AFFAIR

By bunnydialy

196K 12.8K 1.8K

Mengandalkan lekuk tubuhnya, Park Jihye sampai merelakan keperawanan dan harga dirinya sebagai selingkuhan se... More

Prologue
01
02
03
04
05
06
07
INFO
OPEN PO E-BOOK SUDAH DIBUKA
Bonus

Bonus| Berhasil Kabur

6.4K 555 80
By bunnydialy

Ini bonus terakhir yang aku publish di sini ya. Dan ini cuma setengahnya aja. Isi bonusnya yang lengkap ada di PDF. So, jangan sampai nggak beli! Nanti nyesel 😋
.
.
.

Park Jihye marah. Dia cemburu dan mulai meragukan perasaannya.

Sial, Jihye tidak benar-benar melupakan Jungkook dari dalam hatin6ya. Ketika melihat pria itu memeluk istri dan menggendong anaknya, membuat Jihye ingin menangis detik itu juga.

Apalagi ketika Jihye diharuskan untuk memasak, membereskan apartemen, dan mencuci piring serta gelas kotor bekas makan malam keluarga Jungkook tersebut.

Tak hanya itu pula. Melihat kedekatan antara Jungkook dengan sang putri pun membuat Jihye bersalah. Chloe sangat dekat dengan sang papa dan terlihat begitu menyayangi Jungkook.

Kalimat seperti "Chloe sangat sayang Papa. Chloe tidak mau kehilangan Papa." membuat Jihye terlampau sedih.

Gadis itu jahat karena telah merusak kebahagiaan orang lain. Terlebih lagi kebahagiaan Chloe yang seperempatnya direbut oleh Jihye.

Kemarin malam Jungkook memeluknya setelah memastikan Hwang Yoora dan Chloe telah tertidur di dalam kamar.

Pria itu melihat Jihye yang telah bersiap untuk pergi; memasukkan seluruh pakaian dan barang-barang lainnya ke dalam koper.

Saat Jihye berkata bahwa gadis itu hanya akan tidur, tentu saja Jungkook tak percaya. Ia tahu Jihye akan pergi dari sini.

Jungkook tidak mau Jihye pergi. Maka, pria itu memeluk Jihye sampai setidaknya pukul enam pagi sebelum Jungkook kembali ke kamar utama di lantai atas.

Jadi, ketika Jungkook sudah pergi, Jihye bergegas menarik kopernya. Keluar dari apartemen tersebut sebelum Namjoon datang.

Jihye tahu Namjoon akan datang pukul tujuh pagi setiap harinya. Maka dari itu, Jihye masih memiliki banyak waktu untuk kabur.

Tempat yang Jihye kunjungi pertama kali bukanlah flat yang telah diberikan Jungkook untuknya, melainkan Jihye pergi ke flat lain di dekat sekolah yang sudah ia sewa dua hari lalu.

Persiapan kaburnya sudah sangat matang. Jihye kabur tanpa halangan apa pun. Gadis itu bahkan berhasil mendarat di flat baru dan mengembuskan napas lega karena telah berhasil kabur dari Jungkook.

Jihye sengaja tidak membalas seluruh pesan yang Jungkook kirimkan sebab pria itu hanya menanyakan di mana posisi Jihye saat ini.

Mencari aman, Jihye memilih diam. Seluruh panggilan suara dari Jungkook pun Jihye abaikan karena tak mau mendengar lagi suara Jungkook.

Sudah tiga hari lamanya gadis itu berhasil kabur. Hidup tanpa Jungkook memang sangat bebas. Jihye tidak perlu lagi memikirkan soal perasaannya yang tidak pernah terbalaskan oleh Jungkook.

Hanya akan ada rasa sakit hati jika Jihye terus bertahan bersama Jungkook. Hal itu pun sangat menyiksa Park Jihye.

Pergi jauh dari Jungkook memang pilihan yang tepat.

"Kau yakin? Dia banyak uang. Ahjussi itu bisa menemukanmu kapan saja, Jiya."

Jihye mengerjapkan mata. Terdiam dan mendadak takut jika Jungkook menemukannya, lalu kembali memberikan hukuman padanya karena telah berani kabur.

"Kurasa dia sangat pintar. Dia bahkan tahu kau pergi dengan Donghan meskipun diam-diam," ujar Sora.

Jihye gelisah. Gadis itu menggigit bibir bawahnya. "Jangan membuatku takut," rengek Jihye frustasi. "Seharusnya kalian mendukungku, bukan membuatku takut seperti ini!"

Sora dan Kara tertawa. "Kami hanya takut jika dia berhasil menemukanmu dan berakhir menghukummu, Jiya," jawab Kara. "Lagipula, aku yakin ahjussi itu bisa menemukanmu! Dia tidak bodoh, kau tahu?! Jika kau mau kabur, seharusnya kau pergi sangat jauh dan tidak kembali lagi ke sekolah!"

Jihye menelan saliva susah payah. Yang dikatakan kedua sahabatnya tidaklah salah. Mereka benar, Jungkook bisa dengan mudah menemukannya.

"Bantu aku bagaimana cara agar ahjussi tidak menemukanku!"

"Sembunyi di rumahku?" usul Kara.

Kepala Jihye lekas menggeleng. "Tidak. Dia tahu rumah kalian berdua," sahut Jihye cemas. "Apakah aku harus pulang di saat sekolah masih sangat ramai? Jadi, dia tidak bisa mengikutiku saat aku pulang?"

Kara menjentikkan jarinya. "Ide bagus!" sahutnya. "Atau ... bagaimana jika kau masuk ke dalam mobilku? Lalu sopirku akan mengantarmu hingga ke flat barumu? Dengan begitu, kau tidak akan ketahuan."

Sora mengangguk semangat. "Aku setuju dengan saran Kara! Untuk beberapa minggu, kau harus pulang bersama Kara sampai ahjussi itu tidak menghubungimu lagi. Biarkan dia lelah lebih dulu."

Jihye mengembuskan napas dalam. Menopang dagu dengan bibir mengerucut, gadis itu lekas menatap kedua sahabatnya.

"Lagipula, untuk apa dia mencariku? Ungkapan perasaan cinta yang dia katakan padaku pasti hanya bualan semata. Aku tidak percaya Jungkook Ahjussi mencintaiku."

"Memangnya dia mengatakan apa?" tanya Kara penasaran.

Sejenak mengerjapkan mata, Jihye kemudian meluruskan punggung dan mencoba untuk menceritakan kejadian di kamar malam itu—sebelum Jihye memutuskan untuk kabur.

*Kejadian di kamar ada di dalam e-book*

Sora dan Kara melongo mendengar cerita Jihye. Kedua mata Sora pun membulat kaget.

"Benarkah? Dia seperti itu?" Jihye menganggukkan kepala. "Woah, ternyata dia sangat brengsek!"

Kara mendengus. "Jangan mudah percaya, Jiya. Dia pasti mengatakannya karena dia tidak mau kau pergi. Siapa lagi yang bisa ia butuhkan jika kau pergi? Dia tidak mungkin mencari gadis lainnya."

Jihye tersenyum kecut. Kepalanya menunduk manakala ponselnya bergetar di atas meja.

Tangannya segera meraih benda pipih tersebut sebelum mengetahui bahwa Jungkook lah yang telah mengirim pesan untuknya.

Lagi dan lagi. Jungkook masih belum bosan membanjiri pemberitahuan pada ponsel Jihye dengan banyaknya pesan.

[Jungkook Ahjussi: Jawab aku. Di mana kau sebenarnya? Bukankah aku sudah melarangmu untuk pergi? Pulanglah. Aku tidak akan marah. Sekali lagi, maafkan aku karena telah membuatmu menangis.]

"Aku ingin baca!"

"Aku juga!" timpal Sora setelah Kara berseru lebih dulu.

Jihye menyerahkan ponselnya—membiarkan kedua sahabatnya membaca pesan yang Jungkook kirimkan.

Sora mendecih. "Menurutmu, apakah dia benar-benar menyesal dengan perlakuannya padamu? Aku sedikit kurang yakin. Bukankah dia aneh? Dia menyakitimu, Jiya. Dia menyakiti perasaan dan fisikmu. Jangan percaya padanya. Jangan luluh lagi!"

Jihye terkekeh rendah. "Aku tidak mungkin percaya padanya, Ra. Aku sudah muak. Aku hanya ingin lepas—tak peduli apakah dia akan bercerai dengan istrinya atau tidak."

Sora dan Kara memeluk Jihye begitu erat. "Jangan sedih. Ada kami bersamamu," bisik Kara.

"Aku tidak sedih," jawab Jihye. Mencoba untuk kembali menyangkal perasaannya yang sedang kalut karena kabur dari Jungkook.

Meskipun Jihye lega, tapi gadis itu merasakan kerinduan. Tidak bohong, memang ada perasaan kesal, benci, dan marah. Tapi perasaan rindu itupun tetap ada.

"Aku melihatnya mencium istrinya di depan mataku. Melihat kemesraan itu. Dia terpaksa atau tidak saat melakukannya, dia tetap sengaja memperlihatkannya di depanku."

Jihye mengembuskan napas dalam. Menyeka air mata yang menetes membasahi pipi, gadis itupun kembali mengingat momen tinggal selama satu malam bersama keluarga kecil Jungkook.

"Aku sangat merasa bersalah dengan anaknya. Aku seperti tengah merebut papanya. Dia adalah kebahagiaan anaknya. Dia sangat menyayangi anaknya. Mana mungkin aku terus berada di tengah hubungan rumah tangga mereka di saat aku melihat Chloe yak mau kehilangan papanya?"

Kara dan Sora menganggukkan kepala—mengerti dengan perasaan Jihye saat ini. Yang bisa mereka berdua lakukan hanyalah memeluk Jihye dan menenangkan gadis itu.

"Itu sudah menjadi pilihan yang tepat, Jiya. Kau harus melepasnya. Hiduplah dengan baik. Kebahagiaanmu akan jauh lebih besar jika kau meninggalkan ahjussi itu."

Jihye mengulas senyum. "Terima kasih banyak. Terima kasih karena kalian berdua selalu ada untukku dan tidak pernah meninggalkanku meskipun aku seperti ini."

"Kami sangat menyayangimu, Jiya. Kau ingat apa? Jika kau sedih, maka kami berdua akan merasa sedih—begitu pula sebaliknya. Jadi, jangan sedih lagi, ya?"

Jihye menganggukkan kepalanya. "Tidak. Aku tidak akan sedih lagi. Terima kasih!" []

Continue Reading

You'll Also Like

795K 58.4K 53
"Seharusnya aku mati di tangannya, bukan terjerat dengannya." Nasib seorang gadis yang jiwanya berpindah ke tubuh seorang tokoh figuran di novel, ter...
93.6K 11.9K 37
Jake, dia adalah seorang profesional player mendadak melemah ketika mengetahui jika dirinya adalah seorang omega. Demi membuatnya bangkit, Jake harus...
86.1K 8.6K 36
FIKSI
152K 11.6K 86
AREA DILUAR ASTEROID🔞🔞🔞 Didunia ini semua orang memiliki jalan berbeda-beda tergantung pelakunya, seperti jalan hidup yang di pilih pemuda 23 tahu...