HOW TO BE A (FAKE) CRAZY RICH✔

By ElAlicia

337K 13.4K 438

TAMAT May contain mature scenes Ray awalnya memiliki segalanya, namun ia kembali jatuh dan bahkan kehilanga... More

INTRO
PROLOG
PROLOG 1.2
1. RENCANA
2. AMBISI
3. PENDEKATAN
5. RAY DAN HARGA DIRINYA
6. PAGI HARI

4. KESEPAKATAN

9.6K 1.3K 32
By ElAlicia

"Aku kira kamu nggak akan datang," gumam Ray dengan senyuman khasnya. Ray meminggirkan tubuhnya agar Gavyn bisa masuk ke kamarnya.

"Aku butuh bantuan kamu," ucap Ray sembari melewati tubuh Gavyn menuju ke arah pantry kamar hotelnya. Ray diikuti dengan Gavyn yang masih diam dan sibuk menelaah Ray yang tampak begitu berbeda.

"Bantuan apa?"

"Fashion week masuk dalam bucket list aku. Aku ingin menghadiri seenggaknya satu fashion week brand besar sebelum pergi," ucap Ray lagi sembari menyandarkan tubuhnya di konter. "Dan kamu pasti bisa membantu aku."

"Pergi maksud kamu?" tanya Gavyn tidak mengerti, sembari mendekati Ray.

'Itu nggak penting," ucap Ray sembari mengibaskan tangannya tidak peduli. "Yang penting adalah apa yang bisa aku berikan ke kamu supaya kamu menyetujui rencana aku."

"Aku nggak masuk ke dalam invitation list mereka. Itu mama aku," jawab Gavyn sembari menggidikkan bahunya tidak peduli dan bersandar si konter yang berseberangan dengan Ray. Kini keduanya berhadapan dengan jarak yang cukup luas di antara mereka.

"Kamu yang nggak mau masuk ke dalam invitation list itu," koreksi Ray dengan nadanya yang pelan. "Kamu Tjandrakusuma. Apa yang nggak bisa dilakukan Tjandrakusuma?"

"Aku dapat apa?" tanya Gavyn lagi dengan seringai nakal mulai muncul di wajahnya. Gavyn melipat kedua tangannya di depan dada, seolah menunjukkan jika dialah yang memegang permainan itu.

"Aku bisa membayar kamu. Sebut saja berapa, aku bakal bayar," gumam Ray, sama angkuhnya seperti Gavyn.

"Aku nggak ingat menjadi simpanan bisa sekaya ini," ejek Gavyn dengan tatapannya yang terang-terangan merendahkan.

Ray memutar bola matanya malas mendengar Gavyn. Ini mulai membosankan. Ray mendekati Gavyn, kemudian meletakkan kedua tangannya di sisi kiri dan kanan tubuh pria itu, seolah memgurung Gavyn agar tidak ke mana-mana. Gavyn menaikkan sebelah alisnya tertarik melihat gestur Ray. Nyatanya wanita yang agresif dan angkuh bisa semenarik ini di matanya.

"Tapi kamu Tjandrakusuma," gumam Ray lagi sembari menyentuh lembut kerah kemeja Gavyn. "Tjandrakusuma tidak membutuhkan uang bukan begitu?"

Gavyn mencondongkan tubuhnya ke arah Ray, mengikis jarak di antara mereka. Ray mendongak, Gavyn menunduk. Tatapan keduanya terkunci antara satu dengan yang lain. Nafas lembut Gavyn bahkan terasa dengan jelas di pipi Ray.

"Kamu nggak mungkin ingin tidur dengan aku kan, sebagai bayarannya?" tanya Ray memastikan.

"Itu ide yang menarik," jawab Gavyn dengan senyuman miringnya. "Kamu nggak suka dengan ide itu?"

"Kita bercinta sekali dan kamu akan memberikan apa yang ak-"

"Sekali?" potong Gavyn pelan sembari menyentuh dagu Ray dengan lembut. "Kalau hanya sekali, aku akan menjadi pihak yang dirugikan di sini."

"Kamu memang bajingan," ejek Ray dengan dengusan tak percayanya. "Aku kasihan pada gadis religius itu."

Gavyn memberanikan dirinya untuk menundukkan kepalanya dan menyembunyikan wajahnya di lekuk leher Ray. Ia menarik simpul jubah tidur Ray hingga terlepas dan jubah itu turun dari pundaknya dan berhenti di sikutnya.

"Bukan kamu satu-satunya yang mengatakan itu," ejek Gavyn di kala ia mulai berani melabuhkan tangannya di tubuh Ray. Gavyn menarik tubuh Ray ke arahnga dan memeluk pinggang wanita itu dengan erat. Ray meremas kemeja Gavyn di kala ia merasakan tensi di antara keduanya kian memanas.

"Jadi, aku hanya perlu bercinta dengan kamu beberapa kali dan aku akan mendapatkan apa yang aku mau?" tanya Ray memastikan kembali.

"Iya, mudah kan?" bisik Gavyn sembari menggigit telinga Ray.

Ray menahan dada Gavyn, menghentikan pria itu meneruskan kegiatan di tubuhnya. "Kalau aku menjadi pelacur kamu, aku ingin imbalan yang lebih besar."

Gavyn menjauhkan wajahnya dari lekuk leher Ray, kemudian menatap wanita itu dengan tatapan bingungnya. Ray mengusapkan tangamnya di dagu Gavyn, kemudian berkata, "Undang aku ke bachelor party-mu. Dan kenalkan aku sebagai teman baikmu."

Senyuman miring muncul di wajah Gavyn. "Kamu ternyata lintah juga," ejek Gavyn pelan. "And then what? Kamu akan merayu pria kaya lainnya di sana supaya kamu bisa terbebas dari kehidupan biasamu?"

"Tanpa mereka pun, aku akan terbebas dari kehidupan ini," jawab Ray berani, lagi-lagi menimbulkan pertanyaan dalam benak Gavyn. "Aku hanya ingin merasakan seperti apa menjadi orang kaya."

"Fine then, but remember, you will be my slut," bisik Gavyn di telinga Ray, membuat bulu kuduk Ray berdiri.

"Deal," balas Ray pantang menyerah.

"Ray... Ray... Ray..." ucap Gavyn berulang kali, sembari menelusurkan tangannya di balik gaun tidur satin itu. Tangan pria itu terus naik, tanpa mempedulikan apakah Ray setuju atau tidak. Tiba-tiba saja Gavyn membalikkan tubuh Ray hingga gadis itu membelakanginya.

Gavyn mendekat ke telinga Ray, kemudian berbisik dengan nadanya yang memerintah, "Membungkuk."

"Tunggu," tahan Ray sembari menekan dada Gavyn agar menjauh darinya. "Tanpa pemanasan?"

"Untuk apa? It's just a sex," balas Gavyn santai sembari menaikkan sebelah alisnya bertanya.

"Tetap saja," jawab Ray keberatan.

"Bukannya kamu udah berpengalaman, Ray?"

"Lalu, kalau aku sudah berpengalaman, aku nggak perlu pemanasan begitu?" Ray mengerutkan keningnya tidak senang.

"Fine," balas Gavyn mengalah. "Do it."

Ray meraih tengkuk Gavyn kemudian mencium bibir pria itu. Ray menggerakkan bibirnya, berusaha menggoda Gavyn. Namun, pria itu pasif -terlampau pasif daripada teman bermainnya dulu. Gavyn tidak membalas ciumannya sama sekali dan malah tetap diam. Ray sengaja menggesekkan tubuhnya di tubuh Gavyn, berharap pria itu mau membalasnya. Ray sudah melakukan yang ia bisa, namun Gavyn tidak tertarik untuk membalasnya. Ray melepaskan ciuman di antara keduanya, kemudian menghela nafas kesal.

"Kamu lebih sulit daripada kakek tua yang pernah aku layani," gerutu Ray sembari menatap mata Gavyn yang melihatnya datar.

"Itu yang kamu bilang ciuman?" ejek Gavyn, membuat Ray mengerutkan kening tersinggung. "Kamu yakin kamu bukan perawan, Ray?"

"Kamu pastiin sendiri aja," pancing Ray, membuat Gavyn tersenyum miring.

Gavyn menarik tengkuk Ray tanpa aba-aba sedikit pun, lalu melandaskan bibirnya di bibir Ray. Pria itu menciumnya dengan cara yang tidak pernah Ray tahu sebelumnya. Gavyn menggoda Ray dengan lidahnya. Kupu-kupu berterbangan di perut Ray ketika Gavyn menciumnya dengan cara seperti itu. Setelah berciuman dengan Gavyn, Ray baru menyadari jika ciuman yang dilakukannya selama ini hanyalah ciuman yang dilakukan bocah; ringan dan sederhana.

Gavyn memberikan gigitan kecil di bibir bawah Ray. Ray mengaduh di sela ciuman mereka, karena gigitan tak terduga pria itu. Ia meremas kemeja Gavyn, meminta pria itu berhenti, sebab nafas Ray tidak sanggup meneruskannya lagi. Gavyn mengerti dan melepaskan ciuman di antara keduanya. Nafas Ray tersengal-sengal, matanya sayu dan pipinya merah padam. Ray menundukkan kepalanya, menghindari tatapan Gavyn

Gavyn menaikkan dagu wanita itu ke arahnya dan memaksa Ray untuk melihatnya. "Kamu yakin kamu sudah pernah melakukan ini, Ray?" tanya Gavyn sedikit kebingungan, sebab Ray tampak seperti tidak berpengalaman.

"Bisa berhenti bertanya seperti itu?" gerutu Ray tampak kesal. "Mulai menjengkelkan."

"Kenapa?" Senyuman nakal mulai menari di wajah Gavyn. Pria itu menunduk, kemudian berbisik di telinga Ray, "Karena harga dirimu terluka?"

"Kalau pun ini pertama kali bagi aku, kamu akan melakukan apa?"

"Aku akan berusaha lembut," jawab Gavyn dengan nadanya yang serius.

Ray menatap Gavyn dengan tatapan tidak percayanya. "Membosankan," ejek Ray. "Nggak perlu aneh-aneh. Cukup lakukan saja yang kamu bisa."

Gavyn menaikkan sebelah alisnya dengan raut wajah tertarik. "Fine. Aku nggak akan berhenti, meskipun kamu memintanya. Itu kan yang kamu mau?"

"Try me," jawab Ray dengan tatapan menantangnya. Tatapan itu menghancurkan pertahanan Gavyn. Gavyn meraih tengkuk Ray dan melabuhkan ciuman agresifnya di bibir wanita itu.

Kali ini, Gavyn tidak main-main dengan perkataannya. Ia tidak akan berhenti, meskipun Ray memintanya untuk berhenti.

TBC...

Hola bestie, enjoy👀

Continue Reading

You'll Also Like

493K 98.2K 54
Kisah sederhana antara foto dan kopi?
172K 9.1K 20
Karina Anastasia, seorang gadis yang membenci dirinya sendiri karena kelebihan six sense yang dimilikinya. Kemampuan dapat membaca pikiran itu membua...
116K 2.5K 4
"Satu-satunya yang dapat diabadikan oleh alam hanya seni. Cinta adalah salah satunya. Butuh keberanian untuk mencintai dan kamu telah lebih berani me...
870 70 52
Alioth Castor bukanlah seorang pria biasa, ia berasal dari semesta yang bernama Centaurus dan merupakan anak dari Dewi Air yang pernah memimpin neger...