Om Alex (My Cold Husband) ✓

By fiyaseni

5M 272K 8.5K

[Beberapa Part di hapus acak. PO 06 Juni 2024!] Masa SMA adalah masa yg paling indah. Katanya. Namun, tidak b... More

1. Prolog
2. Brianno Alexander Thomas
3. Bianca Olivia
4. Sweet Seventeen
5. Bad Birthday Gift
6. Married
7. Alex House
8. First Day at Alex's House
9. Ayonha and the Genk
10. My Father
11. Bianca Loves Daddy
12. Locked
13. Alex's True Nature
14. Bracelet
15. Parent's-in-law Good
16. Roti Sobek
18. Have a Soft Heart
19. Panggilan Mamah
20. Tawaran Brayn
21. Wife or Maid
22. Masa lalu Alex
23. Berubah?
24. Mall
25. Frustasi Alex
26. Perubahan Sikap Alex
27. The Other Side of Alex
28. Terkurung Berdua
29. Benarkah?
30. Negative Thinking
31. Kahwatir
32. Tragedi Malam
33. Ketakutan Bianca
34. Kecupan
35. Kecurigaan Ayonha
36. Gossip About Alex
37. Pikiran Alex 😌
38. Melakukan Itu?
39. Comeback Work
40. Mulai Posesif
41. Sekarang?
42. Childish
43. Sebuah Pengakuan
44. Kondisi Alex
45. Hinaan terhadap Bianca
47. Ungkapan Hati Alex
48. Jawaban
49. Mulai Terbongkar
51. Terbakar api Cemburu
52. Lelah
53. Permintaan Bianca
54. Hal Bodoh Alex
55. Baikan ☺️
57. Pemberitaan di Sekolah
58. Ngambek
59. Percobaan 🤭
60. Salah Paham!
61. Kebenaran
62. Holiday and Honeymoon
64. LOVE YOU
68. LDR
69. Hari Kelulusan
70. Hamil?
Promosiii .....
Terbit???
Vote Cover & Giveaway!!!
Mulai PO
OPEN PO NOW!!!

17. Bianca the Little Girl

67.9K 4.7K 204
By fiyaseni

Kebenaran akan terungkap kalau Bianca adalah gadis kecil itu.

TERBIT JUNI 2024 INI YA GUYS ... YUK, BERITAHU YG LAIN KITA WAR BARENG. NABUNG DARI SEKARANG OKEH 🤗🥰 follow Instagram @fiyaseni. Karena aku akan kasih info disana dan di cerita ini.

Votement jangan lupa 👌
Happy reading guys🥰
.
.
.

"Brayn mau nanya sama Papah. Kenapa Bianca bisa dipecat Pah?" tanyanya yang terus menatap sang Papah.

Tian menghela napasnya. "Begini nak, Bianca melakukan kesalahan yang mengakibatkan dia dipecat dari Cafe itu,"

"Kesalahan apa, Pah? Kesalahan Bianca terlalu berat, hingga dia harus dipecat?" tanya Brayn yang agak emosi.

"Brayn kamu tenang dulu nak. Bukan Papah yang mecat Bianca, tapi pemilik dari Cafe tersebut yang langsung memecat dia."

Brayn terdiam, ia mengatur napasnya, lalu kembali melihat sang Papah. "Pak Alex?" tanya Brayn yang langsung dibalas satu anggukan pasti oleh Papahnya.

Brayn pun bangkit dari posisinya dan berjalan dengan langkah cepat menuju kearah kamarnya. Tian menatap punggung sang anak yang menjauh darinya, ia membatin. "Jangan sampai kamu tau nak, kalau Pak Alex itu sekarang telah menjadi suami Bianca," Lalu ia duduk kembali dan menlanjutkan aktivitasnya.

Brak!

Alex menutup pintu kamarnya dengan keras. Deburan emosi masih berpacu didalam dadanya, ia berjalan dengan napas yang tak beraturan, mengusap seluruh wajahnya dan melihat dirinya didepan cermin kamarnya. Alex menatap dirinya, menutup kedua matanya sejenak, mencoba meredam amarahnya.

"Alex sayang Mamah kan, kalau Alex sayang Mamah. Alex nurut ya apa yang Mamah ucapkan."

Ia langsung membuka matanya, mengingat kata-kata yang pernah Mamahnya sampaikan pada dirinya.
Lelaki bertubuh atletis itu menyugarkan rambutnya, ia menoleh dan melihat foto sang Mamah yang berada dimeja kamarnya. Ia menghampiri foto itu dan duduk dikasur seraya memegang foto tersebut.

"Alex inget ya kata-kata Mamah. Akan ada wanita yang datang untuk Alex, yang sama sayangnya seperti Mamah menyayangi kamu."

Ia mengingat kembali perkataan sang Mamah. Alex menaruh foto itu kembali ditempatnya, "Apa Bianca wanita itu, Mah?"

Bi Inah mencoba membangunkan Bianca, ia menyentuh pipi gadis itu."Non, bangun Non. Non Bianca," Namun, gadis berambut panjang lurus itu tak merespon sedikit pun. Karena semakin khawatir akan kondisi Bianca, ia pun segera berlari menaiki tangga menuju kamar Alex.

Tok ... Tok ... Tok ...

"Den Alex, buka Den. Den Alex, ini Bibi Den,"

Alex menghiraukan panggilan dari Bi Inah, bukan lantaran tidak mendengarnya. Ia mendengarnya namun malas, karena pasti kedatangan Bi Inah meminta bantuannya untuk menolong Bianca yang pingsan di tangga tadi. Lelaki bertubuh tinggi itu malah merebahkan dirinya dikasur dan masih tak menggubris panggilan dari Bi Inah, mengambil earphone di lacinya dan memasangkannya dikedua telinganya dengan volume lagu yang keras.

Berkali-kali Bi Inah mengetuk serta memanggil Alex, tak juga ada sahutan dari dalam sana. Ia pun semakin panik dan bingung akan meminta bantuan kepada siapa lagi, apalagi hari sudah mulai gelap siang pun berganti malam. Bi Inah, berlari kembali menuruni tangga dan berlari kearah telpon rumah. Ia memekan tombol nomor ditelpon tersebut dengan terburu-buru. Tak lama dari itu, panggilan pun tersambung, dan Bi Inah pun segera berbicara. "Hallo Pak,"

*****

Seorang gadis cantik tengah duduk dipinggir kolam rumahnya. Ia mencelupkan kedua kakinya di kolam tersebut seraya menatap indahnya langit malam kala itu. Gadis itu mengerjapkan kedua matanya sejenak.

"Aku ... akan selalu jadi sahabat kamu."

Seperdetik ia menutup matanya, gadis itu mengingat perkataan yang pernah diucapkan oleh sahabat kecilnya dulu. Ia mengusap seluruh wajahnya, mengacak rambutnya.
"Brayn, Argh!" teriak gadis itu.

Flashback.

Dua orang siswa dan siswi Sekolah Dasar baru saja pulang sekolah, mereka berjalan bersama dengan penuh canda dan tawa. Setelah sampai didepan rumah mereka yang memang bersebelahan, keduanya pun saling melambaikan tangan masing-masing, kemudian masuk ke dalam rumah. Tak butuh waktu lama, gadis kecil itu keluar dari rumahnya sambil berlari menuju ke rumah temannya. Ia berdiri dihalaman rumah tersebut.

"Brayn ... Brayn ... Main yuk," panggil gadis kecil itu.

Temannya pun keluar dan menemuinya, ia memasang wajah murung didepan gadis kecil itu. "Kamu kenapa, kok sedih?" tanya gadis kecil itu dengan polos.

"Maaf Ayonha, kayanya apa yang kita omongin kemarin itu bener. Kalau Papah aku pindah tugas,"

Gadis kecil itu terdiam sejenak, ia menatap wajah temannya. "Jadi kamu beneran pindah?" tanyanya dengan mata berkaca-kaca.

Brayn mengangguk secara perlahan. "Bahkan sekolah aku pun pindah. Kamu lihat kan, barang-barang aku udah diberesin, dan Papahku tinggal nunggu mobil pengantaran barang datang," ujarnya seraya memperlihatkan banyaknya barang-barang dihalaman rumahnya.

Gadis kecil itu terdiam, perlahan butiran bening jatuh dipipinya. Pria kecil itu mengusap lembut airmatanya "Ayonha nggak usah sedih, aku akan selalu jadi sahabat kamu."

*****

Mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu dengan teman masa kecilya, membuat Ayonha menitihkan airmata. Ia mengusap seluruh wajahnya.

"Bryan lo bohong Brayn, katanya lo akan selalu jadi sahabat gue. Mana janji lo Brayn, sekarang lo malah selalu belain cewe' kampungan itu si Bianca," lirihnya.

Airmatanya semakin terjun bebas dipipinya, ia sangat marah karena hubungannya dengan Brayn sekarang tak seperti dulu lagi. "Argh !!!"

*****

Dering ponsel yang berkali-kali berbunyi, membangunkan lelaki tampan dengan alis tebal itu. Perlahan, ia membuka kedua matanya dan meraih ponselnya yang berada diatas meja tersebut, segera dilihatlah layar ponselnya yang ternyata sang Papah yang menguhubungi dirinya, bahkan mengirim pesan sampai puluhan kali. Ia menghela napasnya, mengusap kedua matanya dan duduk.

"Alex, kamu ke Rumah Sakit Sentosa sekarang. Papah mohon kali ini dengarkan Papah, Lex."

Alex sebenarnya malas menuruti permintaan Papahnya, apalagi ini pukul 22.00. Waktunya orang untuk beristirahat. Alex melihat foto sang Mamah, ia tersenyum tipis. Lalu segera bangkit dari posisinya dan mengambil kunci mobil serta jaket. Tak lama, ia berlari kecil menuruni tangga menuju garasi rumahnya, menaiki mobil hitam miliknya menuju ke Rumah Sakit.

Beberapa menit telah berlalu, Alex pun sampai di Rumah sakit. Ia segera turun dan menuju ke ruangan yang dituju. Dirinya melihat sang Papah tengah duduk dikursi yang berada diluar ruangan tersebut. Alex berjalan perlahan menuju Papahnya. Thomas pun melihat kearah sang anak yang berjalan mendekatinya, ia berdiri. Dan kini, mereka saling berhadapan satu sama lain.

Plak!

Satu tamparan mendarat mulus dipipi Alex. Syok, pasti. Alex tak mengetahui apa pun, ia tidak mengerti mengapa sang Papah menampar dirinya. Perlahan, ia menoleh kearah sang Papah. Thomas menatap sang anak dengan perasaan campur aduk, ia marah namun kasihan. Thomas segera mengambil ponselnya dan diperlihatkan kepada anaknya isi dari ponselnya tersebut. Pandangan Alex pun tertuju pada ponsel tersebut.

"Jadi, apakah selama Bianca tinggal di rumah kamu. Kamu memperlakukannya dengan seperti ini?" tanya sang Papah.

Alex tertegun, ia melihat isi dari rekaman CCTV di rumahnya yang sempat diambil oleh Papahnya, saat ke rumahnya waktu menolong Bianca tadi. Perlahan, ia kembali menatap sang Papah.

"Jawab Alex!" bentak Thomas.

Rika, baru saja keluar dari ruangan itu. Melihat sang suami yang marah pada anaknya, membuat Rika pun cepat-cepat meredakan sang suami. "Pah, sudah Pah. Ini rumah sakit,"

"Tapi perlakuan dia ini sudah kelewatan. Kamu tadi lihat sendiri kan Mah, direkaman CCTV tersebut, bagaimana perlakuan dia ke Bianca,"

"Iya Pah. Iya aku tahu itu, tapi ini rumah sakit. Redam emosi Papah,"

Thomas menghela napasnya, ia meredam emosinya dan kembali menatap sang anak. "Kalau niat awal kamu menikahi Bianca, hanya untuk menyiksanya. Lebih baik kamu tinggalkan dia sekarang Alex,"

Alex mendengus pelan. "Alex menikahi Bianca karena itu amanah dari Mamah. Dan apa pun yang berhubungan dengan Mamah, Alex pasti akan turuti," jawabnya yang menatap sang Papah

"Kamu bilang, menikahi Bianca karena itu amanah dari Mamah. Tapi, jika kamu menyiksa Bianca dengan seperti ini. Itu sama saja kamu membuat sedih Mamah kamu, Alex."

Mendengar semua perkataan yang Papah ucapkan padanya, membuat Alex tertegun. Papahnya mengusap seluruh wajahnya, ia menahan airmata yang hendak turun dipelupuk matanya, sang istri terus berada disampingya seraya menenangkannya.

Thomas mendekat kearah anaknya namun dihalangi oleh Rika, ia takut suaminya akan emosi lagi terhadap anaknya. Namun, Thomas menggelengkan kepalanya, memberikan tanda 'tidak' pada Rika. Ia pun membiarkan Thomas berjalan mendekati sang anak, namun Rika masih terlihat was-was, ia takut suaminya akan lepas kontrol dan menghajar Alex. Rika masih memerhatikan keduanya.

Thomas memegang pundak Alex dengan lembut. "Alex, asal kamu tahu nak. Mamah kamu punya alasan, mengapa dia menjodohkan kamu dengan Bianca. Dan Papah yakin, Bianca adalah wanita yang tepat untuk kamu,"

Alex masih terdiam, ia melepaskan pegangan tangan Papahnya secara perlahan, lalu berjalan menjauh. Thomas kembali berbicara pada Alex walaupun ia tahu Alex tak mengubrisnya.

"Asal kamu tau Nak, Bianca adalah gadis kecil 10 tahun lalu yang berhasil membuatmu tersenyum setelah kepergian Mamahmu."

Ucapan sang Papah berhasil membuat Alex menghentikan langkahnya. Ia berbalik dan menatap sang Ayah dari kejauhan.

"Kamu ingatkan, gadis kecil yang pernah memberi kamu saputangan serta gelang sepuluh tahun yang lalu, Nak. Dia adalah Bianca, yang sekarang menjadi istrimu,"

Deg,

Alex masih bingung dengan perkataan sang Papah, ia tidak tahu apakah yang dikatakan Papahnya itu benar atau tidak. Ia kembali berbalik, dan berjalan menjauh dari sang Papah.

Rika, mendekati suaminya. "Ayo Pah, kita masuk. Kasian Bianca sendirian didalam," ajaknya. Thomas pun mengangguk, dan mereka masuk kedalam ruangan tersebut unatk menemanii Bianca.

Alex menatap dirinya didepan cermin toilet di rumah sakit itu. Kata-kata sang Papah masih terdengar jelas ditelinganya, ia masih belum mengerti apa yang Papahnya katakan itu benar. Alex menyalakan air dari wastafel tersebut, lalu ia basuh wajahnya beberapa kali, dan melihat dirinya lagi didepan cermin.

"Kalau memang benar, Bianca adalah gadis kecil itu. Berarti gue udah melakukan kesalahan selama ini dengan dia," batinnya

Pagi, tepatnya pukul 06.00. Seorang gadis cantik yang tengah terbaring di rumah sakit, membuka kedua matanya secara perlahan. Bola matanya berkeliling dan melihat kearah seseorang yang tertidur duduk tepat disampingnya.

Alex. Yap, lelaki itu adalah Alex yang membuat dirinya terjatuh ditangga semalam akibat berlari gara-gara dikejar olehnya.

"Perasaan semalam cuma ada Papah sama Mamah. Tapi, kenapa sekarang ada Om Alex disini, terus mereka sekarang kemana?" batin Bianca

Gadis kecil itu mencoba untuk bangkit, namun karena rasa nyeri dikepalanya yang masih terasa sakit, membuatnya pun kesulitan untuk bangkit dari ranjangnya.

Alex terbangun, karena merasakan bahwa ranjang itu bergerak, ia pun membuka kedua matanya seraya mengusapnya beberapa kali. Matanya langsung melihat Bianca yang memegangi kepalanya. "Kamu kenapa, Pusing?" tanya Alex dengan raut wajah datar.

Bianca tak menjawab pertanyaan dari Alex, ia hanya melirik dengan ekor matanya sekilas. "Saya tanya kamu Bianca. Kamu kenapa?" ulang Alex yang masih tak digubris oleh Bianca, ia masih kesal terhadap perlakuan Alex pada dirinya tadi malam.

Lelaki itu menyugarkan rambutnya, ia mendengus pelan. "Sekali lagi saya tanya baik-baik. Kamu kenapa?"

Bianca hanya menggeleng menanggapi pertanyaan Alex.
Alex pun berdiri dan mengambil ponsel yang berada disaku celananya, lalu menelpon seseorang. Bianca memerhatikan lelaki rese yang sekarang ini telah menjadi suaminya sekaligus monster bagi dirinya.

"Sekarang dia nungguin gue, apa setelah gue sembuh dia bakal nyiksa gue lagi. Aneh. Sikapnya selalu berubah-ubah," batin Bianca yang masih memerhatikan lelaki itu.

Alex baru saja mengakhiri telponnya, ia menaruh ponselnya di saku celananya dan kembali menghampiri Bianca. "Sebentar lagi saya mau berangkat ke kantor. Tenang aja, nanti kamu ditemani oleh Papah dan istrinya," ucapnya yang kemudian berjalan menuju sofa di ruangan tersebut mengambil jaket miliknya disana.

Tiba-tiba, Bianca merasakan sesuatu, ia terasa ingin ke toilet.
Alex memakai jaket itu dan mengambil kunci mobilnya, ia berjalan menuju pintu keluar.

"Om," panggilan Gadis cantik itu menghentikan langkahnya, ia pun menoleh kearah Bianca.

"Boleh minta tolong?" tanya Bianca dengan nada pelan.

Alex menghela napasnya, ia berjalan menuju Bianca dan berdiri tepat disamping ranjangnya, menatap Bianca dengan tatapan tajam. Melihat hal tersebut, membuat gadis bergigi gingsul itu pun sedikit menundukkan kepala.

"Menjaga kamu semalaman saja sudah buat saya repot. Sekarang kamu mau minta tolong apa lagi pada saya." desisnya.

.
.
.

Alex bisa berubah nggak sih 😌
Oke tungguin up-nya tiap weekend ya 😉

Share, Vote and coment 👌
Terima kasih 😊🙏

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 62.3K 24
(Selesai) WARNING!!! (17+)‼ MENGANDUNG KATA VULGAR DAN KASAR‼ ADA SEDIKIT ADEGAN ++‼ Hanya kisah seorang gadis yang berumur 17 tahun bertemu seorang...
720K 63.1K 70
"Aduh om, maaf banget ya." "Jangan panggil saya om, saya masih muda." ✿.。.:* ☆:**:. ℍ𝐨Ⓣ ČEØ .:**:.☆*.:。.✿ ‼️ Dilarang keras men cop...
78.6K 4.5K 45
_Bulan Pradipta_ Bekerja di salah satu perusahaan musuh adalah musibah terbesar, dan musibah itu harus gue rasaiin setiap hari. Baru seminggu bekerja...
101K 4.9K 32
Lo mau apa?"Tanya May saat gue memegang sapu. Nih anak,udah tau gue megangi sapu! Pake nanya lagi. "Mau dandan"Ucap gue ketus. "Dandan kok pake sapu...