KITA YANG TAK SAMA

By marthaleoch

37.3K 3.2K 1.1K

"Kamu sadar ga sih? Kita tuh ga sama! Dan ga akan berada di posisi yang sama lagi untuk melangkah ke masa dep... More

INTRODUCE
O N E
T W O
T H R E E
F O U R
F I V E
OH HI!
S I X
S E V E N
E I G H T
N I N E
T E N
E L E V E N
T W E L V E
T H I R T E E N
F O U R T E E N
F I F T E E N
S I X T E E N
S E V E N T E E N
E I G H T E E N
N I N E T E E N
T W E N T Y
T W E N T Y T W O

T W E N T Y O N E

741 28 42
By marthaleoch

"Aku sayang sama kamu Brian! Aku cinta sama kamu! Apa aku salah punya rasa cinta ke kamu?!" teriak Vas tepat di depan wajah laki-laki pujaannya

"Salah! Kita memulai semuanya dengan cara yang salah!" teriak Brian tak mau kalah

"Apa aku ga pantas buat kamu?! Aku tau kalau aku salah Brian! Aku salah merebut kamu dari Shane! Tapi aku juga mau bahagia dengan cara aku!"

"Cara apa? Cara apa yang menurut kamu bisa bikin kamu bahagia?! Jawab aku! Kasih tau aku!"

"Caranya cuma dengan aku bisa miliki kamu seutuhnya! Kenapa aku ga bisa jadi pemenang di hati kamu?!" tegas Vas

"Please, kasih aku kesempatan. Aku janji akan jadi istri yang baik dan jadi ibu yang baik buat anak-anak kita nantinya. Jangan tinggalin aku" pinta Vas dengan air mata yang berderai dan tangan yang terus menggengam tangan Brian sebagai tanda memohon

Brian menarik nafasnya panjang, emosi semakin membuncah di hatinya. Matanya menatap tajam ke dalam mata Vas yang semakin deras mengeluarkan bulir bening kesedihan. Tersirat sedikit rasa tidak tega dalam hatinya melihat wanita yang ada dihadapannya menjadi seperti ini.

"Kasih aku waktu" pinta Brian

"Kasih aku waktu buat aku berfikir dan bisa ngejalanin ini semua sama kamu" ucapnya lagi acuh tak acuh sambil berlalu pergi meninggalkan Vas seorang diri dengan rasa kesesakan di hatinya.

[•🖍️•]

"Papa" panggil Ryo dan seketika memecahkan lamunan Brian

"Iya" jawab Brian singkat

"Lyo lapel"

"Lyo mau makan loti pakai stlobeli" pintanya

Brian pun segera terbangun dari tempat tidurnya dan menggendong putranya untuk turun ke dapur dan membuatkan roti dengan selai strawberry.

"Duduk dulu ya, papa buatin rotinya" pinta Brian sambil menurunkan Ryo dari gendongannya dan dia pun segera membuatkan makanan untuk anaknya itu

"Habisin ya" kata Brian yang dibalas dengan anggukan kepala Ryo

Brian pun duduk disamping Ryo. Selagi Ryo terfokus pada makanannya, mata Brian juga terfokus pada foto pernikahan dirinya dengan Vas yang terpajang di ruang keluarga. Pikirannya kembali menelisik ke masa-masa manis dan pahit yang ia lalui bersama istrinya, Vasheena Elvyra.

[•🖍️•]

"Brian, look! Aku bawa ini buat kamu! Ini aku yang masak loh!"

"Apa ini?" tanya Brian dengan senyum simpul yang keluar dari wajahnya

"Lasagna" jawab Vas juga dengan senyum manis di wajahnya

"Wow!!" seru Brian

"Brian"

"Hm?" responnya sambil melirik Vas

"Aku senang deh, lihat kamu bisa senyum kaya gini saat lagi sama aku"

"Ini yang aku harapin, dari enam bulan lalu" sambungnya

"Aku bahagia, kalau ada orang lain yang bisa tersenyum saat bicara atau berhadapan sama aku"

"Karena aku ga bisa ngelakuin itu sama mamaku. Semenjak kepergian papa, mama aku jadi murung bahkan sering sakit karena rindu sama teman hidupnya. Sampai sekarang pun aku berharap, kalau mama aku bisa tersenyum lagi dan merasa bahagia karena aku. At least, karena dia tau aku akan terus ada disini buat dia. Aku ga akan pergi ninggalin dia di dunia ini sendirian"

"Begitu juga sama kamu" ucapnya lagi

Perkataan Vas itu berhasil menyentuh hati Brian. Ada secercah perasaan hangat yang menyapa di relung hatinya walaupun dia tau ini salah. Ternyata selama ini Vas menginginkan kebahagiaan karena dia merindukannya. Hati Brian bergetar, matanya terasa panas karena air mata yang tertahan.

"Brian? Ka-kamu?" pekik Vas yang terkejut karena Brian memeluk tubuhnya dengan tiba-tiba

"Aku sayang sama kamu" bisik Vas yang dibalas dengan anggukan kepala Brian. Dua anak manusia itu terus tenggelam dalam kehangatan pelukan satu sama lain. Hati mereka, terutama Brian sepertinya telah bertaut.

[•🖍️•]

"Papa!"

"Papa!!!" teriak Ryo dan kembali menghancurkan lamunan Brian

"Iya, udah habis?" tanya Brian gugup

"Naik yuk, tidur lagi" ajak Brian sambil menuntun tangan anaknya

"Papa jangan bengong telus!" gerutu Ryo

"Iya engga" sahutnya saat mereka menapaki anak tangga menuju kamar

"Lyo mau tidul sama oma aja" pintanya

"Oma udah tidur Ryo. Jangan ganggu oma"

"Belum!" bantah Ryo

Ryo pun melangkah masuk ke dalam kamar Bu Vina yang belum terkunci dan Brian hanya bisa menghela nafasnya untuk tidak terpancing emosi kembali menghadapi sikap anaknya tersebut. Brian pun juga kembali masuk ke dalam kamarnya dan kembali memposisikan diri di tempat tidurnya sambil memainkan handphone.

"Lagi apa kamu disana Vas?" ucapnya pelan saat menatap foto Vas di gallery handphone miliknya, lalu juga mulai bergeriliya masuk ke dalam akun sosial media milik Vas dan melihat setiap foto Vas yang ada disana walaupun tidak banyak yang di posting di akunnya. Setiap foto yang Brian lihat, mampu membawa dirinya terbang ke empat tahun lalu disaat dirinya mengenal dan memulai kehidupan bersama ibu dari anaknya itu.

"Semuanya indah" gumam Brian sambil tersenyum dan melanjutkan kegiatannya melihat semua foto pre-wedding dan juga saat mereka terikat dalam sebuah ikatan suci pernikahan yang juga di posting oleh Vasheena.

Tanpa disadari sebuah senyuman terus mengembang di wajah Brian. Senyuman penuh arti rasa kebahagiaan dan kerinduan yang menyeruak menjadi satu.

Jari jemarinya terus menelisik memainkan handphone hingga akhirnya tatapannya berhenti pada sebuah foto yang sangat indah baginya. Foto dimana saat Vas menemukan dirinya tengah hamil dan juga perjalanan mengandung buah hati mereka selama sembilan bulan.

[•🖍️•]

"We're pregnant!!!! " seru Vas dengan girangnya sambil menunjukkan hasil testpack kepada Brian yang sedang duduk di sofa ruang tamu rumah mereka.

Brian yang melihat testpack yang diberikan Vas pun tercengang seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"We're pregnant, Brian!"

"Ada makhluk kecil di dalam sini" ucap Vas sambil menunjuk perutnya

"Tubuhku menopang denyut jantung lain! Dia berkehendak, Brian!" girang Vas yang disambut dengan pelukan yang sangat hangat dari Brian

Brian kehilangan kata-kata, tapi satu yang pasti, ia sangat bersyukur. Saat ini hidup dan dunianya seakan mulai tersusun rapi sedikit demi sedikit.

"Terimakasih" ucap Brian sambil mencium puncak kepala istrinya dengan rasa penuh cinta

Hari demi hari mereka jalani dengan perasaan bahagia, terutama dalam diri Vas. Kini dia merasa menjadi wanita yang amat sangat beruntung dan sempurna karena memiliki semua yang diharapkannya. Tuhan terlalu baik dan teramat sangat baik baginya saat ini.

"Brian" panggil Vas sambil berjalan menghampiri suaminya yang sedang duduk di sofa ruang keluarga rumah mereka

"Iya" jawab Brian yang sedang seru menonton film favorite nya

"Look at me, aku mau tanya sama kamu" pinta Vas sambil menyentuh pipi Brian dan mengarahkan wajah suaminya agar melihat ke arahnya

"Kalau suatu saat aku berjalan jauh entah kemana. Dan kamu aku tinggalin sendiri disini, apa yang akan kamu lakuin?" tanya wanita itu sambil mengelus perutnya yang semakin membesar karena sudah memasuki usia sembilan bulan kehamilan

"Kenapa tanya begitu?" tanya Brian dengan tatapan yang menyiratkan rasa heran

"Aku cuma tanya aja" jawab Vas dengan senyum indahnya

"Aku semakin sadar, setelah semua yang aku laluin sejauh ini. Aku merasa sangat bahagia ngejalanin kehidupan yang aku punya sekarang sama kamu. Ternyata kamu bisa menerima aku di dalam hidup kamu sebaik ini"

"Walaupun aku tau, kita memulai semuanya dengan cara yang ga baik. Tapi aku berharap semuanya akan berakhir dengan cara yang baik" lanjut Vas

"Berakhir? Maksudnya?" tanya Brian dengan nada yang mulai terdengar sinis karena percikan emosi di dadanya

"Maksud aku, aku berharap kalau pernikahan ini akan terus dan berakhir bahagia. Kamu, aku dan anak kita nanti bisa bahagia bersama. Walaupun aku tau ga ada satu pun yang bisa menjadi jaminan kalau kita akan seperti ini terus. Ga ada jaminan juga kalau aku akan ada disamping kamu atau anak kita nanti untuk selamanya" jelasnya yang disambut dengan tatapan Brian yang semakin tajam

"Brian...."

"Seandainya setelah aku pergi jauh dan aku datang kembali ke kamu, apa ada jawaban yang akan kamu kasih ke aku?" sambung Vas

"Stop! Jangan tanya yang aneh-aneh ya Vas!" tegas Brian memberikan peringatan yang hanya digubris dengan senyuman yang kembali merekah dari wajah cantik Vas

[•🖍️•]

Mata Brian semakin panas dikala mengingat pertanyaan Vas tadi. Sementara tangannya kembali menelisik ke gallery handphone miliknya dan melihat foto Ryo yang baru saja memulai kehidupannya di dunia dan saat itu juga pun anak kecil tak berdosa itu harus ditinggalkan selamanya oleh malaikat dalam hidupnya.

Bahkan disaat kamu belum sempat gendong Ryo, kamu pergi ninggalin dia disini Vas" ucapnya seraya menghentikan kegiatannya karena tidak sanggup menahan rasa perih yang kembali hinggap dan seakan terus menetap dihatinya.

[•🖍️•]

Brian terduduk dengan lemasnya di kursi yang berada di depan ruang tindakan dimana Vas sedang mendapatkan pertolongan. Hati Brian semakin kalut saat mendengar penjelasan dokter tadi, pikirannya semakin kacau. Disampingnya, Bu Terry ibu kandung Vas terus menerus menangisi kondisi putri semata wayangnya yang sedang berjuang mempertahankan hidup di dalam sana.

"Istri anda mengalami infeksi postpartum dan mengakibatkan Sepsis atau lebih singkatnya biasa disebut sebagai infeksi darah. Infeksi ini bisa terjadi saat atau setelah melahirkan dan diakibatkan oleh adanya bakteri Streptokokus B yang masuk ke dalam tubuh. Dan karena kondisi serta metabolisme-nya yang rendah maka dikhawatirkan tubuh istri anda tidak dapat melawan bakteri ini"

"Ini bisa menyebabkan masalah yang serius seperti penggumpalan darah yang menyebabkan terhambatnya supply oksigen dan juga darah ke dalam organ vital di tubuh. Dan infeksi ini pun bisa menyebabkan kematian, karena beresiko tinggi"

Kata-kata itu terus berputar di otaknya dan membuat hatinya semakin takut dan tidak karuan. Ryo butuh kamu Vas. Lirihnya dalam hati.

"Bapak, kami memohon maaf sebesar-besarnya. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin" ucap dokter yang baru saja keluar dari ruang tindakan sambil menggerakan isyarat tangan sebagai permintaan maaf kepada Brian

"Semua kembali lagi kepada kehendak Tuhan" ujarnya lagi dengan raut wajah yang sebenarnya sudah menyatakan apa yang terjadi dengan Vas di dalam

Brian yang mendengar perkataan dokter pun seketika menjadi lemas, tubuhnya serasa tak bertulang dan nyawanya seakan ikut meninggalkan raganya menyusul Vas.

"Saya turut berduka cita yang sedalam-dalamnya. Tetap tabah dan kuat untuk anak bapak" pesan dokter

"Vas!!!!! Brian itu Vas di dalam! Bangunin dia!" teriak Bu Terry saat mendengar ucapan dokter

"Brian! Itu anak mama ada disana!!" ucap Bu Terry menyayat hati sambil menunjuk ke arah pintu ruang tindakan dan langsung dirangkul oleh Brian

"Keluarga Ibu Vasheena boleh ikut kami ya" ucap salah satu perawat yang mendorong keluar tubuh Vas yang sudah ditutupi dengan kain

Hati Brian semakin hancur tatkala melihat tubuh Vas yang sudah ditutup dengan kain berwarna putih sampai ke wajah cantiknya. Bayang-bayang wajah Ryo yang masih berada di ruang bayi juga seketika datang saat menghadapi kenyataan yang ada di hadapannya sekarang ini.

"Brian, bangunin Vas!! Hari ini harusnya dia bahagia, anaknya baru lahir!!!" teriak Bu Terry lagi saat berjalan mengikuti jenazah anaknya dari belakang

"Dia udah bahagia sekarang ma" ucapnya bergetar sambil memeluk erat tubuh mertuanya dengan air mata yang juga mengalir bebas dari kedua pelupuk matanya

Brian terus mengikuti jasad istrinya dari belakang menuju ruang jenazah dengan langkah yang sangat gontai. Kepiluan dihatinya semakin menjadi saat mereka sudah berada di ruang jenazah dan melihat Vas yang tertidur untuk selamanya. Air mata semakin deras keluar dari matanya saat menyentuh tubuh dingin istrinya. Saat ini dunianya serasa berhenti berputar. Tidak ada sepatah katapun yang sanggup keluar dari bibirnya saat melihat Vas yang sedang tersenyum dalam keabadian.

"Brian" panggil Bu Vina dari belakang yang baru saja tiba di rumah sakit

"Ma-ma- Vas..." kata Brian yang seakan tak sanggup melanjutkan pembicaraannya dan langsung memeluk tubuh ibunya untuk merasakan ketenangan barang sejenak saja.

Bu Vina pun mendekap anaknya dengan air mata yang juga berurai. Hatinya juga merasakan kesakitan yang luar biasa kehilangan menantu kesayangannya.

"Kuat sayang, kamu kuat" ujar Bu Vina sambil menepuk-nepuk punggung anaknya

Brian pun melepaskan pelukannya dan kembali memandangi Vas. Dalam kalutnya, Brian mencoba menenangkan mertuanya yang masih hanyut dalam kehisterisan akibat kehilangan anak semata wayangnya.

"Jangan pergi Vas, anak kamu masih kecil, masih butuh kamu" lirih Bu Terry sambil duduk dan memandangi wajah cantik Vas. Ucapan itu pun berhasil membuat tangis Brian dan Bu Vina semakin pecah.

Entah apa yang harus dilakukan lagi oleh Brian sekarang, semuanya terasa sangat gelap bahkan di hari kedua kepergian salah satu cahaya dalam hidupnya yang telah berpulang ke pangkuan Yang Maha Kuasa. Yang mampu dilakukannya saat ini hanyalah terus berada di samping peti berwarna putih yang menjadi tempat tidur Vas dalam keabadian dan kesunyian, lalu memandangi tubuh kaku istrinya itu yang terus terlelap dengan senyuman cantik yang tidak pernah pudar dari wajahnya.

Sesekali tangis Ryo yang telah dibawa pulang ke rumah memecahkan kesunyian dan rasa lirih dihatinya. Sudah dua hari ini pun rasanya Brian tidak sanggup menatap, menyentuh atau bahkan menggendong Ryo. Semakin dia melihat Ryo semakin membuat goresan dihatinya terasa sangat perih, karena saat melihat Ryo saat itu juga dia melihat sosok Vas hidup di dalam jiwa Ryo karena paras mereka yang sangat mirip.

Hari ketiga setelah kepergiannya Vas pun dimakamkan, saat itu juga jiwa Brian seakan ikut terkubur bersama raga Vas. Air mata terus mengalir di balik kaca mata hitam yang ia gunakan selama proses pemakaman. Lemah, dirinya sangat lemah. Kalah, katakan saja begitu. Melawan dunia seperti yang biasa dia lakukan pun saat ini tidak sanggup untuk dilakukannya.

"Aku harus apa habis ini Vas? Gimana kehidupan Ryo ke depannya kalau ga ada kamu? " lirihnya dalam hati sambil memandangi gundukan tanah yang menutupi peti milik Vas

[•🖍️•]

"Sudah sejauh ini aku berjalan dengan anak kita, jawabannya cuma satu Vas. Yang aku lakuin adalah mencari jalan kembali untuk pulang, tapi sampai sekarang aku juga belum menemukan jalan yang aku tuju" ujarnya dengan mata yang memerah menahan air mata yang akan keluar dari kedua pelupuk matanya yang terlihat sangat lelah

"Walaupun awal dan akhirnya ga baik seperti yang kamu harapkan. Tapi setidaknya kamu pernah dan akan selalu menjadi bagian dari aku dan juga Ryo"

🍒🍒

Gimana chapter 21 ini myreads?

Hati kalian ikut pedih ga sih dengan apa yang dialami Vas dan apa yang di rasakan Brian?

Aku bikin chapter 21 ini pun punya strugle sendiri. Di mulai start bikin chapter 21 ini di tgl 01 November 2021, ga bisa asal-asal an bikin case penyakit yang menyebabkan Vas meninggal. Aku banyak melakukan riset melalui artikel-artikel kesehatan. Jadi apabila yang membaca cerita ini ada yang mengerti tentang dunia medical, bila ditemukan kekeliruan dalam segi keterangan mengenai medical case Vas, tolong dikoreksi ya ♥️

Kisah ini ngena banget di hati aku, sebagai penulisnya dan di bab ini juga aku bisa merasakan vibes Brian dan Vas sebagai suami istri terasa sangat kuat. Semoga rasanya juga sampai ke hati kalian yang baca ya 🤍

Ada yang mau disampaikan kepada Brian? Atau Vas?

Jangan lupa juga follow IG ku @marthaleoch untuk update info tentang cerita KITA YANG TAK SAMA

See you in next chapter

Diketik dengan 2.388 kata ✍️

Continue Reading

You'll Also Like

2.5M 240K 65
Bagaimana jika seorang yang terbiasa dengan menyentuh bertemu dengan seseorang yang tak bisa disentuh sama sekali? Keduanya harus bisa bekerjasama de...