The Guardian Hunter

IndoGreysonsCrew tarafından

1.6K 163 38

Daha Fazla

PART 1
PART 2
PART 3
PART 5
PART 6

PART 4

173 26 6
IndoGreysonsCrew tarafından

Saat gue masuk ke dalam rumah, gue merasa ada yang janggal, seperti ada sesuatu yang mengawasi rumah ini, mengawasi semua orang yang ada disini.

"Greyson!" Panggil suara yang gue coba untuk hindari.

Julia.....

Dia mendekat ke arah gue, gue mencoba menghindar ke arah lain, tapi dada gue tiba-tiba terasa panas, seperti sedang terbakar.

Gue lihat punggung tangan gue, terlihat membusuk dan ikut memanas,tapi panas yang membakar dada gue membuat rasa panas di tangan ini tidak ada apa-apanya.

Gue memaksakan diri untuk lari hingga akhirnya gue sembarang masuk kamar, segera gue kunci rapat pintunya.

Gue menggelepar di lantai, seluruh badan gue memucat dan perlahan membusuk.

Apa yang sebenarnya yang terjadi pada gue.

"Greyson buka pintunya!" Ujar Julia sembari mengetuk pintu.

Gue mau menjawab, sayangnya apa yang terjadi selanjutnya adalah sengatan yang hebat pada jantung gue, hanya raungan kesakitan yang keluar dari mulut gue.

"Grey, lo kenapa?" Tanya Julia.

Gak ada rasa panas lagi yang menyerang gue, gue mulai dapat bernafas lega. Sayangnya, itu hanya sementara.

Gue berubah menjadi makhluk yang menjijikkan.... seakan baru saja kehilangan kulit. Badan dan wajah gue terlihat seperti korban begal yang terbakar, tapi rambut gue masih utuh.

Ini serius....

Bedanya hanyalah pada kaki dan tangan yang memiliki kuku yang hitam dan sedikit panjang. Kaki dan tangan gue terlalu besar untuk badan dan juga.... busuk. Maksudnya bukan baunya.

"Greyson, gue dobrak! Lo minggir dari sana!" Teriak Julia.

"Tunggu! Julia!" Cegah gue.

Bisa gawat kalo dia dobrak terus ada yang ngeliat gue.

Baru saja juga gue cegah, dia malah udah main dobrak aja.

Parahnya, dobrakan Julia langsung bikin pintunya terbuka.

Entah apa karena pintunya yang jelek atau tenaga Julia yang terlalu kuat.

Lantas saja Julia ngeliat diri gue yang kayak gini.

"Tolong dengar dulu" ucap gue cepat.

Matanya melotot gak percaya, dia tampak ketakutan dan mencoba untuk berteriak dan keluar dari ruangan ini.

"Tunggu!" Cegah gue.

Perisai biru tiba-tiba terbentuk di depannya seiring gue mencoba menghentikannya. Saat Julia menabrak perisai tersebut, terlihat aliran listrik yang kemudian membut tubuhnya terpental ke arah gue.

Untungnya, gue gak terlalu merasa sakit.

Gue kemudian bergegas menutup pintunya sebelum yang lain melihat ke dalam, tidak lupa pula gue tahan pintunya dengan meja.

Badan gue terasa lebih kuat berlipat ganda dibanding sebelumnya, seolah evolusi badan ini memberi gue kekuatan yang tidak bisa dijelaskan.

Julia kemudian bangun perlahan sambil meringis.

"Hey Julia, lo gpp kan?" Tanya gue.

Dia melihat gue, kemudian mengerang sambil memegangi tengkuknya.

"Hey, hey, ada apa?"

Erangannya semakin keras. Dia tergelepar di lantai.

Ya tuhan, kalo dia mati gue harus gimana?

Bukannya malah bagus kalo nenek lampir ini mati..... HAHAHAHAHA
Gak ada lagi yang bisa ganggu hidup gue.
Betul kan?

Tapi itu artinya gue bakalan dikira seorang penyihir kemudian diburu oleh orang-orang kota dan disalip ditengah-tengah lapangan?

Shit.....

Kok gue malah ketularan Richard, menjadikan film sebagai patokan -_____-

Gue lihat tangan julia perlahan berubah menjadi sangat pucat dan lembab, kukunya memanjang.

Jangan-jangan.....

Gue segera berpindah ke tengkuknya.

Ada!!

Dia juga memiliki tato disana, bedanya denganku, tatonya berbentuk air yang ditusuk oleh es. Sedangkan milikku adalah angin puyuh yang cenderung berwarna biru.

Tatonya itu berdesis dan sedikit mengeluarkan sinar seperti terbakar.

Gue kemudian mencoba bertanya padanya.

"Julia, semalam lo...... FUCK!" Gue terlonjak kaget saat melihat matanya yang berubah menjadi putih semua.

Dia mengingatkan gue pada wanita pucat bermata putih yang sering menghantui pikiran gue.

Dia menggeram menahan sakit, gue yakin sakit pada sekujur tubuhnya dan pada sumber tato itu sebagai pusat kesakitan yang terhebat.

Gak ada yang bisa gue lakukan selain hanya melihatnya saja.

Hingga akhirnya, dia mengerang dengan keras dan kembali terjatuh setelah bergerak tidak jelas menahan rasa sakit.

Pada saat itulah, gue bisa dengan jelas melihat kulit-kulitnya seakan menghilang secara perlahan, digantikan oleh kulit pucat dan lembab, kukunya tidak menghintam seperti milik gue, tapi terlihat tajam dan jauh lebih mengerikan.

Tidak terlalu banyak perubahan yang gue lihat, padahal gue berharap dia berubah menjadi buruk rupa kayak gue -_____-

Gue mendekatinya dan mencoba untuk membangunkannya. Badannya benar-benar dingin seperti es.

"Julia, bangun" ucap gue.

Matanya tiba-tiba terbuka, seluruhnya berwarna putih, lidahnya menjulur keluar, lidah yang terbelah dua.

Gue mundur untuk sesaat.

Jadi, wanita yang selama ini yang sering muncul di dalam pikiran gue adalah Julia?

Tapi kenapa?

Pria berkulit hitam dengan telinga peri mengatakan bahwa gue adalah seorang pemburu. Apa maksudnya?

Apakah gue harus memburu Julia?

Saat dia perlahan berdiri, gue segera mengambil jarak.

"Julia?" Tanya gue. Wajahnya menghadap ke arah gue, kayaknya dia lagi ngeliat gue deh. Matanya putih.... sulit untuk memutuskan. Hingga akhirnya, raut wajahnya terlihat tidak bersahabat.

Dia mendadak menyerang gue, spontan saja gue mencoba untuk berlindung, berharap perisai listrik bisa terbentuk.

Diluar dugaan, yang terjadi adalah semburan angin yang menyerangnya. Dia jatuh terpental, gue ngeliat kedua tangan gue, kali aja ada kipas anginnya, tapi gak ada. Jadi kenapa tiba-tiba ada angin kayak tadi.

Tidak lama setelah itu, terdengar suara erangan Julia, bersamaan itu, gue ngeliat gerombolan es dengan ujung yang tajam mengarah ke gue.

Gue berteriak melengking ketakutan sembari mencoba sekuat tenaga untuk menghindar dan menyingkirkan setiap es tajam yang ada di depan gue dengan semburan angin yang masih gue gak mengerti datang dari mana asalnya.

Sayangnya gue sudah terpojok di dinding, es terakhir gak bisa gue handle.

Gue berteriak sekencang mungkin berharap agar gue bisa tertolong. Untungnya, gue benar-benar tertolong. Esnya tertancap di dinding, tepat dibawah grenis. Yang gak tau grenis, itu adalah benda pusaka gue yang berada di dalam celana dalam.

Lupakan.

Gue menarik nafas berkali-kali sambil melihat ke arah bawah selangkangan gue. Es itu kemudian mencair.

Hampir saja tuhan! HAMPIR! Bisa gawat kalo aset masa depan gue hancur.

"INI KEREN!" Teriak gue sembari tertawa masih dengan nafas yang terengah-engah.

Sayangnya, penderitaan gue belum berakhir. Julia menghampiri gue perlahan. Gue bersiap-siap kalo ada serangan mendadak.

"Santai aja, gue gak bakalan nyerang lo" ujar Julia, dia terduduk diatas kursi.

Ini serius? Gak ada serangan lagi kan?

Gue merasa sedikit lebih lega sekarang.

"Lo gimana bisa dapet tato di dada lo itu?" Tanyanya.

"Lah, lo gimana bisa dapet tato di tengkuk lo?"

"Gue aja gak tau, tadi siang pas gue ngajakin lo ketemu sama teman gue, tiba-tiba tengkuk gue terasa kayak terbakar, makanya gue kabur ke toilet dulu. Ternyata sumbernya dari tato itu, modelnya serupa kayak yang di dada lo, gue mau tanya sama lo, lo malah kabur mulu" oceh Julia.

Oh....

Jadi dia nyariin gue buat nanyain itu....

Kirain dia tau gue bilang sama teman-temannya kalo gue megang boobsnya.

"Akhir-akhir ini bayangan lo muka seram kayak sekarang selalu muncul di pikiran gue" ujar Julia.

"Terus lo ngerasa kalo sedang diawasi sama pria berkulit hitam bertelinga peri. Dia kemudian akhirnya nusuk lo tepat di tengkuk sambil bilang kalo lo adalah seorang pemburu, the hunter. Lo kira kalo itu cuma mimpi, tapi ternyata nggak"

"Itu yang terjadi sama lo?"

"Exactly" jawab gue.

"Gue sempat bingung mau memburu apa barusan. Berhubung sebelumnya lo yang selalu muncul dalam pikiran gue. So yeah, makanya gue nyerang lo" oceh Julia.

"Terus kenapa lo stop?"

"Menurut lo? Mana mungkin yang harus gue buru adalah makhluk cengeng dan lemah kayak lo. Teriakan lo kayak teriakan cewek cewek cheers yang lagi dilewatin tikus" ejeknya.

Sialan.....

Gue malah sampe sekarang mikir kalo dia adalah makhluk yang harus gue buru.

Mukanya sangar, kejam, garang, semua jadi satu. Persis kayak penjahat yang harus diburu.

Terus kalo abis gue buru? Gue harus apain nih cewek?

Atau kami memang seharusnya saling memburu karena berada di kubu yang berbeda, tatonya aja beda. Tapi orang yang ngasih tato ini kayaknya sama..... jadi kami harus kerja sama?

Sudahlah, yang penting untuk sementara sekarang gue masih bebas dari kematian -____-

"Terus kita harus ngapain sekarang? Gimana mau balik ke bentuk manusia?" Tanya gue.

"Mana gue tau, emang gue tuhan"

Shit nih cewek ngeselinnya gak pernah ilang.

"Yang penting nanti kita harus mencari si bapak-bapak kuping peri. Tau aja kita bisa balik jadi manusia" tambahnya.

"Dimana?"

"Kalo gue tau juga ngapain gue duduk santai disini?"

Sabar.... sabar....

Gue melihat ke arah luar dari jendela. Ini lantai dua, di luar nggak ada pijakan buat keluar atau turun.

Jadi sekarang kami terjebak, bagus.

Gak lama setelah itu, terdengar suara teriakan, orang-orang berlarian menjauh dari rumah, pesta terdengar kacau.

Gue dan Julia saling bertatapan, mencoba untuk menebak apa yang sedang terjadi.

"Please open the door!" Tiba-tina seseorang menggedor pintu dengan suara parau.

Julia segera memindahkan meja yang menghalangi pintu bersamaan dengan suara erangan orang yang ada diluar sana.

Belum sempat pintunya dibuka, rembesan darah segar mengalir dari lubang bawah pintu. Julia terlonjak dan mundur beberapa langkah.

"Julia, we gotta run!" Ujar gue panik.

Gak ada reaksi darinya, dia fokus mendengar suara yang ada di luar sana. Entah, siapapun itu dan apa yang diinginkannya.

Suara itu semakin mendekat.

"Julia!"panggil gue.

Dia menunjukkan jari tengahnya.

Terserahlah, yang penting gue sudah memperingatkan.

Gue akhirnya memutuskan untuk bersembunyi di dalam lemari.

Tidak lama setelah itu, terdengar suara pintu yang dibanting.

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

111K 237 17
My wlw thoughts Men DNI 🚫 If you don't like these stories just block don't report
246K 12.4K 92
Being flat broke is hard. To overcome these hardships sometimes take extreme measures, such as choosing to become a manager for the worst team in Blu...
28.5K 2.4K 45
Story of a family - strict father, loving mother and naughty kids.
294K 8.2K 137
"𝑻𝒉𝒆𝒓𝒆'𝒔 𝒓𝒆𝒂𝒍𝒍𝒚 𝒏𝒐 𝒘𝒂𝒚 𝒐𝒇 𝒘𝒊𝒏𝒏𝒊𝒏𝒈 𝒊𝒇 𝒊𝒏 𝒕𝒉𝒆𝒊𝒓 𝒆𝒚𝒆𝒔 𝒚𝒐𝒖'𝒍𝒍 𝒂𝒍𝒘𝒂𝒚𝒔 𝒃𝒆 𝒂 𝒅𝒖𝒎𝒃 𝒃𝒍𝒐𝒏𝒅𝒆."