik daripada pemandangan yang ada disini. Sayang sekali bukan kalau dia harus melewatkan moment ini.

"Hey siapa!" Jeno tersentak, Rosé yang sebelumnya melayang tadi segera turun dan menghampiri Jeno dengan waspada.

"Apa yang sedang anda lakukan disini lalu siapa anda!"

"A-anu saya pangeran Jeno dari kerajaan Constantine." Rosé sedikit lebih tenang dari sebelumnya kemudian wajahnya cukup lesu.

"Kakakmu sudah datang ya?"

"Iya dia kesini untuk melamar anda." Lalu kemudian Rosé duduk membelakangi Jeno sambil memainkan beberapa bunga disana.

"Kenapa harus aku sih! Aku kan anaknya selir bukan Ratu, kenapa aku harus menikah sedangkan aku ingin bersenang-senang." Jeno mengedipkan mata terkejut, "Jadi maksud Lady anda tidak mau menikah dengan kakak saya?"

"Kau pikir kenapa aku menikah duluan? Itu karena aku sejak lahir sudah memiliki sihir yang hebat dan bisa aku kendalikan."

"Si-sihir!" Rosé memutar bola matanya jengah, "Setiap keturunan bangsawan pasti punya kan, kenapa kau terkejut begitu?"

"Bukan begitu—"

"Oh jangan-jangan kau terlahir tidak punya sihir ya!" Jeno kelabakan berusaha mengelak.

"Putri Roseanne anda disana!" Rosé dan Jeno sama-sama terkejut saat mengetahui kepala pelayan berjalan tidak jauh dari mereka.

"Ah sialan, ayo kabur!"

"Tapi lamaran—"

"Ikuti saja aku, kau tidak mau dihukum pancung kan?" Jeno memegang lehernya kemudian menggeleng kuat.

"Yasudah ikuti aku!"

Ruang singgasana ricuh karena perdebatan. Alasan itu semua sudah pasti karena Rosé yang tak kunjung datang dihari lamarannya sendiri.

"Apa-apaan ini anda bermaksud mempermalukan saya!"

"Kalau ada yang harus malu itu disini adalah saya karena dipermalukan putri saya sendiri. Kenapa anda protes!" Jeffry yang menyaksikan perdebatan itu hanya diam saja dengan ekspresi dingin. Dia diam karena memikirkan sesuatu yang sudah dia tebak sebelumnya.

"Jeno Constantine seharusnya aku bunuh saja kau sejak awal saat aku mengetahui bahwa kau juga mencintai Lady Roseanne!" Kemudian dia mengepalkan tangan berusaha menahan emosi.

"Ayah percuma kita berdebat disini. Sudah pasti alasan ini semua karena putra bungsu mu itu."

"Apa maksudmu, apa yang Jeno lakukan?"

"Ayah tau kan kalau putra bungsu mu pernah mengatakan cinta pertamanya adalah Lady Roseanne!" Semua bangsawan disana terkejut. Sebagian dari mereka mulai berbisik dan berbicara kemana-mana.

"Kita bunuh saja dia. Karena dia kan Ibu juga tiada!"

"Lady saya ingin menjadi hebat seperti lady!"

"Wah Lady cantik sekali!"

"Lady itu orangnya cantik ya!"

Jeno membuka mata dan langsung bangun sambil nafasnya tersengal-sengal. Barusan itu tadi apa, kemana pangeran Jeno yang asli sebenarnya kenapa jadi dia yang menggantikan posisinya.

"Sudah bangun ya?" Jeno menoleh terkejut saat disebelahnya Rosé duduk dengan tenang sambil menikmati bulan dan angin malam yang sejuk.

"Sebenarnya aku ini ada dimana sih! Kenapa tiba-tiba aku datang ke tempat ini, tempatnya kuno sekali!"

"Aduh sarkas sekali sih. Tapi meskipun begitu terimakasih ya, kau mau datang ke tempat yang kau bilang kuno ini." Rosé tersenyum tulus sambil menatap kearah Jeno. "Kalau kau tidak ikut denganku. Mungkin aku sudah terkurung dalam status pernikahan."

"Terimakasih..." Aduh bisikan itu kenapa Jeno merasa terangsang sih. Lalu dia terkejut saat wajahnya dan Rosé hanya berjarak satu jengkal dan Rosé mencuri kecupan manis dibibir Jeno.

Jeno terdiam kemudian ia memundurkan kepalanya, "Lady ini menakutkan!" Jeno mengelus tengkuknya.

Rosé cuman tersenyum sambil menatap langit malam, "Sebenarnya kau ini adalah anak dari masa depan yang jatuh kesini kan."

"Eh bagaimana bisa tau?" Rosé tak menjawab pertanyaan, "Dan kau itu anak culun yang kutu buku."

"Kok itu menyinggung perasaanku ya!"

"Alasan kau kesini itu. Karena Jeno yang sebelumnya sudah mati karena terbunuh saat ingin membawaku kabur. Bisa dibilang kau ini reinkarnasinya Jeno dan hidup dimasa depan."

Jeno melotot, "Memangnya ada ya yang seperti itu."

"Tidak percaya ya. Pasti seperti mimpi kan?" Jeno mengangguk setuju." Kalau begitu bangunlah dari mimpi ini. Sudah saatnya kau pulang sebelum akhirnya terjebak disini."

Jeno terdiam berusaha mencerna namun kemudian dia terperanjat saat mendengar suara ledakan.

"Itu jalan keluar mu. Pulanglah melalui portal itu." Jeno kali ini menganga saat melihat cahaya putih terang dan semu kuning di bagian pinggirnya.

Entah karena senang akan pulang atau memang tidak ingin hidup disini Jeno langsung berlari menuju pintu portal itu. Saat sudah dekat dengan portal kakinya berhenti dan menoleh kebelakang menatap Rosé.

"Eh apa yang kau lakukan!" Rosé terkejut saat Jeno menarik tangannya.

"Anda harus ikut bersama saya dimasa depan. Karena disini anda pasti tidak bahagia." Jeno kembali menarik namun saat sudah menginjakkan kakinya di pintu portal genggaman tangannya dan Rosé terpisah.

"Kenapa bisa begini!"

"Jeno asal ku ada disini." Lalu dia tersenyum menyedihkan.

"Sekeras apapun kau berusaha, kau tidak akan bisa membawaku pergi. Kau cepatlah pergi kakakmu berusaha mencari mu dengan sihirnya dan setelah itu akan membunuh mu."

"Apa!"

"Tidak ada waktu lagi Jeno." Rosé mendesak saat mendengar suara prajurit yang berteriak.

"Tidak! Lalu bagaimana dengan anda Lady. Anda akan mati sendirian disini."

"Aku akan mengatasinya sendiri. Kembalilah." Rosé melambaikan tangan lalu tiba-tiba mengeluarkan sihir dan mendorong Jeno masuk ke portal tersebut.

"Lady Roseanne!"

"Selamat bertemu di kehidupan selanjutnya Jeno. Terimakasih!"

Lalu semuanya gelap dan berakhir sudah dengan Rosé yang berada disana sendirian. Dan Jeno yang berada di masa depan.

Request by : Rosie9707 Jeno x Rosé [Done✓]



Fortsett å les

You'll Also Like

492K 48.7K 34
Just brothership not bl! Ketika menjalankan misi dari sang Ayah. Kedua putra dari pimpinan mafia Alexander malah menemukan bayi polos yang baru belaj...
554K 45K 46
Rifki yang masuk pesantren, gara-gara kepergok lagi nonton film humu sama emak dia. Akhirnya Rifki pasrah di masukin ke pesantren, tapi kok malah?.. ...
199K 17.4K 44
𝘽𝙐𝙈𝙄 𝙋𝙍𝘼𝙆𝘼𝙎𝘼 atau bisa di sebut Bumi, merupakan seorang pemuda yang masih duduk di bangku Smp. Walaupun umur belum menginjak 16 tahun tet...
982K 5.8K 14
Berisi cerita pendek dengan tokoh yang berbeda-beda! ⚠️Mature content with a sex, deep kiss, and vulgar words⚠️ ⚠️Setiap cerita bisa membuatmu sange...