A Destiny In Silence

By ArandraCloudy5

210 1 0

Ketika Raja tidak memiliki otoritas tinggi di tahtanya, Yoon Jung-hyun pemegang kendali partai Namin telah me... More

Prolog
Cast Story
Chapter 2: Permasalah yang terjadi

Chapter 1: Sebuah Kabar

26 0 0
By ArandraCloudy5

Terdengar samar-samar suara kicauan burung yang baru saja singgah di salah satu pohon rindang di taman istana, tidak luput juga suara langkah kaki seorang pemuda yang sedang tergesa-gesa menuju suatu tempat. "Dimana jubahku?!" Serunya kepada para pelayan yang mengikutinya, ia tidak mengalihkan pandangannya ke depan.

Di lain tempat, ada seorang perempuan dengan dangui putih menatap tajam kepada Nain yang berjaga di depan kamar putra mahkota.

"Dimana Jeoha?" Tanya perempuan itu penuh penekanan. Nain yang disudutkan olehnya tidak bisa menjawab dan hanya bisa menundukkan kepala dengan wajah yang ketakutan.

"Apa kau tidak memiliki mulut?!" Bentak perempuan tersebut yang tak lain adalah Park Song-hwa. Tidak lama kemudian, seorang Nain lain menghampirinya lalu membisikkan sesuatu di telinganya.

"Aku mengerti... ayo," ujar Song-hwa berlalu sembari melemparkan tatapan tajam kepada nain yang menjaga kamar putra mahkota tersebut.

Jeonghae menghembuskan napas dengan lega setelah menghentikan langkahnya di depan Jagyeongjeon. Sesaat kemudian, ia mengingat sesuatu. "Dimana Putri mahkota?" Tanyanya kepada Dayang Heo yang berjaga di depan ruangan Ibu Suri. 

Belum dijawab oleh Dayang Heo, panggilan dari belakang Jeonghae membuat pemuda itu menoleh kearah sumber suara. "Saya di sini," Song-hwa menghampirinya dengan langkah yang lebar.  Tidak lupa ia memberikan hormat kepada putra mahkota walaupun hatinya sedang diselimuti kekesalan akan ketidakhadiran Putra Mahkota sebelumnya di istana Donggung.

"Apa kau melupakan waktumu?" Tanya  Jeonghae memanasi Song-hwa.

"Seharusnya saya yang menanyakan pertanyaan itu kepada anda, Jeoha,"  balas Song-hwa penuh sengit, ia sudah berusaha menahan kekesalannya, tapi Jeonghae sendiri yang memancingnya.

Jeonghae tersenyum miring. "Benarkah kau mencari ku sepagi ini?"

"Saya tidak mencari anda. Itu sudah menjadi kebiasaan anda bukan ... menghilang di pagi hari,"  tajam Song-hwa.

Dayang Heo menahan napas melihat kedua majikannya bertengkar di pagi hari ini. Ia sudah terbiasa melihat peristiwa seperti ini. Namun, sepertinya pertengkaran kali ini tidak sesuai dengan kondisi yang sekarang. Kedua majikannya sedang ada di depan kediaman Ibu Suri yang sedang menunggu kedatangan mereka.

Sebelum waktu pagi akan habis hanya karena pertengkaran mereka berdua, Dayang Heo membuka suaranya untuk menghentikan mereka. "Maaf, Seja jeoha, Bingong-mama... Daebi-mama sedang menunggu kedatangan kalian," sela Dayang Heo.

Song-hwa dan Jeonghae menghembuskan napasnya dengan kasar, segera saja mereka memalingkan wajah, menyadari kesalahan yang telah mereka perbuat di depan kediaman Ibu Suri. Pertengkaran pun terhentikan dan suasana menjadi hening sesaat.

"Beritahu kedatangan kami," perintah  Jeonghae kepada Dayang Heo.

"Daebi-mama... Seja Jeoha dan Bingoong-mama datang untuk melaksanakan salam pagi!" Seru Dayang Heo.

"Masuklah..." perintah wanita dari dalam

Ketika terdengar perintah dari dalam, pintu Jagyeongjeon terbuka lebar. Jeonghae dan pun Song-hwa masuk secara bersamaan.
Setelah mereka berdua memberikan hormat kepada Ibu Suri, suara Ratu Yoon membuat mereka kompak menoleh ke arah wanita itu. "Aku ingin memberikan kalian berita baik kepada kalian," ujar Ratu Yoon tidak menghilangkan senyuman di bibirnya.

Karena Jeonghae hanya terdiam tak menggubris perkataan Ratu Yoon, Song-hwa lantas mempertanyakan berita yang akan diberitahu oleh Ratu Yoon.

"Berita baik seperti apa, Junjeong-mama?"

Jeonghae melirik ke arah istrinya. Sedangkan Song-hwa tidak merasakan jika putra mahkota sedang memarahinya lewat lirikkannya. Ratu Yoon tersenyum senang mendengar pertanyaan Song-hwa. Ia lalu mengelus perut di balik dangui merahnya.

Jeonghae mulai merasa tak nyaman saat melihat ekspresi sang Ratu. Seakan-akan berita itu bukanlah berita yang bagus untuknya. Padahal ia belum mendengarnya.

"Putra mahkota akan mendapatkan saudara baru..." ujar Ratu Yoon berbangga diri. Song-hwa mengerjakan matanya berulang-kali, lain halnya dengan Jeonghae yang masih memasang wajah datar.

Ibu Suri Kim tertawa kecil mendengar pernyataan menantunya. "Tidak ku sangka... di usia tua ku ini akan mendapatkan cucu lagi," ia lalu mengangkat cawan teh miliknya. Tanpa ada yang tahu, Ibu suri Kim sebenarnya sedang menahan kekesalannya. Song-hwa kebingungan untuk mengatakan sesuatu, menyadari, lewat dari sudut matanya, jika Jeonghae sedang menahan ekspresi  kepada sang ratu.

"Selamat untuk anda, Junjeong-mama..." ucap Jeonghae pelan,  tidak dengan suara ketus. Song-hwa menoleh ke arah putra mahkota. Tidak biasanya pemuda itu akan diam saja jika mendapatkan pernyataan berupa sindiran kepadanya. Namun, baru saja Jeonghae telah membalas pernyataan Ratu Yoon

"Mungkin sebentar lagi akan ada  berita bahagia lain jika anda akan mendapatkan seorang cucu juga..."

Lalu Jeonghae mengalihkan perhatiannya kepada putri mahkota dengan tatapan mengindimitasi. "Benar bukan, Bingoong?"

Seakan mengerti dengan tatapan yang diberikan oleh Jeonghae, Song-hwa secara terhipnotis memberikan jawaban. "Anda benar, Jeoha..." meski begitu hatinya bertolak belakang apa yang diucapkannya.

Ibu suri Kim tertawa bahagia mendengarnya, walaupun jawaban itu belum dipastikan benar. Namun, tetap merasa ada sedikit harapan yang sejak dulu ia impikan.

"Kalau begitu, aku menantikannya juga, Bingoong... dengan begitu istana akan kembali terdengar suara tawa anak-anak..."

Song-hwa tertawa kecut menyadari kebodohannya. Jeonghae tersenyum palsu sembari menatap istrinya. Sedangkan itu Ratu Yoon menghilangkan senyumannya. Ketika semua orang tidak menatapnya, ia lalu melirik tajam ke arah Song-hwa sembari mengelus perutnya yang masih rata.

🔸🔸🔸

Jeonghae dan Song-hwa keluar secara bersamaan, tidak ada suara yang keluar dari kedua bibir mereka. Mereka sibuk memikirkan urusan masing-masing di benak.

Song-hwa lalu menundukkan kepalanya ke arah Jeonghae, menyadari jika pemuda itu akan pergi. Jeonghae tidak mengatakan apapun lalu pergi begitu saja melewati Song-hwa.

Sepeninggalan Jeonghae, Song-hwa menghembuskan nafasnya dengan kasar. Ia sedikit jenuh dengan pertemuan kali ini. Hari ini adalah hari yang paling menyebalkan baginya, atau mungkin hari yang sudah tidak bisa ia hitung lagi semenjak ia memasuki istana.

Huh.. kenapa aku selalu ditempatkan di tengah-tengah perkelahian mereka..

Gumam Song-hwa dengan wajah kusut. Dayang Chun—pengasuh Song-hwa mendekatinya. "Mama, anda tidak akan melupakan pertemuan anda dengan doryeonim?" Ucap dayang Go mengingatkannya.

Song-hwa tersadarkan jika dirinya ingin bertemu dengan kakaknya. "Yah, kau benar. Ayo, kita kembali," ucapnya sembari melangkah menjauh dari kediaman Ibu Suri di ikuti para dayang yang ada di belakangnya.

🔸🔸🔸

"Seja Jeoha," panggil Kasim Jung. Langkah  Jeonghae terhentikan ketika mendengar panggilan untuknya. Ia menoleh kepada Kasim pembawa pesan dari Gangyeongjeon. "Apakah Abba-mama memanggilku?" Tanya Jeonghae, Seakan tahu dengan perintah yang diberikan raja untuk Kasim Jung.

"Benar, Jeoha. Sebentar lagi rapat kabinet akan dimulai. Jusang jeonha meminta anda langsung saja ke aula Seonjeong,"  Jeonghae mengangguk mengerti. Ia lalu melangkah kembali menuju aula Seonjeong, tempat rapat akan dimulai.

Raja Jungseok mengetukkan jemarinya di meja. Ia memikirkan sesuatu mengenai permasalahan yang akan dimulai di rapat.

Kasim Seon memasuki Gangyeonjeong dan menghampiri Raja yang sedang termenung. "Jeonha... apa anda tidak bersiap menuju ke aula Seonjeong?" Tanyanya.

Raja Jungseok tidak menjawabnya, pikirannya saat ini sedang kalang kabut dengan kendala yang akan menimpanya saat rapat berlangsung kemarin.

Saat ini Raja memikirkan kembali perkataan Yoon Jung-hyun, kepala partai Namin yang sedang mengalami perpecahan karena masalah pewaris tahta. Kemarin malam, Ratu Yoon memberikan kabar bahwa dirinya sedang mengandung. Ia tidak bisa memikirkan apakah ini adalah kabar baik ataupun buruk baginya.

Kuat otoritas yang dimiliki ratu ketiganya didapatkan karena dukungan penuh dari partai Namin yang mendukungnya. Akan tetapi, setelah mendengar berita kehamilan Ratu Yoon, Partai Namin mengalami perpecahan.

Kubu Soron mendukung Pangeran Jaeyeon yang sudah berumur 7 tahun, sedangkan itu anak yang ada di kandungan Ratu Yoon bisa menjadi bumerang bagi pendukung Partai Namin jika mereka mendukung anak yang jelas-jelas belum diketahui jenis kelaminnya. Lantas Kubu Soron tak ingin salah sasaran dengan yang didukungnya.

Sedangkan itu kubu Noron tetap mendukung Ratu Yoon dan juga anak yang masih dikandungnya. Mereka tak ingin mendukung Pangeran Jaeyeon, karena Selir Go tak memiliki kekuasaa yang sebanding dengan Ratu Yoon.

Di sisi lain, Partai Seonin dengan terpaksa memilih Jeonghae menjadi tumpuan pendukung mereka karena kejadian di masa lalu yang membuat kekuatan Partai Seonin mengecil dan digantikan oleh Partai Namin.  Sebetulnya kenaikan Jeonghae menjadi pewaris tahta masih memiliki banyak keraguan di banyak pihak.

Ratu pertamanya, yaitu Wanghu Yoojin dan juga ibu kandung Jeonghae merupakan anak dari pengkhianat. Ketika itu mertua Raja dan juga ayah kandung Wanghu Yoojin, Seo Jung-hyo—telah melakukan hubungan kontak ilegal dengan Qing. Kala itu hubungan Ming dan Qing yang sedang  memanas karena konflik bisa menimbulkan perang di dalam negeri. Sedangkan itu Joseon dalam kondisi netral menghadapi kedua negara tersebut dan tidak ingin ikut campur dalam permasalahan Qing dan Ming. Namun, hampir seluruh penjabat memilih pro terhadap Ming dan meminta raja menghukum Seo Jung-hyo karena mereka masih sangat kontra terhadap Qing dan menganggap Manchu adalah orang bar-bar.

Permasalahan ini lah yang timbul menjadi pro-kontra. Setengah Partai Seonin yang mendukung Seo Jung-hyo dihukum dan alhasil partai Namin berkuasa. Di tengah permasalahan tersebut, Jeonghae menjadi pewaris. Raja kembali mengangkat seorang Ratu setealah ibu kandung Putra mahkota meninggal dunia. Akan tetapi, ratunya yang kedua  meninggal ketika Jeonghae berumur 14 tahun karena sakit. Lantas Yoon Jung-hyun memanfaatkan kesempatan itu untuk menaikkan wanita dari Partainya, yang pada akhirnya menjadi ratu ketiga raja  Jeongseok—Ratu Yoon.

🔸🔸🔸

Continue Reading

You'll Also Like

Meenakshi By Raji

Historical Fiction

9.7K 674 31
"Do you know, Guruma told me how much she likes me being there." Thirteen year old Meenakshi spoke about her new life. "She is absolutely right. Havi...
163K 6.7K 35
"you are just a replacement, don't except anything from me" he said "agreed" she said not even bothering him with a glance "you will be my wife in na...
10.1K 826 29
Disclaimer: this is a work of fiction. Every characters (beside my OCs) belongs to Maharishi Ved Vyas. "RAGHUKUL REET SADA CHALI AAYI, PRAN JAYE PAR...
Erica By Sam

Historical Fiction

2.8M 153K 89
They say her voice was once bewitching to all who heard it. She was like a siren luring sailors to their deaths on quiet nights... Those are just rum...