[√] Can't You See Me? [END]

By Binbin_Fy

2.8K 647 346

Kisah seorang anak laki-laki yang kini tengah bimbang akan apa yang dia alami saat ini. Masalah kian sering m... More

P r o l o g u e
Begin
What Do You Mean?
All of You Kidding Right?
It's So Hard To Make You Believe - Skors
Incident - Skors day 1
Down
Flasback
Investigation
Father's Friend - Ask for Help
Hate
The Past
Who?
Respectively
Why?
Odi
Him and The Truth
Hurting
Father
Him
Brother
Really?
Funeral Day
Last Letter
For Him
Regret
Our Star
Epilog

Mother?

49 15 0
By Binbin_Fy

Pemuda itu membuka matanya perlahan, mengatur intensitas cahaya yang masuk ke dalam pupil mata.

Dia menyebarkan pandangan, melihat sekeliling ruangan berwarna putih, dan bau obat yang menyeruak memenuhi indra penciuman. Dia melirik tangan kirinya yang sudah terpasang selang infus.

Untuk ini, dia tahu di mana dirinya berada sekarang.

Rumah Sakit.

Mengingat kejadian sebelum dirinya tidak sadarkan diri, membuatnya lagi-lagi menghela napas berat.

Di satu sisi, dirinya khawatir dengan kondisi sang Ayah-pria paruhbaya itu. Apakah suara tembakan yang di tangkap telinganya benar adanya, dan tertuju pada Yoongi?

Dia tidak tahu.

Kepalanya tiba-tiba berdenyut nyeri memikirkan hal itu lagi.

Suara decitan pintu terbuka terdengar, terlihat seorang gadis berseragam sekolah yang melangkah memasuki kamar rawatnya.

Dia Sena, gadis itu tampak membolakan matanya terkejut, lalu melangkah lebar mendekati Soobin. Tidak lupa juga dia menutup kembali pintu.

"Sena gak lagi salah liat, 'kan? Sebentar!"

Gadis itu memencet tombol di samping ranjang Soobin. Tak lama seorang Dokter serta beberapa Suster masuk ke dalam kamar rawat ini.

Dokter tersebut mengecek keadaan Soobin, bersyukur karna keadaan pemuda itu berangsur membaik. Dia memberi wejangan serta menyuruh Soobin untuk meminum obatnya secara teratur, lalu berlenggang pergi bersama dengan para Suster.

Keadaan ruangan itu kembali hening, kedua insan yang ternyata memiliki ikatan darah itu sama-sama diam, canggung untuk memulai pembicaraan.

Padahal, sebelum mereka tahu bahwa mereka bersaudara, keduanya terlihat sangat akrab.

"Sena gak nyangka kalau sebenarnya salah satu Kakak kandung Sena masih hidup." Sena berceletuk, seulas senyum tipis terukir di bibirnya.

"Dan ternyata orang itu adalah orang yang Sena kenal." Gadis itu kekeh. "Takdir ... emang gak ketebak ya."

"Sena senang bisa bertemu dengan Kak Sunoo, ah, Kak Soobin setelah sekian lama." Gadis itu meralat ucapannya.

Soobin meredupkan pandangan, menatap jari-jarinya yang saling bertaut. Dirinya ragu serta bingung harus berbuat apa.

"Eum ... Kakak gak tau harus ngelakuin apa. Tolong, bantu Kakak untuk menjadi seorang Kakak yang baik buat kamu," ujar Soobin terbata.

Jujur, ini terdengar cringe bagi dirinya.

Sena mengangguk, dia tersenyum simpul.

Setelahnya, hening kembali menyelimuti keduanya. Hingga suara decitan pintu terbuka mengalihkan atensi mereka.

Di ambang pintu, terlihat Moonbyul. Air mukanya nampak terkejut, kedua matanya berkaca-kaca. "Soobin, sayang?" gumamnya, seraya melangkah mendekat ke arah putranya itu, kemudian memeluk tubuh Soobin.

Dia sangat merindukan putranya itu. Walau keduanya sering bertemu, tetapi, rasanya pertemuan kali ini berbeda.

Dulu yang sebatas seorang Bibi dan seorang anak yang pernah menyelamatkannya. Namun, sekarang mereka di pertemukan kembali sebagai seorang Ibu dan anak yang telah lama berpisah setelah belasan tahun lamanya.

Soobin nampak ragu, hingga pada akhirnya tangannya telulur balas memeluk Ibu kandungnya itu.

Air matanya luruh, bahagia karena akhirnya dirinya kembali di pertemukan dengan orang yang telah melahirkannya itu.

"Bunda ...," lirihnya dengan isakan.

"Bunda di sini, hm?"

Soobin menggeleng dalam pelukannya. "Soobin rindu, Bunda," tutur pemuda itu, sang Ibu yang mendengarnya semakin mengeratkan pelukannya.

"Bunda juga sangat-sangat merindukanmu."

Kedua Ibu dan anak itu saling meluapkan kerinduannya dengan sebuah pelukan hangat. Hingga melupakan si bungsu di keluarga mereka.

"Hiks, Sena juga mau di peluk!"

Si bungsu itu mengeluh, membuat kedua orang lainnya di sana terkekeh.

"Sini."

Moonbyul merentangkan satu tangannya, dan dengan cepat putri bungsunya itu berjalan mendekat lalu memeluknya serta Soobin.

+×+

Pria paruhbaya itu meneguk wine di gelasnya hingga tandas, hingga suara dering telepon mengalihkannya.

Tangan yang satunya terulur mengambil benda pipih berbentuk persegi panjang yang berada di pinggir meja kerjanya. Menggeser logo berwarna hijau dan panggilan langsung tersambung.

"Maaf, Bos, kita ketahuan oleh tuan Mark."

Jaehyun mengeraskan rahangnya, dia melempar gelas yang berada di tangannya kesembarang arah.

"Dasar tidak becus!"

"Kerja kalian tidak ada yang benar!"

"Sekarang, bawa anak itu menemuiku! Atau nyawa kalian yang akan jadi taruhannya!"

Panggilan itu terputus. Jaehyun langsung membanting benda tersebut ke sembarang arah.

Pria paruhbaya itu menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi kerjanya. Mengusap wajahnya kasar, lalu menyibakkan rambutnya ke belakang.

Pikirannya melayang pada kejadian tempo hari, di mana salah satu teman lamanya bertemu dengannya di sebuah cafe.

Seorang yang kini menjabat sebagai Kepala Sekolah di sekolah anaknya. Yang memberitahu bahwa tingkah dan perilaku berbeda yang berbeda. Temannya itu bilang, bahwa anaknya itu menjadi sedikit pemurung akhir-akhir ini.

Jaehyun hanya diam, sepulangnya dia langsung bertanya pada si putra bungsu. Menanyakan kebenaran langsung dari sang empu.

Dan lihat jawaban apa yang dia dapat?

"Gyu tidak pernah menunjukkan persaan seperti itu di sekolah. Dan Gyu tidak pernah memberitau apa yang sudah terjadi kepada yang lain …."

"Lalu jika begitu mengapa bisa ada orang yang mengetahuinya?!"

Gelengan agak kuat di sertai tempo cepat itu dia dapatkan. "Gyu tidak tau, Dad."

Jaehyun berdesis. "Mulai sekarang, jaga sikapmu! Jangan sampai rencana ini gagal hanya karena keteledoranmu itu!"

Mengingat percakapan itu membuatnya naik pitam saat itu. Bagaimana putra bungsunya itu berkata bahwa dia tidak pernah melakukan apapun yang melenceng dari ucapannya. Namun, anak itu dengan berani membohongi dirinya.

Dan lihat? Rencana yang di susun sejak alam kini bagai hancur lebur bagai tak berbekas.

Semenjak kejadian di mana putra bungsunya tiada serta si sulung yang memutuskan untuk tidak bertemu dengannya lagi. Perasaannya akhir-akhir ini menjadi benar-benar kacau. Sangat mudah tersulut emosi dan perasaan gundah gelisah yang menyelimuti.

Dia tidak tenang. Ucapan serta teriakan kedua anaknya selalu terngiang bagai berputar di benaknya bagai kaset rusak.

Dia tidak tahu apa yang kini tengah terjadi pada dirinya.

Bimbang, bingung, gundah, gulana, marah, kecewa, sedih, semuanya bercampur menjadi satu, yang entah dia tak tahu itu karena apa.

Dia bingung.

Bingung harus harus berbuat apa.

Dan satu hal yang terlintas di benaknya kini, yang akan bisa membebaskannya dari keadaan ini, adalah membawa kembali Mark ke rumah ini.

+×+


"Gimana kabar lo, Jun?"


Yang di tanya mengangguk, tersenyum canggung pada lelaki di depannya.

"Baik, Bang," jawabnya.

Hueningkai yang notabenya duduk di kursi samping ranjang Yeonjun, lantas berdiri, mempersilahkan Mark untuk duduk di situ. Sedangkan dirinya berdiri bersampingan dengan Taehyun.

"Atas nama Beomgyu, gue minta maaf sama lo, dan juga buat Taehyun dan Kai. Maaf karena perlakuannya dulu yang kurang nyenengin, dan udah bikin persahabatan kalian renggang."

"Apalagi, udah bikin lo masuk rumah sakit gini."

Mark berujar tulus, menyesali perlakuan Adiknya yang dulu kurang mengenakkan.

Sebenarnya, yang seharusnya meminta maaf adalah Beomgyu sendiri. Tapi? Belum meminta maaf, Adiknya itu malah melarikan diri untuk selama-lamanya.

Yeonjun menggangguk dia melirik Taehyun dan Hueningkai sekilas, lalu kembali menatap Mark. "Kita maafin, kok, Bang," balasnya. "Ya, 'kan?"

Taehyun dan Hueningkai mengangguk. "Iya, Bang," jawab keduanya serempak.

"Makasi, dan sekali lagi gue minta maaf."

Mark terdiam beberapa saat, sebelum akhirnya dia merogoh saku jaket yang di kenakannya, mengeluarkan sebuah lipatan kertas dari sana.

"Ini surat pemberian terakhir Beomgyu untuk kalian," beritahu Mark, menjawab raut kebingungan Yeonjun dan Hueningkai. Karna, Taehyun sudah mengetahuinya tadi. Hanya sebatas tahu.

Yeonjun menerima surat tersebut. Dia mendadak gugup. "Gue baca."

Yeonjun menarik napasnya, mulai membaca isi surat tersebut dengan bersuara agar yang bisa mengetahui isinya.

_____
Dear my bestfriends.

Halo, ini gue, Beomgyu. Kalian pasti udah kenal gue kan? Iya, dong. Masa sahabatan tapi gak tau nama gue.

Haha, lucu ya gue? Dengan beraninya bilang kita sahabatan, kalau sebenernya gue yang udah ngerusak persahabatan kita berlima.

Ah, udahlah, sikap gue emang sebejat itu. Kalian pasti benci banget kan sama gue? Bener, kan? Ya dong.

Gue gak masalahin, kok. Gue emang pantes buat di benci, dan kalian juga punya hak buat benci sama gue.

Gue minta maaf buat semuanya, maaf karena sikap gue yang selama ini kekanakan dan sering nyusahin dan bikin kalian emosi. Gue gak berharap di maafin, kok. Tapi, ya … kalau kalian mau maafin mah gue bahagia banget, wkwkwkw.

Gak lah, bercanda doang. Eh, tapi gue beneran loh ya minta maaf nya. Piese, garis miring buat jari bentuk v.

Yah, minta maaf. Maaf karena gue gak bisa bilang ini secara langsung ke kalian. Gue terlalu pengecut buat itu. Maaf, maaf, dan maaf.

Bahkan, mau gue bilang maaf seberapa banyak pun, perbuatan gue selama ini gak akan bisa di maafin. Tapi, gue minta maaf.

Buat Kai, makasi karna udah tahan sama ocehan gue, dan mau jagain rahasia gue dan keluarga gue ke yang lain, makasi juga karna, yah, lo paling bisa gue ajakin curhat tentang masalah pribadi. Maaf, karna selama ini gue sering ngerepotin lo, bahkan pernah bikin lo jadi amukan Daddy karna dulu pernah nyelamatin gue. Maaf ya? Dan makasi buat semuanya.

Buat Taehyun. Ah, gue masih susah buat sebut nama lo. Tyun aja gimana? Tapi muka sama badan lo gak cocok, gak ada manis-manisnya. Ya udah, Teha aja gimana? Oke Tyun. Tyun, gini, gue gak tau mau bilang apa sama lo. Tapi, makasi karna selama ini lo udah jadi guru les dadakan buat gue, yah, walau lo lebih muda dari pada gue, tapi otak lo lebih encer soal pelajaran. Thanks ya, lo pahlawan gue. Dan, gue minta maaf karna sering buat lo emosi sama tingkah gue. Eh, lo emosi karna gemes ma gue kan? Ye kan? Aduh, gue jadi bakejis. Bawa kenajisan, eh. Pokoknya, makasi dan maaf buat semuanya.

Buat Bang Yeonjun, Bang Yeje, Bang Jun, karna lo yang tertua di sini, makasi ya karna lo udah jadi Abang yang baik buat kita berlima. Makasi juga karna sering nasehatin kita dan buat lawakan yang garing kayak jokes bapak-bapak. Ya, walau jokes lo kurang, tapi gue hargain, semangat Bang! Dan, gue minta maaf sebesar-besarnya karna sikap gue yang sering nistain dan gak sopan sama lo. Tapi, itu wajar, sih, lo kan nistaable. Gak, gak, canda doang.

Gue … minta maaf, karna udah ngebunuh adek lo, Yeonji. dan bikin lo celaka. Maaf karna setelah kejadian itu, gue sama sekali belum pernah nemuin lo lagi, apalagi minta maaf secara langsung tentang sikap gue itu. Gue cuman berani bilang dan minta maaf lewat selembar kertas ini, haha, pengecut banget ya? Gue nyesel, tapi … nyesel pun gak ada gunanya, semuanya udah terjadi.

Gue harap, kondisi lo baik-baik aja, dan lekas sembuh ya, Bang. Harus itu, gue gak pengen sesuatu yang buruk terjadi lagi. Gue di atas sana nanti bakal gak tenang, kalau sesuatu terjadi sama lo, sama kalian semua. Kai, Tae, Bang Jun, dan … Bang Ubin.

Buat Bang Ubin. Makasi karna lo udah jadi pemimpin buat kita, ya selalu ngarahin kita, selalu ngalah buat kita semua dan bahkan lo lebih mentingin kita berempat dari pada diri lo sendiri.

Hm? Gue minta maaf sebesar-besarnya sama lo, maaf karena gue lo di skorsing dari sekolah, dan otomatis lo gak bisa ikut olimpiade lagi. Gue tau lo ngandelin uang itu buat kebutuhan sehari-hari lo, tapi, gue malah, ya … lo tau.

Gue emang bejat banget, ya? Bukan itu aja, gue bahkan ngebunuh pacar lo, ngefitnah lo, dan buat berita yang seolah bahwa lo adalah pelaku pembunuhan itu. Ngebuat lo di benci sama semua orang, termasuk sahabat lo sendiri. Ngebuat mereka mukul lo habis-habisan tanpa peduliin lo yang nahan rasa sakit itu sendirian.

Gue salah, dan gue mengakuinya. Bahkan, apa yang gue sebutin di tadi belum semuanya, kesalahan gue ke kalian itu banyak banget, mungkin timbangan gue di atas nanti beratan dosanya.

Gue pantes, kok. Dan, makasi buat semuanya, semua kehangatan dan kebahagiaan yang udah kalian berikan ke gue. Makasi banyak karna udah dan mau jadi temen, bahkan sahabat gue. Gue bersyukur bisa ketemu orang kayak kalian, makasi ya?

Kalau gue bilang semuanya, gak bakal cukup buat satu lembar kerta ini. Tapi, pokoknya, gue mau bilang makasi sebanyak-banyaknya, dan maaf karna perlakuan gue dulu.

Selamat tinggal … tertanda Lee Beomgyu, si beruang kesayangan kalian.

____

To Be Continued …

Hampir 1,9K kata :')

Btw

Happy 1k readers, guys.
Huhu, makasi banyak-banyakㅠ.ㅠ
Gak tau lagi mau ngomong apa ㅠ.ㅠ

Keadaanku saat ini:

Bubay and see you


Di sini ada yang lagi dalam masa-masa PAS? Atau udah selesai, nih? Kalau aku mah yang pertama, baru mulai PAS :')

Btw, semangat!

Continue Reading

You'll Also Like

61.9K 10.7K 54
Tuhan tahu itu, semua rasa yang terbalut asa yang tak utuh. Bahkan sejumlah angin meresap nyaman melewati celah kalbu yang ada dan selalu membantu da...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.9M 331K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
37.6K 4.3K 15
[FINISHED] ft. Hyunjin dan Minho Lee Minho dan Lee Hyunjin adalah saudara kandung, meski begitu, banyak sekali perbedaan diantara mereka, salah satun...
4.7K 674 17
[enhypen member & all] "A-aku mohon... bawa pangeran bungsu pergi jauh dari kerajaan ini." . . . . . "apapun yang kau lakukan akan percuma". . . . ...