Malam yang dingin dengan awan yang mendung. Dalam suasan seperti ini membuat beberapa orang enggan untuk keluar rumah dan lebih memilih bergelung dengan selimut hangat serta berbaring di kasur tercinta. Membuat sebagian orang juga malas beraktivitas dan mungkin berencana membatalkan agenda malam ini karena melihat pertanda air langit akan segera turun.
Hal itu juga yang dirasakan oleh Tenn. Tapi, itu tak bisa dilakukan karena dia memiliki jadwal malam ini. Tak biasanya ia semalas ini saat akan pergi kerja. Biasanya dialah yang bersemangat, ya walaupun tertutup dengan wajah dinginnya. Tapi kali ini Tenn malas bekerja. Boleh bolos aja nggak? Dia hanya ingin tidur bersama sang adik dengan selimut hangat yang melapisi mereka. Menghabiskan waktu dengan bergurau dan bercerita. Sungguh Tenn ingin melakukannya.
"Huh...malas..." ucap Tenn sambil melangkahkan kakinya hendak berangkat.
Sampai dia di ruang tamu, dia melihat adiknya sedang duduk di sofa entah melakukan apa.
"Tenn-nii mau berangkat?"
"Iya Riku," kata Tenn mendekati adiknya lalu mengelus Surai Crimson sang adik.
"Tenn-nii hati-hati ya, jangan lupa bawa payung sepertinya akan hujan. Tenn-nii jangan hujan-hujanan ya!"
"Iya iya adikku yang cerewet!" ucap Tenn sambil menoel hidung Riku dan terkekeh.
"Riku baik-baik di rumah ya," ucap Tenn.
"Iya Tenn-nii!"
"Ya sudah Tenn-nii berangkat dulu ya"
"Hu'um dadah," kata Riku sambil melambaikan tangan dan dibalas lambaian tangan singkat dari Tenn.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Malam ini Trigger diundang dalam acara milik Re:vale yang berupa talk show. Saat ini acara sedang berlangsung dan Trigger melakukannya dengan profesional. Keadaan diluar yang hujan deras tidak menyurutkan semangat mereka dalam menampilkan yang terbaik untuk para fans. Bahkan beberapa kali petir menyambar tidak menghilangkan fokus mereka yang ada di dalam gedung ini.
Sampai saat acara telah selesai dan sekarang mereka sedang beristirahat. Ini juga merupakan jadwal terakhir Re: vale yang artinya mereka sudah boleh bersantai.
"Ryuu, bagaimana keadaan adikmu? Dia sudah baik-baik saja?" tanya Gaku memecah keheningan.
"Eh!!! Adik Ryuu sakit?! Sakit apa? Apa parah?" tanya Momo.
"Momo tenang," peringat Yuki.
"Eh..Momo senpai...dia hanya demam kok dan sudah sembuh," kata Ryuu.
"Syukurlah," kata Gaku dan Momo bersamaan.
"Syukurlah Ryuu," ucap Yuki.
"Itu hanya demam tak perlu heboh!" kata Tenn tak peduli.
'bahkan penyakit adikku lebih parah dari itu!' lanjut Tenn dalam hati.
"Cih...hanya demam?! Jika demam dibiarkan akan semakin parah! Kau tak boleh menganggap remeh demam!" kata Gaku kesal.
"Sudah Gaku, mungkin yang dimaksud Tenn itu, itu cuma demam bukan penyakit yang berbahaya jadi tidak perlu khawatir. Itu benarkan jadi sudahlah," kata Ryuu menenangkan Gaku.
"Tapi tetap saja!" kekeh Gaku.
"Sudah sudah jangan beramtem para kohai imutku...Yuki! bantu aku tenangkan mereka!" kata Momo yang melihat Gaku yang akan memukul Tenn.
"Kau itu punya hati nggak sih? Apa sebenarnya kau itu tak punya keluarga jadi tak pernah merasa khawatir!" kata Gaku ingin memukul Tenn.
"Sudah Gaku! Itu berlebihan!" kata Ryuu berusaha mencegah Gaku memukul Tenn.
"Sudahlah kalian! Haduh...kenapa jadi bertengkar!" kata Yuki berusaha membantu Ryuu menenangkan Gaku.
Tenn sendiri sekarang sudah mengepalkan tangan.
'tidak punya keluarga dia bilang! Tak merasa khawatir?! Lalu setiap hari apa yang kurasakan hah!!! Setiap hari aku merasa khawatir! Aku selalu was was dengan keadaan Riku! Aku...bahkan tak yakin saat ini Riku baik-baik saja. Aku selalu merasa ketakutan!' kata Tenn dalam hati. Ingin sekali dia bilang seperti itu. Tapi itu tidak mungkin.
"Heh...iya aku tak punya hati...lalu apa? Kau mau apa?" kata Tenn dengan suara rendah.
"Tenn..."
"Dasar kau-"
"CUKUP!!!" Teriak Momo.
"Momo?"
"Jangan memperpanjang masalah ini! Ayo kalian minta maaf!" kata Momo.
"Aku pergi!" kata Tenn berlalu meninggalkan mereka semua.
"Tenn kemana kau akan pergia huh?! Kembali ke sini kau!!"
"Tenn!" panggil Ryuu.
"Tenn..."
"Senpai maaf atas kelakuan Tenn tadi. Saya mewakili Tenn meminta maaf," kata Ryuu menunduk 90 derajat.
"Ryuu! Untuk apa kau meminta maaf untunnya!"
"Sudahlah Gaku!"
"Ah....tidak papa. Senpai ini mengerti. Tapi aku sedih kalian berantem," kata Momo.
"Sudah tidak papa, pertengkaran anggota memang sering terjadi. Aku juga sering berantem dengan Momo. Cuma tak sebesar itu. Semoga kalian segera akur," kata Yuki.
"Ha'i senpai. Senpai, kami permisi dulu. Ayo Gaku."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Saat ini Tenn sedang menunggu taxi untuk mengantarnya pulang. Dia sedang menunggu di depan gedung acara Re:vale tadi sambil berteduh.
Jdeeer
Jdeeer
"Huh...petirnya semakin banyak dan keras. Apa Riku baik-baik saja ya? Riku kan takut petir. Apa sekarang Riku sedang ketakutan? Aku harus segera sampai di rumah," kata Tenn sambil melihat tetesan hujan.
Saat ada taxi yang lewat Tenn langsung menghentikannya dan masuk ke dalam. Tenn pun langsung melesat ke kediaman Nanase.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Tadaima," kata Tenn memasuki rumah.
Dia heran kok sepi. Biasanya Riku akan berlari dan memeluknya untuk menyambutnya.
"Riku mana Bibi Tia?" tanya Tenn pada Bibi Tia yang sedang mengepel.
"Riku-sama ada di kamar, Tenn-sama," jawab Bibi Tia.
Tenn langsung pergi ke kamar Riku yang memang berada di lantai satu.
Ceklek
"Riku?"
"Hiks...hiks...hiks.."
"Riku?" Tenn pun semakin lebar membuka pintu mendengar isakan dari dalam kamar adiknya.
Saat sosoknya masuk ke kamar sang adik, etensi semua orang seketika beralih ke Tenn. Dan Tenn sendiri melihat adiknya yang sedang dipeluk Bibi Mai dengan keadaan menangis serta ditemani oleh Sakura dan Sakuma yang berusaha menghiburnya.
"Tenn-nii!!! Huwaaa...." tangis Riku semakin kencang saat melihat Tenn. Riku juga melepas pelukannya pada Bibi Mai dan merentangkan tangan ke Tenn, minta dipeluk oleh Tenn.
"Riku, ssttt....sudah jangan menangis," kata Tenn menenangkan sambil memeluk sang adik.
"Riku takut Tenn-nii...hiks...petirnya kencang sekali....huwaaa"
'Sudah ku duga' ucap Tenn dalam hati.
Riku memang takut dengan petir dan gelap. Jika ada petir atau listrik padam, Riku selalu berlari ke Tenn sambil menangis. Jika tidak ada Tenn, Riku akan menangis histeris mencari sang kakak. Maka dari itu, Bibi Mai, Sakura, dan Sakuma tadi berusaha menenangkan Riku yang terus menangis mencari Tenn.
"Ssttt...sudah ya, tenang Tenn-nii kan di sini nemenin Riku. Yos...yosh...Riku anak baik jangan menangis"
"Hiks...hiks..." Riku masih terisak dengan wajah ia tenggelamkan ke dada sang kakak.
"Riku tidur ya"
"Tidak mau! Riku takut..."
"Kan ada Tenn-nii. Ayo Tenn-nii temenin Riku tidur," kata Tenn sambil membaringkan Riku.
"Ano... Tenn-sama kami pamit dulu," kata Bibi Mai mewakili Sakura dan Sakuma.
"Hn"
Dengan itupun mereka keluar dari kamar Riku.
"Baiklah sekarang waktunya Riku tidur hmm"
"Tenn-nii temenin Riku ya. Tenn-nii nggak boleh pergi!"
"Iya sayang"
"Tenn-nii harus terus meluk Riku!"
"Iya, ayo tidur"
Dengan usaha yang tidak mudah, Tenn akhirnya bisa menidurkan Riku. Tenn pun ikut tertidur sambil memeluk adik tercintanya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC
Yahoo
Kembali lagi dengan saya
Gimana ceritanya?
Semoga tidak mengecewakan
Dan semoga suka
Silahkan vote jika kalian suka cerita ini
Komen jika mau dan jika ada yang ingin disampaikan dengan author.
Serta saya minta kritik dan saran untuk kemajuan cerita ini dan mungkin cerita saya selanjutnya.
Saya mau pamit dulu untuk kali ini
Tenang akan balik lagi kok
Saya usahain nggak pernah Hiatus
Karma saya tau sakitnya dihiatusin autor༎ຶ‿༎ຶ
So ketemu lagi chapter depan dan....
Jaa nee