Blue Days

By aninglacya

727 148 563

Tidak ada yang menghalangi langkah Zeevaya selain takdir. Segalanya dipertaruhkan hanya untuk bersekolah; men... More

1. Great Welcome
3. Luck
4. Bullying
5. Hostility
6. Shakaell
7. Imagination
8. Friends
9. Stop it!
10. Jeje
11. Toxic Friends

2. Darren

130 30 121
By aninglacya

Sambutan yang keren, Zeevaya ingin bertepuk tangan untuk itu. Dengan tanpa rasa bersalah, sedikitpun siswa laki-laki itu tidak melirik Zeevaya, meskipun gadis itu menghampiri bangkunya sekarang. Rasanya, Zeevaya ingin juga menendang bangku tersebut. Membuat manusia di depannya itu mati kutu, hanya saja ia ingat untuk menahan marahnya.

Zeevaya menggerakkan salah satu sudut bibirnya untuk senyum. Lucu. Siswa di hadapannya itu memiliki wajah terlalu imut untuk jadi kasar. Sekarang dia melirik dengan lirikan yang begitu tajam dan itu berhasil membuat Zeevaya mengurungkan niatnya melayangkan pukulan. Runtuh sudah image imut yang barusan Zeevaya duga.

"Ada dua kursi kosong, jadi apa salahnya aku pilih satu?" Zeevaya memang siswi baru, tapi ia merasa tak berhak ditindas.

Karena siswa itu diam saja, Zeevaya memilih untuk memalingkan muka, menata kembali bangku, lalu menduduki kursinya. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Dari ekor mata kirinya, Zeevaya melihat siswa itu menurunkan kakinya dan berjalan santai ke bangku Zeevaya.

Siswa itu menarik napas, "Siapa bilang itu kursi kosong!" Masih sama pelannya dengan kalimat sebelumnya. Zeevaya mendongak, tapi tetap tidak beranjak. Siswa sok itu memainkan permen batang di mulutnya, sudah berlagak seperti mafia saja, batin Zeevaya.

Kini Zeevaya dan siswa itu beradu mata. Sungguh! Sebenarnya siswa itu tidak memiliki mata setajam miliknya, hanya saja, itu benar-benar membuat Zeevaya menuruti permintaannya.

"Zeev, menurutlah pada Darren!" Seru seseorang dari depan. 

Seseorang yang duduk di bangku depan ujung kiri tadi. Ohh nama manusia songong ini Darren, kenapa aku harus menurutinya? Batin Zeevaya. Gadis itu lagi-lagi menatap Darren malas. 

Dan tanpa peringatan apapun, dalam sepersekian detik Darren sudah menghantamkan kepalan tangannya ke bangku Zeevaya, Bruaghhh!!! Membuat gadis itu hampir terjungkal kaget. 

Wah bukan main anak ini! Bukan main sintingnya! Pikir Zeevaya. "Oke oke, aku pergi!"

Rasanya, baru saja Zeevaya mencoba untuk berhenti berpikir tentang manusia-manusia pembuat onar, muncul Darren. Ini bukan cuma pembuat onar, tapi sok keren, berdapuk mafia. Fix orang-orang tanpa tujuan. Kenyataannya, ini begitu menyedihkan. Alih-alih mengurusi hidup sendiri, malah mengurusi hidup orang lain.

Daripada meladeni hal yang tidak penting, menghabiskan tenaganya, Zeevaya memilih bangku kosong di sebelah kanannya lagi. Tanpa bicara apapun, gadis itu beranjak. Ia tidak takut, hanya malas mengurusi orang gila seperti Darren. Tuh! namanya saja imut! Sok-sok-an jadi bad boy! Zeevaya beneran kesal sekarang.

Akhirnya Bu Rani datang, pandangannya langsung tertuju pada Zeevaya.

"Kalian kedatangan siswi baru hari ini!"

"Sudah tahu Bu, sudah perkenalan!" celetuk salah satu siswa.

"Mulai sekarang, Zeevaya akan jadi bagian dari kelas ini. Mengerti?"

"Mengerti Bu!" Jawab para siswa serempak, tapi sungguh itu terdengar malas.

"Zeev!" Panggil Bu Rani.

"Ya?" Sahut Zeevaya.

"Kau bisa minta bantuan yang lain jika perlu." 

Zeevaya mengangguk, namun menolak dalam hati. Gadis itu merasa tidak perlu. Bukan karena sok pintar, jelas dia tidak sepintar yang diharapkan kebanyakan sekolah. Hanya saja ia merasa harus berusaha sendiri. Intinya tidak mau merepotkan orang lain.

"Kalian tugasnya sudah selesai semua?" Tanya Bu Rani disusul langkah malas para siswa mengumpulkan lembaran tugas.

"Zeev!" panggil Bu Rani lagi.

"Ya?"

"Minta bantuan Darren untuk tugasnya, besok dikumpulkan!"

Tanpa menunggu jawaban Zeevaya, Bu Rani melanjutkan bicaranya untuk mengakhiri kelas menuju jam istirahat pertama. Zeevaya mengerjap. Baru saja ia selesai bicara pada dirinya sendiri, tapi takdir tidak berpihak padanya—ia butuh orang lain.

Ketika gadis itu menoleh ke dua bangku di sebelah kirinya, Darren sudah menatapnya dengan senyuman yang membuat Zeevaya ingin sekali memukulnya.

Dua puluh menit kemudian, setelah mengumpulkan keterpaksaan, Zeevaya berjalan ke bangku Darren. Ia tidak sendirian, seorang siswi berambut ikal juga mendatangi siswa songong itu. Siswi berambut ikal itu menyodorkan minuman botol pada Darren, dan Darren mengucapkan terimakasih basa-basi.

Zeevaya melirik siswi tersebut, sedang tersenyum lalu pergi. Astaga! Dia pacarnya? Ingin sekali rasanya Zeevaya membungkus dua manusia di hadapannya itu dengan karung. Aneh saja, bisa-bisanya suka sama Darren. Terserah-lah ya, urusan-urusan mereka, pikir Zeevaya.

"Mana tu—"

"Tanya yang lain!"

Wow! Zeevaya berdecak kagum dengan kemampuan Darren dalam urusan menyebalkan. Tanpa menunggu lagi, Zeevaya memutarkan tubuhnya dan berbalik. Ia menyesal sudah mengumpulkan 'keterpaksaan' tadi. Sekarang, pandangannya mengedar pada bangku lain. Siapa lagi yang bisa membantunya? Aha... Siswa di pojok depan itu pasti mau membantunya. Gadis itu lalu berjalan ke bangku depan.

"Ada apa Zeev? Minta bantuan? Aku mau ke lapangan, ditunggu yang lain, nanti saja kubantu, KALAU MAU!" Ujar siswa itu, agak menekan nada suaranya di bagian akhir. Zeevaya menelan ludah. Malas menanggapi.

Gadis itu kembali ke bangkunya sambil menunduk lelah. Tiba-tiba sepasang kaki berdiri di depannya.

"Halaman 23 bagian atas," katanya, menimpuk buku diktat di atas kepala Zeevaya. Zeevaya menangkap buku tersebut supaya tidak jatuh.

"Minggir!" Bentaknya. Tidak salah lagi, Darren. Zeevaya mengangkat kepalanya dan benar manusia itu yang muncul.

"Malah bengong, minggir woy!" Bentaknya lagi.

Zeevaya buru-buru memberi jalan. Amit-amit tujuh turunan! Batin Zeevaya.

***

Puluhan menit Zeevaya terpaku pada tugasnya. Sebelum pulang, gadis itu sudah harus mengembalikan buku Diktat Darren. Ketika menyalin tulisan, tak sangaja ia mencoret lembaran tugasnya sendiri lantaran suara gaduh mengagetkannya. Diliriknya bangku depan di sebelah kanannya, Darren sedang menggulingkan kursi salah seorang siswa. Buat acara apalagi dia! Zeevaya memegang pelipisnya.

Sekarang gadis itu menyumpalkan headset ke kedua telinganya, membesarkan volume musik di ponselnya, dan kembali berkutat pada tugasnya. Belum juga 10 menit, sepatu melayang ke bangkunya, mencetak alas sepatu di buku yang baru Zeevaya salin. Matanya beralih ke depan, Darren sedang berkelahi! Dan para siswa mengerumuninya.

"Ya Tuhan demi apa!" Zeevaya memutar bola matanya.

Tanpa menggubris, gadis itu melanjutkan tugasnya, sekalipun alas kaki yang tercetak di buku Zeevaya susah dibersihkan.

Perlahan, kerumunan di kelas terurai, Darren dengan menenteng salah satu sepatunya berjalan ke bangku Zeevaya lalu memungut sepatu yang tadi sempat Zeevaya taruh di bawah mejanya.

Zeevaya melirik Darren, batang hidungnya lecet, rambut yang tadinya punya belahan sekarang tidak lagi, dasinya meleset ke mana-mana. Porak-poranda penampilannya. Tapi sungguh, ia masih punya tenaga untuk menggebrak lagi bangku Zeevaya sambil mengambil bukunya. Tanpa ketinggalan juga menatap tajam Zeevaya, seolah-olah besok Zeevaya akan berkelahi dengannya. Gadis itu memutar bola matanya lagi. Manusia ini ada masalah apa! 

Ada hal yang menyita Zeevaya selain kelakuan Darren sekarang, adalah notif pesan pribadi dari instagramnya. Matanya membola sekarang.

'Aku tahu siapa kamu.'

***


Mmm...sebenarnya terlalu berlebihan. Ini hanya permainan kecil. (Darren)

Jimin as Darren

Continue Reading

You'll Also Like

308K 8.9K 40
Alskara Sky Elgailel. Orang-orang tahunya lelaki itu sama sekali tak berminat berurusan dengan makhluk berjenis kelamin perempuan. Nyatanya, bahkan...
2M 96.1K 69
Herida dalam bahasa Spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
Say My Name By floè

Teen Fiction

1.1M 65.4K 33
Agatha Kayshafa. Dijadikan bahan taruhan oleh sepupunya sendiri dengan seorang laki-laki yang memenangkan balapan mobil malam itu. Pradeepa Theodore...
9.4M 390K 63
On Going (Segera terbit) Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di ke...