Let Me Be Your Healer, Mr. Na...

By vioneee12

140K 18.1K 1.2K

"Nakamoto-san, can you let me be your healer?" (HANYA CERITA FIKSI) More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
Special Part (1)
Special Part (2)
Special Part (3)
Another Special Part (2)
Another Special Part (3)
Another Special Part (4)
Another Special Part (5)
NEW STORY : JUNG JAEHYUN
RECOVERY | Lee Haechan

Another Special Part (1)

2.9K 346 25
By vioneee12

(Part ini menceritakan kondisi Yuna waktu awal-awal kehamilannya, ya? Supaya kalian gak bingung nanti, ya, hehe, enjoy <3)

...

Yuta melangkahkan kakinya dengan sangat perlahan, bahkan terkesan mengendap-endap.

Dengan harapan yang sangat besar, berharap istrinya, Yuna sudah tertidur lelap saat ini.

Lelaki bermarga Nakamoto itu melirik jam tangannya, meringis pelan saat mengetahui kalau sekarang sudah pukul satu dini hari.

Ia tidak pernah pulang selarut ini.

Menghela nafas lega saat berhasil membuka pintu kamar tanpa mengeluarkan suara sedikitpun, dan kondisi lampu kamar yang mati, menambah kelegaan hatinya.

Yuta berjalan dengan susah payah ditengah kegelapan, ia tidak ingin menyalakan lampu, karena tidak mau membangunkan Yuna.

Karena...

"Yuta?"

Yuta memejamkan matanya, langkahnya terhenti saat mendengar suara yang sangat familiar itu.

Meringis dalam hati. Dan setelah lampu dinyalakan, ia bisa melihat dengan jelas, istrinya itu, Yuna, sedang duduk di tempat tidur dengan kondisi yang jelas sekali kalau ia baru saja terbangun dari tidurnya.

Yuta tidak mengatakan apapun, ia menatap Yuna yang juga menatapnya dengan mata sembab.

Keduanya diam sampai Yuta yang terkejut karena melihat mata Yuna yang mulai berkaca-kaca.

Dalam hitungan detik, air mata itu meluncur lolos begitu saja.

"Jahat,"

"Aku menunggumu seharian, hiks."

"Yuta, aku membencimu."

Yuta tidak bisa mengatakan apapun, sebenarnya ia sudah menyiapkan diri kalau-kalau drama harian ini kembali terjadi.

Tapi tetap saja, menghadapi suasana hati ajaib wanita hamil yang satu ini, membutuhkan kekuatan mental yang cukup matang (?)

"Aku ingin pergi saja,"

"Beritahu kak Momoka kalau aku ingin menginap,"

"Kau tidak boleh ikut,"

Yuta menghela nafas berat, ia mengusap wajahnya frustasi.

Sejujurnya ia sendiri sangat lelah sekarang, tenaganya benar-benar terkuras karena pekerjaan di kantor.

Yang ia inginkan sekarang hanyalah beristirahat dengan tenang.

Entah ini karena kesalahannya sendiri, tadi pagi, ia menjanjikan akan membawa istrinya itu jalan-jalan ke pasar malam saat ia pulang bekerja.

Tapi nyatanya, Yuta diharuskan dengan tiba-tiba untuk bekerja lembur hari ini, dan ia lupa memberitahu istrinya itu saking sibuknya.

Melihat Yuna yang perlahan turun dari tempat tidur.

Ah, bahkan wanita itu tertidur dengan dress yang biasa ia pakai untuk jalan-jalan.

Ia benar-benar menunggu Yuta.

"Mau kemana?" hanya itu yang bisa Yuta ucapkan sejak sedari tadi ia tidak mengucapkan apapun dan hanya menonton Yuna yang menangis dengan rasa frustasi.

"Pergi," jawab Yuna dengan suara seraknya.

"Kau tahu sekarang pukul berapa?" tanya Yuta lagi dengan nada dingin.

Yuna menoleh, "Pukul berapa?" tanyanya pelan

Yuta menghela nafas lagi.

"Satu,"

Yuna terdiam, ia menatap tas cokelatnya.

"Kau membohongiku, dan tidak minta maaf, benci, aku membencimu."

"Oke, maaf,"

Yuna tidak merespon, entah kenapa ia semakin merasa kesal dengan Yuta yang meminta maaf tapi dengan nada bicara yang tidak menyenangkan itu.

Dingin sekali.

"Tidak usah minta maaf kalau tidak ikhlas,"

Menjatuhkan tas cokelatnya, wanita cantik itu berjalan keluar kamar.

Yuta menggelengkan kepalanya melihat tingkah istrinya itu.

Berusaha tidak peduli, Yuta memilih untuk tidur saja sekarang.

Toh, Yuna pasti juga nanti akan kembali sendiri ke kamar, pikirnya.

....

Pagi-pagi sekali, Yuta terbangun dari tidurnya, ia meraba sisi sampingnya, namun tidak ada apapun.

Hal itulah yang membuat Yuta terpaksa membuka matanya, karena penasaran.

Kemana Yuna di pagi buta seperti ini?

Apa sudah bangun?

Yuta melirik jam dinding, masih pukul lima pagi.

Mulai cemas, mengingat kejadian tadi malam.

"Apa dia tidak kembali ke kamar?"

Yuna tidak mungkin pergi, kan?

Mengumpulkan seluruh atensinya, Yuta akhirnya bangkit dari tempat tidur, melihat tas berwarna cokelat milik istrinya itu masih tergeletak di lantai membuatnya sedikit lega.

Yuta berjalan keluar kamar, mencari istrinya.

Tidak butuh waktu lama, ia menemukannya.

Yuna, istrinya itu tampak tertidur disofa ruang tengah.

Rasa bersalah menghampiri Yuta, karena ia memilih egonya untuk tidak membujuk Yuna tadi malam, akibatnya istrinya itu sekarang tidur sendirian diruang tengah seperti ini.

Yuta mendekati Yuna, meringis pelan melihat wajah cantik yang sekarang terlihat begitu pucat itu.

Ia yakin Yuna kedinginan sepanjang malam, ia bahkan tidak memakai selimut.

Menyentuh pipi Yuna, tidak ada kehangatan sama sekali disana. Begitu dingin.

Ia bisa sakit kalau begini, ditambah usia kehamilan yang masih bisa dibilang rentan itu.

Kini, tangannya bergerak berpindah menyentuh perut Yuna yang masih rata itu.

Ia tersenyum tipis.

"Bayi, kau keras kepala juga, ya?"

"Kau berhasil membuat Yuna-ku berubah, dia sedikit lebih suka melawan sekarang,"

Yuta mengelusnya lembut.

"Jangan terlalu merepotkan ibumu, mengerti? Tumbuhlah dengan baik,"

Tatapan Yuta teralih pada wajah Yuna, menatapnya lembut.

"Maafkan aku. Aku akan mencoba menjadi lebih baik setelah ini,"

Setelah mengatakannya, Yuta mengangkat tubuh istrinya itu, berniat membawanya ke kamar.

Yuta tersenyum, mengecup lembut kening Yuna.

"Aku mencintaimu,"

...

"Oh, kau ikut juga?" Momoka tersenyum lebar melihat Yuta, adiknya yang berjalan mengiringi istrinya.

Yuta tidak merespon, ia hanya memutar bola matanya jengah melihat ekspresi mengejek kakak perempuannya itu.

"Kak, tidak apa-apa aku menginap disini?" tanya Yuna.

Momoka merangkul adik iparnya itu dengan senyum sumringahnya.

"Tentu! Aku tidak keberatan sama sekali, kok. Mau berapa lama? Seminggu juga tidak apa,"

Yuna tersenyum sementara ekspresi Yuta sudah tidak bisa dikondisikan lagi.

"Jangan pengaruhi istriku yang tidak-tidak,"

"Kau juga ikut menginap?" tanya Momoka pada Yuta.

Yuta diam saja, ia menatap Yuna.

"Mau menginap juga?" Kali ini Yuna yang bertanya.

"Hanya sehari, kan? Besok kau harus pulang,"

Yuna mengangguk sambil tersenyum, ia melambaikan tangannya, "Iya, baiklah. Dadah Yuta,"

Momoka mengulum senyum melihat ekspresi wajah adik lelakinya itu.

"Selamat tidur sendiri, adik."

Yuta berdecak sebal, otaknya berpikir keras. Sebenarnya ia tidak menyetujui keinginan Yuna yang sangat ingin menginap dirumah Momoka itu.

"Aku akan menjemputmu besok pagi,"

Yuna mengangguk.

Yuta menghela nafas, ia membalikkan tubuhnya, bersiap berjalan keluar rumah Momoka untuk pulang.

Disepanjang jalan menuju mobil, Yuta terus merasa terbebani. 

Pada titik akhir, lelaki tampan itu mendengus kasar.

Ia tidak mau tidur sendirian!

Maka dari itu ia memutuskan untuk ikut menginap dirumah Momoka.

Menyiapkan indera pendengarannya untuk menerima serangan ledekan dari kakak perempuannya yang super menyebalkan itu.

To Be Continued.

Halo-haloo, mana nih yang kangen Yuta sama Yuna hehehe.

Jangan lupa vote dan berikan comment juga ya buat part tambahan yang ini.

Thankyou

and

See You

-vioneee12













































Continue Reading

You'll Also Like

90.8K 11.2K 95
menceritakan kerandoman kehidupan Caca dan Yuta sebelum menikah dan sesudah menikah, penasaran? Baca aja yah :) Star: 14 Desember 2020 Finish: 28 Apr...
17.8K 1.7K 24
"Memang, terkadang apa yang membuat sakit, itulah obatnya" - Njh "Jangan membenci terlalu lama, nanti jatuh sayang" - Dks
YES, DADDY! By

Fanfiction

311K 1.9K 10
Tentang Ola dan Daddy Leon. Tentang hubungan mereka yang di luar batas wajar
175K 16.3K 46
❝kita adalah dua hal yang saling terjerembab dalam satu bagian tentang suatu kesamaan, yaitu perasaan❞ Start : 1 April 2020 Finish : 19 June 2020