You Always Mine. (END)

By Arafianiii

9K 3.4K 1.6K

Judul sebelumnya➜My Friend Childhood. First Book. {25 Part + 3 Special Part} Hanya satu masalah membuat Ice... More

Pengenalan tokoh
1. Awal pertemuan
2. Menghabiskan waktu bersama
3. Hari pertama sekolah
4. Don't disturb me!
5. Pesan ancaman
6. You're mine
7. I'm jealous!
7.2 Behind the scene
8. Don't touch him or you will die?
9. Are you murderer?
10. Upacara yg membosankan
11. Dikenalin ke orangtua
12. Aku lelah, Kak!
13. Please, don't leave me
14. Why, I'm still alive?
15. Bitch, you jerk!
16. Hey, I hate You!
17. Ditinggalkan atau meninggalkan?
18. You must be mine!
19. Kencan tak diinginkan
20. You must die!
21. Takdir yang direncanakan
23. Date with you
24. I'm tired
25. I'm forgive you(END)
[Extra part 1]Masa kecil, Alia.
[Extra part 2]Satu hatiku untukmu, Alia.
penutupan
[Extra part 3]Memilihmu adalah keputusanku.

22. Memory Loss

139 69 4
By Arafianiii

Wajib Pencet tombol ⭐ sebelum baca, g susah kan?ʘ⁠‿⁠ʘ

Happy Reading😗
.
.
.

∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆

<•ICE POV•>

Aku berjalan dengan hati tak tenang, menyusuri koridor rumah sakit. Menghiraukan suara-suara sekitar, berbagai ruangan ku lalui. Percepat langkahku sampai ruang inap pacarku oh, maksudku bukan lagi.

Setibanya, aku menunggu di luar. Kenapa? Karna aku tak ingin mereka melihatku. Berdiri di pintu ingin melihat kondisinya. Namun, ku tak sengaja mendengar obrolan mereka.

Ah, tepatnya penjelasan Solar tentang kronologi kejadian. Ku rapatkan telingaku mendekati pintu, mendengar secara diam-diam. Ku harap tak ada yang menyadari kedatanganku.

Edrea sebelumnya menangis penuh luka di taman. Aku yakin itu. Kedatanganku dan Hali yang disadarinya langsung membuat ia mengelap air matanya, lalu bertingkah seakan tidak ada masalah.”

Kusadari, Edrea menutup matanya sambil berjalan. Ya, kukira ia tidak akan kenapa-napa. Namun secara sadar tidak sadar, tubuhnya memasuki jalanan dan mobil datang tak terhentikan!”

Apa karena..”

Kejadian di kantin sebelumnya. Ini semua salah Ice, paman!”

Penjelasan terakhir membuatku terkejut. Baru ku sadari keributan hari itu berakibat fatal. Aku tak menyangka akan jadi seperti ini. Rasa bersalah menyelubungi hati meski, bukan sepenuhnya kesalahanku.

Ku langkahkan kakiku meninggalkan ruangannya. Berjalan tanpa arah yang aku sendiri pun tak tau harus kemana. Belum jauh pergi, terdengar seseorang memanggilku.

Sepertinya aku mengenali suaranya. Lantas ku balikkan badanku, benar saja Blaze yang memanggilku. Dapat ku lihat tatapannya penuh kebencian. Memaklumi hal itu mungkin ia masih tak menerima kepergian mereka.

“ICE, tunggu!”

“?”

“Ikut gue!”

Ia menarikku secara paksa dan membawaku pergi menjauh dari rumah sakit. Ku lihat Thorn mengikuti kami, entah apa yang akan dilakukannya. Memasuki rumah tak berpenghuni, Blaze mendorongku sampai menghantam tembok. Lalu menarik kasar jaket yang ku kenakan. (author 1: not yaoi😒I don't like)

“Sialan kau!”

“Semua gara-gara lu!?”

“Sadar apa yang kau lakukan?”

“Kau telah membuat Edrea celaka!”

“Kalau kau tak bermesraan dengan Laira di kantin...”

“Semua tak kan jadi seperti ini.”

“Apa mau lu, Ice!”

Buagh

“Tak cukup ngebuat Mama,Papa dan Frostfire tiada huh?!”

“Gue pikir bakal diam.”

“Ternyata kau merencanakan kecelakaan itu bukan?”

“Benar-benar pembunuh!”

“Biadab!”

Buagh .. buagh

Tonjokan terlalu keras mengakibatkan darah keluar dari mulut ku. Nyeri yang ku dapatkan terlalu sakit, dia benar-benar memukuli ku dengan kekuatannya.

“Blaze, bukan gu--”

“Ceh! Tak mau mengaku.”

“Blaze.”

“Masih tak mau mengaku?”

“Gue tak melakukan itu.”

“Penjahat mana mau ngaku.”

“Mati saja...!? daripada menyusahkan orang!”

“Maaf..”

Seketika tangannya mengeluarkan api besar, sontak mataku membulat. “Bebola api maksimal ..!”

“Pesan terakhir?”

Terdengar langkah kaki mendekat, namun cahaya api menyilaukan mataku. Lantas ku tutup mataku, jika memang ini kematian ku. Aku ikhlas, maafkan aku. Selamat tinggal.

Tunggu! Aku masih bernafas? Bagaimana bisa? Bukankah aku mati di tangan adikku sendiri? Perlahan membuka mataku, ku lihat seseorang berdiri didepanku. Ruangan ini gelap membuatkan ku tak dapat melihat wajahnya. Apa orang di depanku menyelamatkan nyawaku? Tapi kenapa?

“Blaze, jangan lakukan itu.”

“Apa kamu ingin membunuh kakakmu sendiri?”

“Dia harus mati, kau tau? Dia yang telah membuat semua kekacauan ini!”

“Thorn, yakin kecelakaan kak Rea bukan ulahnya.”

“Tch! Masih aja belain pembunuh!”

Apa aku ngga salah dengar? Orang di depanku adalah Thorn? Apa dia merencanakan sesuatu, tapi apa? Ku coba bangkit, namun sial! Tubuhku sakit tolakkan yang ia lakukan terlalu kuat.

Uluran tangan berada di depanku, kepala ku dongakkan terpantul jelas warna mata hijau emerald miliknya.

Tunggu, dia benar-benar membantuku? Dengan pikiran kacau, akhirnya aku menerima uluran tangan darinya dan ia pun membantuku berdiri.

“Blaze, ingat kalau kamu sampai membunuh kakakmu.”

“Sama aja kamu ngga ada beda nya dengan pembunuh.”

“Kawal kuasamu, Blaze.”

“Ya sudah, Thorn pulang dulu. Ayo kak Ice, jangan hiraukan Blaze.”

“Tch! Sial.”

Ternyata salah, aku pikir Thorn merencanakan sesuatu. Jadi dia mengikuti kami hanya ingin menolongku? Apa Thorn masih percaya padaku? Sepertinya...

<•ICE POV End•> (author 1: sorry bagian berantem kurang feel maybe? author g pandai buatnya:v)

Dari kejadian sampai sekarang, Edrea masih belum sadarkan diri. Keira beserta yang lain menatapnya cemas. Tak ada sedikitpun obrolan di keluarkan hanya suara orang-orang di luar.

Solar dan Alia berjalan menghampiri ranjang Edrea. Mereka menatap sahabatnya sendu.

Alia yang mengawali genggaman erat pada tangan Edrea itupun diikuti oleh Solar secara hati-hati.

Mereka hanya berharap Edrea dapat bangun dengan segera. Tak ada narsis apalagi senyuman yang Alia dan Solar tunjukkan.

3 jam berlalu, mereka secara tiba-tiba merasakan sedikit pergerakan pada daerah genggaman. Sontak hal itu langsung membuat Alia dan Solar terkejut hingga memanggil orang tua Edrea dengan segera.

“Paman! Tante!” Merasa terpanggil mereka bergegas menghampiri.

“Ada apa?”

“Edrea, sudah sadar. Tadi tangannya bergerak.”

“Lu juga lihat kan, Lia?”

“Iya, tapi matanya masih tertutup.”

“Syukurlah.”

“Putriku, ayo buka matamu, nak.”

“Lia, tunggu sini. Gue panggilkan yang lain dulu.”

Pelan-pelan mata Edrea terbuka, Ruang putih beserta bau obat tercium di hidungnya. Denyutan kepala masih terasa, Keira tersenyum senang begitupun Adrian. Tak lama pintu terbuka Gempa, Taufan, Hali, Thorn dan Solar masuk. Sisa nya pulang duluan.

Edrea menatap semuanya dengan bingung, seolah meminta penjelasan. Ia mencoba mengingat apa yang terjadi bukannya mengingat justru kepala nya semakin pusing. Menyadarinya Keira bergegas memanggil dokter.

Dokter yang di panggil datang, segera memeriksa kondisinya. Dirasa cukup membaik, melihat tatapan Keira penuh harap membuatkan dokter menghela nafasnya sebentar.

“Anak Ibu, kondisinya cukup membaik. Denyutan kepala disebabkan ia mencoba ingin mengingat kejadian.”

“Pendarahan mulai stabil namun tubuhnya sudah membaik.”

“Di usahakan jangan terlalu memaksakan untuk mengingat.”

“Anak Ibu sudah boleh pulang nanti malam. Saya akan beri resepnya sekarang.”

“Syukurlah, terimakasih dokter.”

“Ya, kalau begitu saya undur diri dulu.”

Keira mengikuti dokter sedangkan Adrian membayar administrasi pengobatan. Semua bernafas lega mendengar sahabatnya baik-baik saja. Thorn terlalu senang sampe memeluknya erat.

“Syukurlah kakak sudah bangun!” Seru Thorn terlalu senang.

“Hei, Rea. Kami cemas sekali padamu. Kalau kau tak bangun siapa yang akan mengalahkan kegantengan gue ini.”

“Umm Siapa? Solar ya?”

“Ya, Orang paling ganteng dan jenius disini.”

“Memangnya gue kenapa?”

“Eh elu...”

“Solar, jangan ceritakan.”

“Tau tuh si bensin.”

”Tch, Kompor.”

“Apa lu bilang!!”

“Thorn, yakin pasti ngga dengar omongan dokter.”

“Dokter bilang apa, Thorn?”

“Thorn, ngga tau kak hehe.”

Mata melirik kearah Gempa, Alia, Taufan dan Hali. “Maaf, kalian siapa?”

“Loh?”

“Baiklah, perkenalkan aku Gempa. Wanita cantik sampingku ini Alia Best friendmu, baju biru tua Taufan, baju merah hitam Hali. Kami semua temanmu.”

“Ah, baiklah akan gue coba ingat nama kalian.”

“Muka kalian kembar? Kok bisa?”

“Ya, kami kembar kak Rea. Namun, dipisahkan oleh author 1. Ada bagusnya, aku bisa menjahili kak Hali sepuasku haha.”

“Serah.”

Langit semula berwarna oren, kini telah berganti gelap. Ya, malam hari telah tiba. Ruang inap semula ramai sekarang sudah sepi, tersisa Thorn bersama keluarganya.

Barang sudah tertata rapi, Edrea berjalan menggunakan kursi roda. Setelah sampai pintu keluar, ia di bantu Thorn masuk mobil. Adrian bergegas mengendarai mobilnya berkecepatan sedang.

°°°°

Keesokannya, kondisi Edrea benar-benar sudah membaik. Ia segera bersiap-siap, awalnya Keira melarang untuk tidak sekolah terlebih dahulu. Melihat wajahnya terlalu senang, membuatkan tersenyum khawatir.

Adrian menepuk bahu, lalu menatap nya dengan senyuman bermaksud ingin menenangkan khawatirnya. Keira menghela nafas letih, kemudian mengangguk. Thorn baru datang di buat bingung.

Okaa-san, Otou-san. Nande?”

“Mama masih khawatir. Jaga kakakmu di sekolah ya, Thorn.”

“Selalu Mom.”

“Yaudah, sekarang berangkat hati-hati di jalan.”

Jane, Okaa-san. Ohayou.”

Mobil di pecut dengan kecepatan rendah. melewati perkotaan, jalanan belum terlalu ramai, banyak pengendara berlalu lalang.

Semenjak kejadian itu, Edrea lebih banyak diam setiap ingin mengingat membuat kepalanya berdenyut kembali.

20 menit, mereka telah sampai di sekolah. Masih sisa 15 menit lagi bel masuk akan berbunyi.

Secara tak sengaja, Ice berpapasan dengan Edrea. Ia merasa lega melihat Edrea sudah pulih, menatap sejenak lalu tersenyum tipis.

Merasa di tatap, membuat Edrea menoleh dan ikut tersenyum. Meski, sebenarnya ia tak mengenalnya.

Setidaknya aku masih bisa melihat senyumanmu. Jika kita tak bisa bersama lagi, biarkan takdir yang mempersatukan kita. I'm always love you.

Merasa seseorang akan datang, Ice segera pergi ingin menghindari mereka. Tak lama Taufan beserta yang lain pun datang menyapa dan mengobrol sebentar.

15 menit bel masuk berbunyi, semua kembali ke kelas. Tiada keributan semua memperhatikan pelajaran.

12.00 JT
Kring Kring

Jam pulang pun tiba sekaligus waktu istirahat, ada yang pulang, ada juga  yang ke kantin. Ice sedang tertidur pulas secara ajaibnya langsung bangun mendengar bel pulang.

Berjalan dengan mata mengantuk tanpa membawa buku dan ransel. kerjaannya hanya tidur, jarang memperhatikan pelajaran. Anehnya nilai ulangan tinggi.

Thorn dan yang lain mengajak ke taman, dengan enggan ia mengikuti mereka. Pemandangan taman sekolah begitu indah, terdapat berbagai banyak bunga. Namun, tak begitu ramai. Siswa-siswi lebih memilih pulang.

“Eum Solar.”

“Ya, Rea?”

“Laki-laki samping lu siapa?”

“Oh, Blaze namanya.”

“Lalu, samping Thorn?”

“Dia Ice.”

“Rea, kamu masih belum mengingat nama kami?” tanya Gempa.

“Ah, gue hanya mengingat Thorn dan Solar."

“Jelas dong, orang ganteng sejagat raya, ngga boleh di lupakan.”

“Jijik hoekk.”

“Sirik, aja lu gledek!”

“Bagaimana kondisi luka kepalamu, apa baik-baik saja?” tanya Alia.

“Iya, tapi masih sedikit berdenyut. Umm kam--”

“Namaku Alia.”

“Oh Rea, Kenapa kau mengingatku?”

“Gue ngga tau, terakhir gue lihat. Lu berlari dan berteriak memanggil gue.”

“Setelah nya gue ngga ingat apa-apa lagi.”

“Bangun-bangun berada di tempat penuh bau obat, pertama yang gue lihat lu dengan seseorang.”

“Juga, gue merasa menjalin hubungan dengan seseorang. Wajahnya mirip dengan lu. Tetapi gue yakin itu lu.”

“Terimakasih telah menyelamatkan gue,  I love you my sunshine, i'm sure you're my boyfriend.”

Solar sedang melepas kacamata, ia terkejut mendengarnya. Hampir menjatuhkan kacamatanya. “Ehh?!”

“Hah, ngga salah dengar nih kita?”

“Mungkin saking gantengnya gue, Edrea kira gue pacarnya,” bisik Solar ke teman-temannya di belakang dengan senyum narsisnya

“Ada yang mau sama si bensin narsis rupanya.”

“Sirik lu, kambing.”

“Re, lu bercanda kan?” Solar bertanya dengan perasaan tak percaya.

“Ngga kok, Solar emang pacar gue. Gue yakin sekali lu mirip dengannya.”

“Kalau gitu lu ngga bisa ngalahin kegantengan nan kejeniusan gue ini.”

Berjalan mendekatinya, dengan perlahan Edrea memeluk Solar lalu membenamkan kepala di dadanya. “Berjanji lah pada gue bahwa lu tidak akan meninggalkan gue.”

Sontak terkejut lalu membalas pelukannya. “Hm Re, gue--”

“Jawablah pertanyaan gue sayang.”

Mata melirik ke arah teman-temannya seolah memberi kode bagaimana menjawabnya. Namun, mereka mengangguk sebagai balasan. “Baiklah, tenang saja gue berjanji.”

Maaf jika nantinya gue mengingkari permintaan lu.”

Krak

Hati yang sepenuhnya belum pulih, kembali di hancurkan. Namun, Terasa lebih sakit. Niat ingin memperbaiki sekaligus meminta maaf harus di urungkan mengingat status bukan siapa-siapa lagi.

“Aw, ada yang retak tapi bukan ranting.”

“Haha, sial sekali hidupnya.”

“Kak Ice, ngga apa-apa?”

“Ya.”

Senyuman ia lakukan hanya untuk menutupi kesedihannya. Rasa besar ingin menyusul kepergian orangtuanya.

Namun, bagaimana jika orangtuanya masih kecewa padanya karna fitnah?

Jika masih hidup, apa ia masih di terima sebagai anak? atau... Dan juga kebenaran dari masalah Laira masih belum terungkap oleh semuanya.

Adakah fitnah berakhir atau masalah baru?

TBC

¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶

Part selanjutnya di buat oleh author 2

01 Februari 2022

Continue Reading

You'll Also Like

400K 29.5K 39
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
82K 1.8K 15
Sebuah cinta suci kini terhalang sebuah tembok besar, apakah mereka bisa meruntuhkan tembok besar yang menjadi pembatas keduanya? "Kamu boleh mencint...
2.6K 56 50
Ini adalah tentang perjalanan hidup gadis cantik nan manis bernama Nayla Aqeela yang selalu tersenyum begitu hebatnya pada dunia, tanpa seorang pun s...
573 130 17
"Lo masih suka sama kak Sunghoon??" "Bisa dibilang sih masih suka, cuman aku udah ngga mau berharap lagi sama dia" Start : 29 - 12 - 2022 Finish : - ...