Bagian ini selesai direvisi.
_____
"Sudahlah, berhenti menangis," ucap Eric sambil menepuk ringan punggungku dengan wajah kebingungan. Aku pun berhenti menangis.
Pokoknya terima kasih penjelasannya, Eric. Maafkan aku.
"Hah.. kau licik. Padahal aku masih ingin marah padamu," ucap Eric.
Aku pun cemberut.
"Baiklah, aku maafkan. Tapi selain itu, jangan sekali-sekali lagi menganggap dirimu bukan bagian dari keluarga ini. Kau anak terakhir Ibunda. Bagaimana bisa kau bukan keluarga Kaisar?" ucap Eric.
Ada perasaan aneh di hatiku.
La-lagi pula, Eric. Bagaimana aku tidak berburuk sangka pada kalian? Juan dengan mudahnya berkata untuk menyambuk mereka.
Entah kenapa aku ingin mengalihkan pembicaraan tentang keluarga ini.
"Kau tahu Juan seperti apa, jangan pedulikan dia," ucap Eric dengan wajah santainya.
Jangan pedulikan? Kau bercanda? Dia hampir saja bisa mempengaruhi keputusan Kaisar.
Eric tidak menjawab dan hanya meminum teh nya lagi. Aku tahu sebenarnya sifat Juan dan Eric tidak jauh berbeda. Walau Eric yang di hadapanku ini terlihat santai.
Rasanya sekarang Eric lebih banyak berbicara. Padahal setahuku Eric di hadapan Juan dan Syina tidak begitu.
Eric ku lihat seperti terpaku memikirkan sesuatu.
"Zinnia," panggilnya tiba-tiba.
Iya?
"Sebelumnya apa yang kau bicarakan dengan Paman Robin?" tanya Eric.
Aku membulatkan mataku.
Bukankah kau tau?
"Aku hanya tau kau berkata mata Paman Robin memancarkan cahaya ungu dan ia yang mengatakan ada pintu di kolam bukan?"
Aku mengangguk.
Iya. Aku bingung. Sebelum jatuh, orang terakhir yang mengobrol denganku adalah Paman Robin. Aku..
Aku ragu untuk meneruskan kata-kataku. Bagaimana pun Paman Robin adalah adik dari Kaisar.
"Ada apa?" tanya Eric.
Bagaimana jika aku bilang, aku merasa Paman Robin berniat jahat padaku?
Aku memberanikan diri bertanya.
Tidak seperti dugaanku, Eric merespon dengan tenang, "Kenapa kau berpikir demikian?"
Aku tidak yakin. Sebenarnya paman Robin tidak melakukan apapun selain berbicara soal kolam waktu itu. Aku sendiri yang merangkak ke kolam itu. Anehnya, kenapa Paman Robin hilang, bukannya menyelamatkanku ketika aku tenggelam?
Eric terpaku tidak merespon apapun.
Eric, kau.. mampu mengetahui ucapan hati dan pikiran. Apa kau tau apa yang dipikirkan Paman Robin di pesta? Atau sesuatu yang berhubungan dengan kejadian di kolam?
Eric diam sejenak. Ia kemudian berkata,
"Aku tidak tau,"
Apa?
"Aku tidak bisa membaca hati atau pikirannya," jawab Eric.
Aku terkejut mendengarnya.
Bagaimana bisa??
"Itu yang aku tanyakan semenjak aku punya kekuatan ini," ucap Eric.
Kau benar-benar tidak bisa?
Tanyaku masih tidak percaya.
"Walaupun aku melihat matanya, aku tidak bisa mengetahui apa-apa. Karena itu bagiku paman Robin cukup misterius. Aku sedikit mewaspadainya," ucap Eric.
Aku merasa ini sangat Aneh. Semakin lama aku merasa Paman Robin semakin aneh.
Eric. Bisakah kau ceritakan tentang Paman Robin?
Eric melihat ke langit-langit kamarnya. "Yang bisa aku ceritakan..", ucapan Eric terpotong.
"Paman adalah adik tiri dari Ayah. Satu-satunya saudara Kaisar yang masih hidup dari pertarungan berdarah kekuasan ketika Kaisar masih muda. Paman diberi daerah kekuasaan di daerah timur, cukup jauh dari sini. Ia jarang di istana ini. Aku pun tidak punya banyak informasi. Tapi yang ku tahu, Paman dan Ayah berhubungan baik," jelas Eric.
Aku ber-oh ria. Informasi ini cukup berguna. Aku jadi lebih terbayang mengenai Paman Robin. Kemudian aku bertanya lagi.
Apakah menurutmu Paman Robin baik?
Walaupun aku ragu Paman Robin baik, tapi siapa tahu itu hanya prasangku saja.
"Aku tidak bisa menjawab pertanyaan itu, jawabannya tergantung standar baik yang kau punya. Walaupun kau harus hati-hati, standar baik pun ada yang benar dan ada yang salah," jawab Eric sambil menahan kepalanya dengan satu tangan di pegangan sofa.
Lagi-lagi aku dibuat terpukau dengan kata-kata Eric. Setiap mengobrol dengannya aku merasa mengobrol dengan orang yang sudah berumur dan sudah banyak pengalamannya. Padahal aku sebenarnya lebih tua darinya.
Tapi di samping itu, lagi-lagi aku menemui jalan buntu. Aku tidak menemukan secercah petunjuk tentang kejadian di kolam taman.
"Aku hanya bisa bilang, berhati-hatilah dengannya. Ia bisa menjadi orang yang menyebalkan," ucap Eric.
Aku setuju.
Aku jadi ingat, bahkan pertemuan pertama kami buruk. Paman Robin memang sudah ku cap menyebalkan.
"Baiklah, lebih baik sekarang kau istirahat di kamarmu, hari sudah hampir malam," ucap Eric.
Benar saja, dari jendela terlihat cahaya oranye matahari di langit yang hampir hilang tergantikan oleh langit gelap. Aku pun baru ingat aku akan tinggal di sini.
Eric, berapa lama aku akan tinggal di sini?
"Entahlah, sampai Ayah bilang kau boleh kembali ke istanamu," jawabnya.
Kalau begitu dimana Lily?
Eric tidak menjawab.
Eriic!
"Jika dia tidak bermasalah dia akan segera menemanimu," ucap Eric.
Memang Lily ada masalah apa?
"Pergilah ke kamarmu Zinnia," ucap Eric.
Ish. Eric, jawab pertanyaanku. Aku tidak mau jika tidak ada Lily!
"Aku masih ada urusan. Aku akan pergi sekarang. Untuk sekarang kau akan diurus oleh pengasuhku dulu, Bibi Friya," ucap Eric.
Aku mengalihkan wajahku.
Hmph! Mulai, jadi es batu!
Ucapku melihat Eric kembali ke mode dinginnya.
"Untuk apa kau memujiku?" tanya Eric.
Aku mengaga dan kemudian menutup mata.
Gara-gara waktu itu dia malah menganggap aku sedang memujinya. Padahal aku sedang memaki dia. Sebal! Huh.. sabar-sabar.
Aku membuka mata dan melihat Eric.
Bukan apa-apa, kau kakakku yang terbaik.
Aku mencoba tersenyum lebar.
"Tidak perlu kau bilang aku sudah tahu," ucap Eric.
Kalau aku adalah gambar komik. Pasti sudah ada tanda kesal di dahiku.
Karena itu, tolong bawa Lily padaku secepatnya.
Aku meluncurkan wajah polos, memohon, sedih, khas anak-anak. Eric mulai goyah.
"Aku tidak bisa berjanji," ucap Eric.
Setelahnya, Bibi Friya datang dan membawaku ke kamarku. Kamar itu bernuansa abu-abu, sama seperti ruangan lain di istana Eric.
Bibi Friya sangat ramah. Katanya ia pengasuh Eric sewaktu kecil.
Bibi Friya itu ibu asuhnya Eric ya? Berarti mirip seperti Lily. Bedanya, Lily aku rasa umurnya antara 20-30 tahun. Bibi Friya jelas seumur mamaku. Hah.. Aku rindu Lily, dimana Lily?
Karena lelah aku memutuskan untuk segera tidur.
________________________________
Hai readers, aku up lagi insyaAllah malem ini ya.
Ngomong-ngomong, sampai bagian ini kalian paling suka bagian/bab yang mana nih?
Jika kamu suka ceritanya, jangan lupa klik ⭐ ya ^^
Makasih buat yang udah vote 🙏
[Diupload oleh Sisi Shalla 24-10-2021] -> [Direvisi 16 Februari 2022]