You Always Mine. (END)

By Arafianiii

9K 3.4K 1.6K

Judul sebelumnya➜My Friend Childhood. First Book. {25 Part + 3 Special Part} Hanya satu masalah membuat Ice... More

Pengenalan tokoh
1. Awal pertemuan
2. Menghabiskan waktu bersama
3. Hari pertama sekolah
4. Don't disturb me!
5. Pesan ancaman
6. You're mine
7. I'm jealous!
7.2 Behind the scene
8. Don't touch him or you will die?
9. Are you murderer?
10. Upacara yg membosankan
11. Dikenalin ke orangtua
12. Aku lelah, Kak!
13. Please, don't leave me
14. Why, I'm still alive?
15. Bitch, you jerk!
16. Hey, I hate You!
17. Ditinggalkan atau meninggalkan?
18. You must be mine!
19. Kencan tak diinginkan
20. You must die!
22. Memory Loss
23. Date with you
24. I'm tired
25. I'm forgive you(END)
[Extra part 1]Masa kecil, Alia.
[Extra part 2]Satu hatiku untukmu, Alia.
penutupan
[Extra part 3]Memilihmu adalah keputusanku.

21. Takdir yang direncanakan

131 69 1
By Arafianiii

Wajib pencet tombol ⭐ sebelum baca!!

Happy Reading
.
.
.

Kaki menapak melewati lorong kecil tak berpenghuni. Hanya kicauan burung dan rerumputan kusut yang hanyut dalam ruang yang kekurangan cahaya itu.

Tidak membawa buku, atau hanya apapun itu. Diri yang tak mampu menyuarakan kata-kata ini hanya diam seribu bahasa.

Tidak mempedulikan segalanya. Rumah pula menjadi sasaran tempat kedatangan utama, tanpa berpikir mendatangi daerah lain.

Nyrieet

Pintu rumah mengernyit, menampakkan seisi ruangan yang suram. “Gue ... pulang.”

Tidak memberi jawaban. Blaze yang sudah terlebih dahulu pulang itupun hanya menghiraukan. Ia fokus pada permainannya yang sudah terhubung, bahkan berjalan dengan televisi.

Jadi tentunya, kedatangan Ice hanyalah angan-angan.

Langsung berjalan ke kamar tepat setelah pintu ditutup rapat. Tubuh yang baru saja memasuki kamar pribadi itu langsung terjatuhkan. Menidurkan diri di atas empuknya kasur, dengan tangan yang berada di atas menutupi kedua belah matanya yang ikut tertutup.

Tes..

Cairan bening seketika jatuh dari pelupuk mata. Tidak ada pergerakan, namun cairan itu semakin berjatuhan tiada hentinya.

Isakan tipis keluar tanpa sadar, lalu nafas terengah masuk dan keluar terlaku untuk menghentikan penyuaraan.

Sungguh.. hati ini hancur berkeping. Lecet ... terluka seberat-beratnya bagai tertusuk jutaan pedang. Namun apa yang mampu dilakukan untuk menghentikan ini semua?

Manakala kepercayaan telah hilang.. dikarenakan fitnah besar itu, juga keluarga yang telah meninggalkan sisi dengan yang masih ada sudah tak menganggap diri ada lagi.

Segala itu pula yang seakan membuat harapan terasa kan ... sirna.

▪▪▪

“H-ah..” Nafas mengganjal sedang coba tuk dinormalkan.

Kerusakan hati sebelumnya karena mempercayai fitnah besar, hingga memutuskan hubungan tanpa mau mendengar pihak lawan sungguh membuat rasa bersalah jauh lebih larut di dalam pikirannya.

Kursi taman ia duduki, lalu kepala yang berdenyut hasil tangisan deras sebelumnya itu langsung dicengkram dengan frustasi.

Mata yang menatap ke bawah dengan pikiran yang masih terus dicoba untuk tenang membuat gelabakan Edrea tampak seperti orang aneh, meski nyatanya tidak sama sekali.

“Edrea?”

“?!”

Panggilan dari belakang seketika terdengar. Edrea yang menyadari langsung mengelap matanya kasar. Tentu! Dia sangat mengharapkan tangisannya tidak begitu disadari oleh seseorang yang sedang berada di belakangnya ini.

“?”

“M--maaf!” sontaknya langsung menoleh dan memberi senyuman. Mata melebar secara tiba-tiba, terkejut melihat sosok di belakangnya.

Belakang bukan satu, namun dua.

“Hm?” Lelaki tinggi berdiri berdekatan dengan lelaki lainnya. Kedua sahabat yang lebih bisa disebut rival ini tanpa disangka berjalan bersama di sekitaran taman.

Ada pembicaraan khusus?

Entahlah.

“Kalian..”

Lelaki pertama tersenyum, lalu menggandeng lengan yang kedua dengan seringai. “Gue bergaul ama ni anak sejenak tuk baikan saja.”

PLAK

"ADOW! HALI!" Tamparan keras dilayangkan dari lelaki kedua yang berwajah datar, yaitu Hali. Ya, kedua sahabat Edrea berada di sini dan bertemu secara tidak sengaja dengannya.

Namun tentu tau bukan alasan Edrea sempat terkejut?

Hahah, ya..
Hali dan lelaki pertama.. yang pastinya adalah Solar sedang bergaul bersama.

Bergaul bersama..?

Wah, menakjubkan.

Mimpi indah sekali, kawan.

“Hum.” Nafas dinetralkan sedemikian rupa, lalu tubuh pun langsung berdiri mendekat. “Jadi.. ada apa?”

“Lah kok malah lu yang nanya sih?”

“U--”

“Lu yang kenapa?”

“G.. gue ngga ada masalah kok,” jawab Edrea secara sontak dengan pikiran was-was.

“..yang siang itu?”

“Hm?”

“E-enggak!” Pintar sekali Solar menebak, sampai-sampai Edrea harus menolak secepatnya untuk menghindar dari ketahuan.

“Yakin?”

“Iya.”

“Kalau bohong gantengan gue.”

“I--”

“Dia cewek,” ujar Hali singkat dengan mata yang menurun ke bawah wujud kesal pada orang aneh di depannya itu.

“Ya, kali aja dia mau lebih ganteng dari para lelaki sejagat raya ini yekan, meski gender-nya cewek,” ujar Solar dengan seringainya.

“Enggak sih..”

“Kan kali. Lagian mah pasti tetap bakal gantengan gue daripada elu-elu semu--”

“OEK!”

“EIHH JANGAN GITU!”

“Pft..”

Suara seakan muntah itu Edrea keluarkan setelah mendengar berbagai celotehan yang Solar lakukan.

Narsisnya ngga terkendali, sampai-sampai perempuan pun dipikir bakal pengen lebih ganteng dari pria sejagat raya.

“Lu ngga beres, Sol.”

“Lah?! Gue tertampan dari yang tertampan loh, masa masih diragukan~?”

“..lu kenapa sih?”

“Biasa, cowok ga--”

“Jijik.”

Krak

Dengan seketika kata singkat itu membuat Solar kehilangan kata-kata.

“Oh, sungguh tega.”

“Lu telah menyayat hati gue yang tercinta sedalam-dalamnya..”

“Cukup Hali aja, Re, jangan gue.”

“.......”

“..not my friend,” ujar Hali berwajah datar langsung berjalan meninggalkan lokasi.

..bukan teman gue

“Eh- Hali!”

Bertindak seakan tidak mendengar, kedua kaki yang dimiliki hanya menapak meninggalkan lokasi dengan tangan kiri di saku celananya.

“HALI!”

“Haha..”

“Maaf ya, Edrea. Orangnya emang minta ditampol.”

“Itu elu!”

“MANA ADA.”

“Hahah kalian ini.. tadi sudah baikan, sekarang malah berantem lagi.”

Leher bagian belakang langsung tergaruk oleh Solar, bersamaan dengan senyum aneh di wajahnya. “Heheh, salah Hali..”

“WOI!”

“Kurasa kami harus pergi nih, Edrea. Nanti dianya makin ngamuk, kan guenya yang susah.”

“.....”

“Haha, baiklah. Selamat tinggal!” Edrea menyapa dengan senyuman yang langsung dibalas oleh senyuman tipis.. nah, senyum narsisnya.

Kepala menoleh tidak begitu banyak, menatap mereka yang bermesam dengan sedikit sinis. “..heh.”

Langsung kaki Solar bergerak meninggalkan, mengikuti Hali yang duluan pergi melewati taman. “Hei tunggu!”

“Tck!”

Edrea hanya tersenyum, lalu berjalan melewati ruas jalan di taman. “Ternyata menyembunyikan perasaan masih cukup mudah..”

“Meski gue masih sedikit yakin.. bahwa mereka tau.”

Mata tertutup, lalu membiarkan kedua kaki berjalan dengan skala besar tanpa mata memperhati sekitar.

“Ah..”

“Setidaknya kesejukan masih mampu kuraih..”

“..meski...”

“EDREA!!”

“H?---”

CRASHH

“A-ack..”

“Ternyata hanya ... sementara.”

“Sial!” Segera Solar berlari mendekati tubuh Edrea yang terkapar di jalanan dengan keadaan bersimbah darah, terutama pada bagian kepalanya.

Hali yang juga ikut menyadari hal itu dikarenakan suara dentuman besar seketika menoleh dengan wajah yang sedikit terkejut.

Tentunya, ia jauh lebih pintar menyembunyikan daripada yang lain.

Kakinya langsung menapak, bersamaan dengan tangan yang mengeluarkan ponsel dari saku celana.

“Hali, telepon yang lain! CEPAT!” teriak Solar dengan tangan yang memegang ponsel juga untuk menelepon ambulans. “Menyebalkan untuk semua yang hanya menonton tanpa berpikir tuk menelepon rumah sakit..,” sindir dalam hatinya sambil menatapi sekitar sekaligus Edrea dengan sinis dalam khawatir.

“Tunggu,” singkat Hali yang sebenarnya sudah tau akan apa yang harus ia lakukan.

“Ya, kak?” Taufan membuka telepon itu dengan cepat. Diri yang sedang nongkrong bersama sahabat yang lain itupun masih tetap membuatnya mempedulikan telepon yang datang.

“Datang ke rumah sakit. Segera!”

“Eh?”

“Ada masalah apa?” tanya Gempa secara tiba-tiba dikarenakan volume suara yang Taufan buat itu dalam posisi cukup tinggi.

“Kecelakaan.”

Tut

Tidak mau berkata banyak, Hali langsung mematikan telepon tepat setelah berkata singkat untuk menjawab pertanyaan mereka.

“I- Hali!”

“Ah, kakakku menyebalkan.”

“Siapa yang kecelakaan??” Alia menatap mereka dalam bingung, dengan mata yang tentu menunjukkan keterkejutan.

“Aku..”

“Ayo kesana!” ajak Taufan tanpa basa-basi langsung bergerak. Yang lain pun segera mengikuti dengan was-was.

Hali yang berada cukup jauh dari lokasi kejadian memilih menelepon orang tua Edrea. Karena ia yakin, mereka juga yang paling harus tau keadaan anak sendiri.

▪▪▪

BRAK

Pintu terbuka kasar, menampakkan orang tua Edrea di depan. Dapat terlihat, para sahabat sudah pun mendatangi ruang pengobatan Edrea.

“Rea..” Seketika air mata Keira, selaku Ibunya itu berjatuhan. Tubuhnya langsung segera mendekat, bersamaan dengan tangan yang menyentuh secara hati-hati pipinya itu.

Tentu, Ibu mana yang tidak akan terluka apabila anaknya sendiri mengalami peristiwa menyakitkan seperti ini?

Edrea yang terbaring hanya diam karena dirinya yang masih belum juga sadar. Darah pun masih sedikit terlihat mengalir di sela perban kepalanya.

Tok tok

Dokter membuka pintu perlahan, dengan tangan membawa hasil untuk keadaan yang dialami Edrea sekarang ini.

“Benturan.. cukup keras dibagian kepala, namun untungnya kerusakan sistem kerja tidak begitu besar. Hanya saja..”

“Hanya apa, dok?”

“Meskipun kerusakan tidak begitu banyak, kehilangan ingatan masih tetap.. ia dapatkan.”

“Oh tidak..”

“Tapi tenang saja, ia masih berkemungkinan ingat akan keluarganya dan seorang yang terakhir kali bersamanya.”

“Baiklah..”

“Terima kasih, Dokter.”

“Tidak masalah,” jawabnya lalu berjalan meninggalkan lokasi. Keira menghelakan nafasnya dengan nada yang terkesan.. condong ke sedih seraya mulai mengelus kepala anaknya.

“Hali, tolong ceritakan apa yang terjadi sebelumnya,” minta Adrian.

“Tanya Solar,” minta balik Hali seraya berjalan menjauh. Tentu, ia sangat tidak suka dengan hal yang berbau menceritakan. Meski sedikit.

“Malas sekali,” sindir Taufan. "Ya, kakak kamu banget,” ikut Gempa secara intens. “Hali gitu. Pantes ngga pernah ngalahin ganteng dan jeniusnya gue.”

“Apa hubungannya?!”

“Ada dong!”

“HAISH! Fokus ke cerita, Solar. Ini bukan waktu yang tepat untuk kalian bertengkar,” minta Gempa mencoba melerai pertengkaran tiba-tiba mereka.

“Khem, baiklah.”

“Edrea sebelumnya menangis penuh luka di taman. Gue yakin itu. Kedatangan gue dan Hali yang disadarinya langsung membuat ia mengelap air matanya, lalu bertingkah seakan tidak ada masalah.”

“Lalu?”

“Hali ngambe--”

“WOY!”

“Hali pergi duluan..” Berkata dengan senyum terpaksa sambil menatap Hali sejenak dengan kesal yang terukir tipis. “Lalu gue pun ikut pergi. Kusadari, Edrea menutup matanya sambil berjalan. Ya, kukira ia tidak akan kenapa-napa. Namun secara sadar tidak sadar, tubuhnya memasuki jalanan dan mobil datang tak terhentikan!”

“Bahkan teriakan gue gagal membuatnya sadar sebelum terlambat.”

“Ia pasti banyak pikiran, hingga mencoba menenangkan diri,” ujar Hali ikut mengeluarkan suara, lalu langsung menyembunyikan diri agar tidak diminta untuk ikut bercerita.

“Apa karena..”

“Kejadian di kantin sebelumnya. Ini semua salah Ice, paman!” tegas Solar yang disahut dengan anggukan dari Taufan dan lainnya sambil merasa terkejut juga karena mereka seketika mengingat kejadian kala itu, namun tidak pernah menyangka kerusakannya akan menjadi sebesar ini.

Hali pula hanya mengiyakan saja. Karena ya, Ia tidak begitu mengikuti permasalahan mereka.

“Anak itu lagi..”

“Haish, sial sekali..”

Sungguh semua merasa kasihan, sama halnya dengan Blaze. Namun seketika ia mengingat, menyadari bahwa Ice berada di luar mendengarkan obrolan mereka secara diam-diam. Langsung kekesalan lebih terukirkan.

Matanya pun menatap sedikit ke bawah secara remeh penuh kebencian.

“Gila..”

“Tiada habisnya, tck.”

“Dasar pembunuh!... tidak tau diri.”

<TBC>
——————————————————————
Kebiasaan mereka..
Karena tidak mengetahui, mempercayai fitnah besar, serta tidak begitu mengupas tuntas membuat segalanya pun tertusukkan pada punggung Ice.

Part selanjutnya akan ditulis oleh author 1~

01 Februari 2022

Continue Reading

You'll Also Like

9.2K 1.9K 75
Kita butuh kata, terucap atau tidak. Seperti rindu, meski tak terucap, bukan berarti tak ada. ⚠SEBAGIAN PART SUDAH DIHAPUS⚠ ======== Desain Sampul: T...
403K 29.6K 39
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
3.4K 1.7K 61
⚠️DILARANG KERAS UNTUK MENJIPLAK! INGAT LEBIH BAIK BURUK TAPI HASIL KARYA SENDIRI. DARI PADA BAGUS TAPI HASILKARYA ORANG LAIN!⚠️ BELUM REVISI, harap...
81.3K 8.2K 35
FIKSI