AMOUR

By hwepiy

4.1K 1.4K 5.8K

Terlahir sebagai anak kembar identik, bagaimana perasaanmu? Pasti bahagia karena bisa saling tukaran pakaian... More

1. Yang bertopeng
2. Shaka dan Dunianya
3. Hitam Putih
4. Peringatan Pertama
5. Sisi Yang Berbeda
6. Milik Azka
7. Bukan Sembarang Kejutan
8. Baper? Ya kali!
9. Mascrush
10. Closer
11. Oh shit!
12. Icha vs Keysha
13. Pertandingan Sengit
14. Selimut Bernyawa
15. Prioritas
16. Belajar Bareng
17. Gara-gara Foto
18. He's annoying!
19. Jealousy
20. Esedensies
22. Sibling Rivalry
23. One Fine Day
24. (Bukan) Shaka
25. Bak Kaset Rusak
26. Terjebak Dalam Labirin
27. Favourite Man
HAI EVERYONE!

21. (Not) Strong Enough

60 22 185
By hwepiy

Hai! Finally, update lagi ><

Gimana kabar kalian?

🦋Happy reading 🦋

"Selamat pagi om, tante, Azka," sapa seorang gadis yang baru saja masuk ke dalam rumah Shaka. Dari penampilannya yang berseragam, sepertinya gadis itu berniat untuk berangkat sekolah bareng Shaka.

"Shaka ya? Gue panggil dulu ya," ujar Azka menyudahi sarapannya, kemudian pergi ke lantai dua menuju kamar kembarannya.

Memasuki kamar setelah mengetuk pintu dan dipersilakan masuk oleh si tuan kamar. Rupanya Shaka sedang mengancingkan kemeja sekolahnya itu di depan cermin besar.

"Keysha tuh di bawah," kata Azka di bibir pintu. Shaka menoleh dan mengangguk.

"Sarapan dulu! Gue berangkat duluan." Azka yang memakai jaket berwarna army untuk menutupi seragam sekolahnya itu pun menutup pintu dan pergi.

Shaka merapikan rambutnya, mengambil ransel sekolah di atas tempat tidur dan keluar dari kamar. Kemudian pergi sarapan bersama keluarga di meja makan. Begitulah rutinitas pagi pria itu yang kian berulang tiap harinya.

Namun, kali ini ia putuskan untuk tidak sarapan di rumah agar Keysha tidak menunggunya lama. Maka, jalan alternatifnya adalah membawa makan paginya ke sekolah. Meskipun kalau udah di sekolah, bukan dirinya yang memakan, melainkan teman-temannya yang selalu bersemangat jika Shaka membawa makanan.

Vespa abu-abu Shaka sudah bertengger di halaman depan rumah. Biasanya sebelum jam enam pagi, Shaka bersama Azka menyiapkan kendaraan mereka masing-masing sebelum dibawa berkelana seharian. Guna menjaga mesin motor agar tetap sehat.

Keysha merapikan rambutnya yang tergerai dan bertanya sesuatu, "Kemarin abis dari rumah bunda?"

Shaka hanya mengangguk. Namun, Keysha masih akan bertanya lagi, "Terus kemana lagi?"

"Rumah Sekar," jawab Shaka setelah selesai memakai helm. Gadis itu ber-oh ria tanpa suara.

"Ngapain?" tanya Keysha, lagi.

"Emang harus tau? Dah yuk naik, nanti keburu macet terus jadi telat," ujar cowok itu membuat Keysha nurut. Sedikit kecewa karena pertanyaannya tidak terjawab.

Shaka sendiri juga tidak mau menjawab karena itu bukan kewajiban dan tidak penting juga untuk Keysha. Lagian buat apa, sih, nanya-nanya yang bukan urusannya? Sebenarnya cowok itu juga sebal dengan penyakit kepo Keysha. Selalu mau tahu urusan yang bukan urusannya sendiri.

ָ࣪ ۰ Amour ‹!

Pagi ini Sekar berjalan seorang diri di koridor gedung jurusan bahasa. Ia ingin menaruh almamaternya di loker, terpaksa sendiri karena Icha dan Naya belum tiba di sekolah. Tiba-tiba langkahnya memelan karena pikirannya melayang mengingat kejadian kemarin, kalau ia berani bercerita dengan Shaka.

Sekar tersenyum tipis menyadari rasa lega yang menghinggapi hatinya setelah bercerita kejadian kelam itu. Meski belum semua cerita ia lontarkan, tapi hatinya sedikit lega.

Sayangnya, senyum tipisnya itu harus pudar kala menemukan kehadiran pria yang menjadi traumanya tengah berjalan mengarah kepadanya. Kakinya berhenti melangkah. Hendak membalikkan tubuh, namun entah kenapa tubuhnya terasa kaku. Hingga pria itu benar-benar mendekatinya.

"Hai, Sekar!" Lagi-lagi sapaan itu terdengar asing di telinganya. Sekar berdeham kemudian melangkah lagi meninggalkan cowok itu. Namun sayangnya, pria itu malah menarik lengannya.

"Jangan pergi dulu, Sekar! Gue mau ngomong," pinta Gavin. Satu tangan Sekar yang bebas berusaha melepaskan cengkraman Gavin pada tangannya.

Pria itu menghela napas gusar, "Sekar, bisa gak kalau ketemu gue tuh jangan pergi?"

"Sorry, gue buru-buru." Sekar berlari, tapi Gavin mengejarnya. Karena langkah kaki Sekar yang kecil, Gavin pun bisa menggapai gadis itu. Murid-murid yang berada di koridor itu pun memerhatikan kedua manusia itu dengan tatapan aneh.

"Hei, tunggu dulu! Ngerti gak, sih? Atau lo gak ngerti bahasa manusia?" cerca cowok itu membuat Sekar tersentak.

Jauh di belakang Sekar dan Gavin, seorang pria tengah memerhatikan keduanya. Bukannya tidak ingin membantu gadis itu dari laki-laki yang mengganggunya, tapi sosok ini ingin memerhatikan dulu apa yang akan terjadi di antara keduanya.

Sekar menatap lawan bicaranya itu dengan garang. "Emang lo manusia? Manusia macam apa?" sentak gadis itu dengan sedikit keberanian. Sebisa dan sekuat mungkin ia menyembunyikan suaranya yang bergetar.

Kening Gavin mengernyit. "Lo kok jadi gini? Lo berubah," ungkap Gavin menatap dalam-dalam netra mata gadis itu.

Sekar menunjuk tepat di dada Gavin. "Lo yang bikin gue berubah. Apa lo gak sadar? Hah?" Gadis itu merasakan pasokan udara di sekitarnya menipis. Rasanya ia ingin sekali melarikan diri dari hadapan pria jahat itu, namun sayangnya Sekar sudah terlanjur melawan Gavin meskipun keberanian tidak banyak berpihak padanya.

"Bagus dong. Artinya, cacian gue sama kak Melati gak sia-sia." Gavin mengakhiri kalimatnya dengan senyum miring di kiri.

Sekar benar-benar tersentak akan hal itu. Matanya mulai berkaca-kaca. Dari awal ia benar-benar tidak percaya dengan kehadiran pria itu untuk meminta maaf atau setidaknya menyadari kesalahannya dulu. Tapi ternyata, kita bisa sama-sama tahu apa yang Gavin perbuat sekarang.

Kedua kakinya seketika kaku, tidak bisa membawanya pergi dari Gavin. Bahkan, orang-orang di sekitar pun hanya menonton keributan itu tanpa mau membantunya. Sekar mulai panik, takut jika Gavin membongkar semua masa lalu mengerikannya di depan khalayak banyak.

Sedetik kemudian, semesta menghadirkan seseorang untuk membantu gadis itu. Seseorang itu menarik kerah baju Gavin dari belakang. Pria bertubuh jangkung itu mengancam, "Pergi sekarang atau muka lo gue lukis pake bogeman ini." Pria itu menunjukkan tangannya yang sudah terkepal kuat.

Gavin menghempas tangan pria berhoodie abu-abu itu dari kerahnya dan segera pergi. Kepergiannya ditatap nanar oleh Sekar.

"Ada yang luka?" tanya pria itu, mengabsen penampilan Sekar dari atas hingga bawah.

Gadis itu menggeleng. "Gue gak apa-apa. Makasih ya, Bumi. Gue duluan," ujar Sekar langsung meninggalkan Bumi.

ָ࣪ ۰ Amour ‹!

Sekar berjalan memasuki toilet wanita. Hanya ada dirinya di sana. Gadis itu menatap pantulan dirinya di cermin yang ada di wastafel. Memejamkan kedua mata, masih tak percaya ia berhadapan lagi dengan Gavin.

Ia sendiri bingung harus berbuat apa jika Bumi tidak datang untuk membuat Gavin pergi darinya. Sekar sadar kalau ia tidak bisa terus menerus bergantung pada orang lain demi menyelamatkannya. Masalah ini adalah miliknya, bukan milik orang lain. Bagaimana pun juga yang harus menyelesaikan adalah dirinya sendiri.

Setetes air mata keluar dari sudut matanya. Lagi dan lagi menangis untuk lukanya ini. Mengingat nama orang yang disebut tadi membuat hatinya berdenyut nyeri. Sudah lama Sekar bahagia dan hidupnya tenang. Tapi tiba-tiba semesta menghadirkan sosok Gavin di hadapannya lagi.

Benar adanya suatu ungkapan yang mengatakan kalau kita punya masalah, harus segera diselesaikan. Bukan malah lari dari masalah itu.

Sekar berusaha membentuk lekukan di bibir, menjadi sebuah senyum manis. Berusaha mengobati luka tak kasat mata yang kian mendalam. Mengatakan pada dirinya sendiri kalau semua akan baik-baik saja. Membohongi diri kalau dia adalah gadis yang kuat, padahal tidak sekuat yang ia katakan.

Sebuah notifikasi pesan membuyarkan kesedihannya. Segera memeriksa siapa pengirim pesan itu. Sekar tersenyum kecil mengetahui isi pesan yang ia baca.

(Makhluk) Bumi
▪️Jangan takut sama orang kayak Gavin
▪️ Kalau bisa, lo bawa golok aja, buat bikin dia takut 😝

Gadis itu tersenyum kecil sebelum memasukkan ponselnya ke dalam tas. Padahal niatnya tadi itu ingin menyimpan almamaternya ke dalam loker, tapi malah berakhir begini. Sekar berjalan membawa dirinya keluar dari toilet. Tidak sengaja ia berpapasan dengan Keysha di depan pintu masuk toilet wanita.

Keysha juga nampaknya terkejut bisa berpapasan dengannya. "Eh, Sekar! Kebetulan kita ketemu di sini, bisa minta waktu sebentar?" ucap Keysha.

"Kenapa?" tanya Sekar.

Keysha yang masih memakai almamater sekolah itu memasukkan kedua tangannya ke kantung almamater. "Kemarin Shaka ke rumah lo?" Sekar mengangguk.

"Ngapain?" Terlihat dan terdengar kepo akan hal itu.

"Emang kenapa?" tanya Sekar. Ia mulai terganggu dengan rasa penasaran wanita di hadapannya.

Keysha yang menyadari suara Sekar berubah pun mengerjapkan mata beberapa kali. "Shaka lagi PDKT-in lo?"

Sekar mengambil napas panjang dan mengembuskannya. "Emangnya kenapa, sih? Kenapa nanya-nanya begini, ya? Maaf, gue gak ngerti."

"Gue mohon lo harus dengerin gue. Shaka itu gak sebaik yang lo kira, yang lo liat selama ini. Nggak. Sebelum lo nyesel, jauhin dia dari sekarang, Kar!" tukas Keysha membuat Sekar bingung. Diam lima detik dan Keysha langsung pergi karena ada beberapa siswi yang hendak masuk ke toilet.

Sekar menatap punggung Keysha dengan heran. Ia tak peduli dengan perkataan Keysha, menganggapnya sebagai angin lalu.

ָ࣪ ۰ Amour ‹!

"Gue pikir-pikir, timing Bumi bantuin lo dari Gavin kayaknya pas terus deh. Maksudnya tuh, setiap kali lo ketemu Gavin, Bumi pasti ada," jabar Icha sembari mengemudikan mobil.

Saat ini mereka tengah berada di perjalanan menuju sebuah minimarket yang tak jauh dari komplek Sekar. Mereka membutuhkan camilan untuk dinikmati sembari menonton sebuah film di rumah Sekar.

"Bagus, dong," jawab Sekar yang berada di bangku samping pengemudi.

"Dibanding Shaka, kayaknya gue lebih milih lo sama Bumi, deh," ujar Icha yang disetujui Naya yang duduk di bangku belakang sendirian.

Lima detik setelahnya, Naya menggeleng tidak setuju dengan statement gadis berambut pendek itu. "Jangan! Bumi gak boleh sama Sekar," larang Naya, setelah berujar demikian, bibirnya mengerucut.

Sekar spontan menoleh ke belakang, menemui ekspresi Naya yang nampak kesal. "Lo suka sama Bumi?" celetuk Sekar.

"Nay? Serius?" tanya Icha yang baru menyadari.

Naya buru-buru menetralkan ekspresinya, "Eh, nggak! Nggak kok! Maksud gue, Sekar itu udah klop banget sama Shaka, jadi gak usah dipasang-pasangi sama Bumi," jelas Naya terdengar gelagapan.

Mendengar nada bicara Naya, kedua gadis itu saling melempar tatapan curiga dan senyum usil. Sepertinya ada yang disembunyikan wanita cheerleader itu.

Sampai di minimarket, mereka langsung menuju tempat berbagai macam snack. Memilah snack yang diinginkan. Hingga sepasang mata Naya menangkap sosok pria yang berada tak jauh dari mereka. Awalnya, Naya biasa saja ketika melihat pria itu. Namun, ada sesuatu yang tidak beres ketika seorang wanita bertubuh lebih pendek menghampiri pria itu. Wanita yang sama persis ia lihat waktu makan sushi.

Icha datang memecahkan rasa penasaran Naya. "Liat apa?" Naya hanya menunjuk orang yang ia lihat dengan dagunya.

"Shaka?!" gumam Icha. "Sama cewek itu lagi?" sambungnya.

Icha terlihat sedang berpikir. Kemudian menjentikkan jari dan menghampiri cowok itu. Baru selangkah, cowok itu sudah pergi bersamaan gadis di sampingnya.

Dengan inisiatif, Icha memanggil, "Shaka!" Suaranya cukup membuat pria itu menoleh. Tapi, sayangnya pria itu sama sekali tidak menoleh dengan panggilan Icha.

Tiba-tiba saja Sekar sudah berada di samping mereka. "Ada Shaka?" tanya Sekar celingak-celinguk mencari keberadaan cowok itu.

"Eh, nggak," kilah Icha.

"Terus, kenapa lo manggil Shaka?" tanya Sekar penasaran.

Naya datang menghampiri dua gadis berseragam sekolah itu, "Eh, gue udah dapet banyak makanan, nih, kalian udah?" sahut Naya mengalihkan pembicaraan.

Kemudian mereka melangkah ke tempat pembayaran. Dari balik pintu minimarket, Naya dan Icha bisa melihat kalau pria yang mereka yakini Shaka itu baru saja pergi dengan motor bersama wanita tadi.

‼️To be continued ‼️

Gavin meresahkan banget, omo😖

Menurut kalian, cowok yang diliat Naya itu
Shaka bukan?

Fren, setuju gak kalau besok update lagi?😻😝

N E X T ?

🦋 See yew babe 🦋

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 140K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

2.3M 122K 60
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

4.4M 257K 31
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
402K 4.9K 22
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+