ARGATARA [NEW VERSION]

By sankaara

368K 19.3K 6.6K

[FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA] Gimana rasanya nikah saat masih dibangku SMA? Apalagi nikahnya di j... More

PROLOGUE
VISUAL KARAKTER
[Bagian 1] Calon Suami?
[Bagian 2] Hampir Batal
[Bagian 3] Coffe Latte
[Bagian 4] You're Mine
[Bagian 5] Arga Marah
[Bagian 6] Sunset with Kak Daniel
[Bagian 7] Posesif
[Bagian 8] Masa lalu Bella
[Bagian 9] Cowok Brengsek
[Bagian 10] Makan Malam
[Bagian 11] Arga & Bella?
[Bagian 12] Liontin Hati
[Bagian 13] Mantan Arga
[Bagian 14] Will you be my fiance?
[Bagian 15] Gawat!
[Bagian 16] Permintaan Tara
[Bagian 17] Besok Nikah?
[Bagian 18] Mantan dan Sahabat
[Bagian 19] Pernyataan Pahit
[Bagian 20] Sorry Daniel
[Bagian 21] Rencana Jahat? Gagal
[Bagian 22] The Wedding
[Bagian 23] First Night
[Bagian 24] Morning Kiss
[Bagian 25] Jealous?
[Bagian 26] Masalah Baru
[Bagian 27] Berubah?
[Bagian 28] Siapa dia?
[Bagian 29] Pengganggu
[Bagian 30] Gosip
[Bagian 31] Selingkuh?
[Bagian 32] Pertengkaran hebat
[Bagian 33] Mabuk & kesempatan
[Bagian 34] Akting yang bagus
[Bagian 35] Mode ngambek
[Bagian 36] Making baby?
[Bagian 37] Terbongkar
[Bagian 38] Tania & Archella?
[Bagian 39] Awal Pertemuan (Archella & Tania)
[Bagian 40] Awal pertemuan (Arga & Bella)
[Bagian 41] Pernah bertemu
[Bagian 42] Di godain cogan
[Bagian 43] Hukuman Tara
[Bagian 44] Izin Prom Night?
[Bagian 45] Siapa Alyne?
[Bagian 46] Acara Prom Night!
[Bagian 47] Bella berulah lagi?
[Bagian 48] Perempuan gila
[Bagian 49] Tara Keguguran?
[Bagian 50] Tara egois?
[Bagian 51] Testpack?
[Bagian 52] Garis dua
[Bagian 53] Mimpi buruk
[Bagian 54] Tanggung jawab
[Bagian 55] Arga & Tania?
[Bagian 56] ??? (special part)
[Bagian 58] Luka dan Obat
[Bagian 59] Menikah lagi?
[Bagian 60] Kepergian Tara dan Kehancuran Tania
ARGATARA END
EXTRA PART 1
EXTRA PART 2
EXTRA PART 3
EXTRA PART 4

[Bagian 57] Sisi lain Arga

1.9K 154 65
By sankaara

VOTE KOMEN JUSEYOOO
ARIGATOOOU

Happy Reading

༻୨♡୧༺


"Sayang, nanti kamu temenin Tania, yaa? dia sendirian di apartemen, kamu mau kan nemenin Tania?"

"Males," jawab Tara cuek, masih fokus pada ponselnya.

"Dia sendirian Tara, kamu tega biarin Tania yang lagi hamil sendirian di apart?" Arga berucap seraya menatap istrinya dengan tatapan tak percaya.

"Tega lah, biarin aja sendirian. Aku nggak perduli," ucap Tara dengan santai membuat tatapan Arga berubah menjadi tajam.

Pria itu merebut ponsel Tara, ia menatap istrinya dengan tatapan marah.

"Apa? mau marah sama aku?" tantang Tara yang sudah berdiri dari duduknya.

"Kamu kok jadi gini sih, Ra?? tinggal nurut aja apa susahnya? lagian aku nggak nyuruh kamu buat ngebabu di sana, aku cuman suruh kamu temenin Tania," ucap Arga dengan nada penekanan.

DIH?

DIH?

Tara menghela napasnya kasar, ia sudah cukup muak karena Arga selalu membawa masalah Tania ke dalam hubungan rumah tangga mereka.

"Tania Tania terus yang ada dipikiran kamu! Aku nggak mau Arga, aku nggak suka disuruh-suruh!" ucap Tara dengan nada mulai meninggi.

Belakangan ini Arga sudah jarang tinggal di rumah bersamanya, pria itu lebih mementingkan Tania yang tengah mengandung anaknya, hahaha bahkan Tara ragu kalau bayi yang ada dalam perut Tania itu adalah anak dari suaminya, mengingat pergaulan bebas yang pernah melekat pada diri perempuan itu saat tinggal di Aussie.

"GUE SUAMI LO ANJING, NURUT AJA BISA NGGAK, SIH?!" geram Arga dengan nada membentak membuat emosi Tara memuncak. Perempuan itu membalas dengan nada tak kalah tinggi.

"YA GUE GAMAU BANGSAT!" balas Tara membuat Arga terdiam beberapa detik lalu tersenyum miring.

Pria itu melangkahkan kakinya mendekati Tara lalu menarik pinggang istrinya sekali tarikan. "Udah berani, hm?"

Tara meronta-ronta minta dilepaskan tetapi Arga semakin kuat mencengkram pinggangnya. "Lepasin, sakit!!"

"Sering aku tinggal di rumah jadi makin liar ya kamu. Siapa yang ngajarin kamu jadi berani sama suami, hah? SIAPA?!" bentak Arga di depan wajah Tara, membuat perempuan itu memejamkan matanya karena suara bentakan yang memekikan telinga itu.

"Lo brengsek tau nggak?!" maki Tara, kini emosinya tidak bisa dikontrol, ia sudah muak dengan suaminya itu.

Arga tersenyum remeh mendengar makian istrinya itu. Tatapan mereka saling beradu satu sama lain. "Gue benci banget sama lo--- mphhh.." Arga langsung membungkan mulut Tara dengan bibirnya. Ia mencium Tara dengan kasar, membuat bibir istrinya terluka. Ini baru pertama kali, Arga menciumnya dengan kasar, membuat Tara sedikit takut.

Setelah beberapa menit, Arga melepaskan ciumannya karena Tara yang terus-menerus memukul dadanya. Arga mengusap bibirnya yang basah lalu tersenyum puas melihat ekspresi wajah istrinya. Tara menjauh lalu menatap suaminya itu dengan tatapan nyalang.

"LO GILA ARGA! LO GILA!!" teriak Tara.

Perempuan itu hendak berlari keluar kamar tetapi lengannya langsung ditarik oleh suaminya. Arga memutar tangan Tara kebelakang membuat sang empu berteriak kesakitan. "Akhh, sakit Arga lepasin!" rintih Tara, kini matanya mulai berkaca-kaca.

"Minta maaf!" Tara masih diam, membuat Arga geram. Pria itu sedikit menekan tangan Tara membuat perempuan itu merintih kesakitan.

"Akhh i-iya, aku minta maaf. Lepasin sakit, Ga," ucap Tara pelan.

Arga melepaskan tangan istrinya lalu berucap, "Aku nggak suka ya sama perkataan kamu tadi, maaf kalo cara aku kasar. Tapi aku cuma pengen kamu nurut, sayang," ucap Arga mulai melembut.

dih strees lo?

Tara terdiam, jujur ia masih syok dengan perbuatan Arga beberapa menit yang lalu. Pria yang bernotabe sebagai suaminya itu hampir saja mematahkan tangannya? Hhh, tidak salah? Mungkin setelah kejadian ini, Tara akan sedikit menjaga jarak dengan Arga, ia takut.

"Sayang?" Tara masih tak menjawab. Perempuan itu masih melamun dan tanpa sadar air matanya menetes membuat Arga termenung.

"Raa.. Aku kelewatan yaa? Maaf, aku minta maaf. Tangan kamu sakit?" Arga memeriksa tangan istrinya dengan hati-hati. Masih tidak ada respon dari Tara, perempuan itu malah menatap Arga dalam diam.

"Sayang, kamu jangan diem aja. Aku minta maaf," ucap Arga lalu memeluk istrinya.

Arga berkali-kali mengucapkan kata maaf pada istrinya. Tara merasakan pundaknya basah. Ia menolehkan kepalanya sedikit, ternyata suaminya itu tengah menangis sesenggukan.

"Ngapain nangis? Aku nggak papa, Arga," ucap Tara melembut, perempuan itu mencoba melepaskan pelukannya.

Arga menggeleng, ia malah semakin mengeratkan pelukannya dan enggan untuk melepaskannya. Tara menghela nafas panjang. "Yaudah sini, duduk dulu, capek tau berdiri mulu dari tadi," ajak Tara lalu mereka berdua duduk dipinggir ranjang dengan Arga yang masih memeluk istrinya.

Pria itu menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher Tara. "Kok jadi lo yang nangis, sih? cengeng amat," celetuk Tara bingung seraya mengusap pelipis suaminya yang basah karena keringat.

Arga mengigit leher Tara, ia tidak suka mendengar kata lo-gue yang keluar dari mulut istrinya. "Awss! Sakit, Argaa!"

"Makanyaaaa!" sahut Arga tidak jelas.

Oke, bahkan sekarang pria berbadan besar itu berubah dan bertingkah seperti anak kecil yang sedang merajuk pada ibunya karena tidak dibelikan mainan.

"Ihh gajelas banget, tadi aja kasar sekarang jadi kayak bayi!" cibir Tara.

"Minggir ah aku mau keluar." Tara berusaha menyingkirkan badan besar milik suaminya itu tetapi nihil, tenaganya tidak sebanding dengan Arga.

"Hiks-- aku jahat ya sama kamu? ini bibir kamu sampe hikss-- luka..." ucap Arga sesegukan.

Tara menghela nafasnya. Jujur ia tidak tahan dengan Arga jika sudah bersikap seperti ini. Iya, gemes kayak anjing, hehe.

Tara menghapus air mata suaminya lalu menangkup kedua pipi Arga. Perempuan itu menatap mata suaminya yang sudah memerah akibat menangis. "Cupcupcup, udah jangan nangis. Aku gapapa..."

Tara mencium kedua pipi suaminya itu lalu mengecup singkat bibirnya dan tersenyum hangat menatap Arga.

Arga kembali memeluk Tara dengan menyembunyikan wajahnya di sela-sela dada Tara membuat perempuan itu sedikit geli dan tak nyaman, walaupun mereka sudah sering seperti itu bahkan lebih tetapi tetap saja Tara merasa risih.

"Sayang.." panggil Arga pelan.

"Apa?" sahut Tara yang masih mengusap-usap rambut suaminya itu.

"Nanti kamu mau yaa temenin, Tania? Aku mohon, mau yaa??" pinta Arga memohon membuat gerakan tangannya terhenti.

apasih anj tania mulu

Tara menghela napasnya lalu mengangguk mengiyakannya, ia takut jika menolak Arga akan marah dan melakukan hal kasar lagi padanya. "Iyaa, tapi Tania aja yang ke sini. Aku lagi males keluar rumah soalnya," jawab Tara.

Arga tersenyum lalu mengeratkan pelukannya. Tangan pria itu bergerak untuk menuntun tangan Tara agar kembali mengusap-usap rambutnya lagi.

"Usapin rambut aku, sayang," pinta Arga tetapi Tara masih enggan melakukannya.

"Nggak mau ah, kamu jelek," ledek Tara membuat Arga memberengut kesal.

"Sayanggg... cepetan ihh usapin," rajuk Arga dengan nada manja.

"Yauda iyaa aku usapin, itung-itung kenangan terakhir yaa buat kamu siapa tau nanti kamu kangen sama usapan aku, hahaha," celetuk Tara sambil tertawa getir.

Deg!

Arga termenung mencerna maksud dari ucapan istrinya itu. Seketika pria itu membalikkan tubuhnya membuat Tara tersentak kaget. "Kenapa?" tanya Tara bingung.

"Maksud ucapan kamu tadi apa, Raa?" Arga bertanya balik dengan raut wajah cemas dan ketakutan.

Tara ikut terdiam, ia juga tidak sadar dengan ucapannya tadi. Sekarang itu bingung harus menjawab apa. "Ah itu... gapapa lupain aja," jawab Tara dengan senyum kaku.

Arga kembali memeluk pinggang istrinya seraya mengucapkan kalimat yang tidak terlalu jelas didengar karena wajah pria itu yang tersembunyi. "Kamu nggak boleh pergi kemana-mana."

"Apapun yang terjadi harus tetep disini sama aku, pokonya aku nggak mau kamu pergi."

Ya begitulah kira-kira ucapan Arga, membuat Tara bingung harus melakukan apa untuk kedepannya.

༻୨♡୧༺

17.00 WIB

Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore tetapi suaminya itu belum pulang juga. Tara sudah bosan harus tinggal berdua dengan gadis, oh ralat perempuan yang tengah hamil muda itu. Tara menyibukkan diri dengan ponselnya saat melihat Tania mulai mendekat ke arahnya.

"Kak..." panggil Tania membuat Tara mendongakkan kepalanya, menatap perempuan itu dengan malas.

Tara hanya menyahut dengan dehaman. "Eum--"

"Apa? Buruan deh, gue sibuk nih," sela Tara dengan nada sedikit jengkel.

"Kak, sebelumnya aku minta maaf karna udah lancang ngomong gini, tapi aku cuma mau kakak lepasin Kak Arga buat aku sama bayi ini ya? dan setelah itu kakak pergi tinggalin kita supaya kita bertiga hidup tenang," ucap Tania dengan tidak tahu malu.

Tara berdiri dari duduknya lalu bersedekap dada seraya tersenyum penuh makna. "Makin gatau diri ya kamu?"

"Maaf kak, tapi untuk kali ini aku harus jadi egois dan mementingkan kebahagiaan aku sendiri walaupun itu diatas penderitaan oranglain, aku nggak peduli. Aku cape kak, dari kecil gak pernah bahagia dan selalu menderita! Aku juga mau kayak orang-orang yang punya kebahagiaan utuh, tolong ngertiin aku," ucap Tania dengan keberaniannya.

Sepertinya perempuan itu sedang menunjukkan sifat aslinya kepada Tara. Semakin lama Tania menjadi besar kepala karena sikap dan perlakuan Arga yang baik dan lembut kepadanya.

"Kamu kayak gitu karena selalu merasa kurang dan nggak bersyukur atas apa yang kamu terima, Tania! Kamu nggak sadar yaa dulu kamu itu hidup dipanti asuhan dan diadopsi sama keluarganya Arga? Kamu dibiayain sekolah dan tinggal bareng Oma Karina di Aussie. Tapi apa? Kamu masih merasa kurang?" Tara menjeda kalimatnya.

"Asal kamu tau ya, Tania. Aku udah selidiki jejak digital kamu waktu tinggal di Aussie. ternyata kamu nggak sepolos yang aku lihat di hari pertama kali kita ketemu," ucap Tara dengan senyum kemenangan menghiasi wajahnya.

Tania bungkam seribu bahasa, wajahnya berubah menjadi pucat pasi. Perempuan itu menelan salivanya dengan susah payah. "Ma-maksud Kak Tara apa? Aku nggak ngerti," jawab Tania dengan terbata-bata.

"Gue udah tau kok, anak yang lo kandung itu belum tentu anaknya Arga, kan?" tebak Tara cukup membuat wajah Tania memucat.

"M-maksud Kak Tara apasih? Jelas-jelas ini a-anaknya Kak Arga kok!" elak Tania mencoba membela diri.

Tara tersenyum miring melihat ekspresi Tania yang tidak bisa ditutupi. Dasar bodoh, bahkan ia tidak pandai mengendalikan eskpresinya sebelum berbohong. Memalukan.

"Masa sih?? Kok gue kurang yakin ya, secara lo kan... perempuan panggilan di sana, ups! keceplosan deh." Tara dengan sengaja menutup mulutnya dengan telapak tangannya sendiri.

"KAK!!" sentak Tania mulai berani, membuat Tara makin melebarkan senyumnya.

"Bener kan yang gue bilang tadi? Lo di Aussie udah jual harga diri lo! Bahkan lo nyuruh Oma Karina buat tutup mulut supaya nggak bilang ke keluarganya Arga! Terus tiba-tiba lo dateng ke sini, dengan tingkah lo yang pura-pura polos dan lugu," ungkap Tara menggebu-gebu.

"Bego banget dulu gue ketipu sama wajah polos lo, gue kira lo masih gadis eh taunya? Hahaha udah dipake orang lain. Kalau Arga tau, gimana yaa?" Tara mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di dagunya seolah-olah tengah berpikir dengan wajah yang meledek.

Beberapa hari terakhir Tara mencari tahu serta menyelidiki jejak digital milik Tania saat tinggal di Aussie dan yaa... kebenaran yang membuat Tara menggeleng tak percaya, ia tidak habis pikir dengan Tania si gadis polos dan lugu itu.

"Kak, tolong jangan buat hidup aku makin sengsara. Aku udah nggak punya siapa-siapa lagi kecuali Kak Arga." Tania terdiam beberapa detik sebelum melanjutkan ucapannya.

"Sebenernya aku udah lama suka sama Kak Arga, dan itu jauh sebelum kakak kenal sama dia. Aku yakin Kak Arga juga mulai suka sama aku, karena akhir-akhir ini sikap dia baik, lembut dan memperlakukan aku like a princess. So, nggak lama lagi Kak Arga bakalan jadi milik aku," ucap Tania dengan tingkat kepercayaan dirinya yang sudah melampaui batas.

Tara tertawa remeh mendengar ucapan Tania.

"Halu banget sih ini anak," batin Tara mencibir.

"Aduh Tania, Tania. Seyakin itu lo bisa milikin Arga? cuma karena sikap dan perlakuan baik dia ke lo terus langsung menyimpulkan kalo Arga suka sama lo? Jangan halu sayang." Tara memandang remeh Tania dari atas sampai bawah.

"Arga baik ke lo itu karena dia ngira lo tuh lagi hamil anaknya. Kalo dia tau bayi dalam kandungan lo itu bukan anaknya, udah abis lo!" ceplos Tara membuat Tania terdiam beberapa detik.

"Aku nggak perduli, aku bakal lakuin apapun itu supaya aku bisa dapetin Kak Arga. Maaf, lebih baik kakak relain Kak Arga buat aku karena percuma juga kalo dipertahanin, endingnya juga aku sama Kak Arga bakalan nikah. Emangnya Kakak mau dimadu?" tanya Tania dengan wajah sok polosnya membuat Tara jengah.

"Tengil banget nih bocah," batin Tara geram.

Tara maju selangkah tepat di hadapan Tania seraya menatap perempuan itu dengan tajam. "Nggak malu ya lo? Udah dikasih tempat tinggal enak malah makin nggak tau diri, minta gue pergi dari kehidupan Arga? Heh cewek halu, lo pikir lo siapa? lo nggak ada hubungan darah di sini, LO ITU CUMA NUMPANG TANIA, TOLONG SADAR DIRI!" pekik Tara diakhir kalimatnya.

Tania terdiam, raut wajahnya yang ingin marah tiba-tiba menjadi berlagak sedih. Tania yang tadinya dengan berani menatap Tara kini menundukkan kepalanya dan memasang wajah polosnya itu. Tara mengangkat alisnya melihat perubahan wajah Tania.

"Tara, Tania?" panggil Arga yang baru saja pulang dari kantor. Pria itu tengah berdiri di depan pintu seraya menatap kedua Tara dan Tania bergantian.

Tara mendecih, lalu menatap Tania dengan senyum simpul. "Oh pantesan raut wajah lo berubah. Mau ngedrama ya di depan suami gue?" ceplos Tara pedas, sedangkan Tania masih terdiam menundukkan kepalanya.

Arga melangkahkan kakinya, menghampiri kedua perempuan itu seraya melipat lengan kemejanya. "Ada apa ini? Tara kenapa kamu ngomong kayak gitu sama Tania?" tanya Arga menatap istrinya itu.

Tara menggedikkan bahunya acuh. "Tanya aja tuh sama calon istri kamu." Tara menekankan kata terakhirnya, lalu berjalan menuju kamar.

Arga hendak melayangkan pertanyaan kepada Tania tetapi gadis itu malah menangis membuat Arga bingung. Pria itu mengangkat dagu Tania dengan tangannya. "Hey, kenapa nangis Tania?" tanya Arga khawatir.

Tara menghentikan langkahnya lalu sedikit menoleh melihat dua orang itu, jujur hatinya merasa sakit melihat Arga yang sebegitunya menatap Tania. Perempuan itu tersenyum getir.

"Duh, dramatis banget deh pake nangis segala kayak abis diapain aja, eww!" sindir Tara sedikit meninggikan suaranya.

Arga menoleh menatap istrinya yang sudah menghilang dibalik pintu kamar. Arga hendak menghampiri Tara ke kamar tapi tangannya ditahan oleh Tania.

"Kak, aku mau pulang. Perut aku sakit," ucap Tania dengan ekspresi yang dibuat-buat.

Arga mengusap rambut perempuan itu. "Tadi kamu nggak di apa-apain kan sama Tara?" tanya Arga khawatir.

wtf?! seburuk itu pikiran lo ke Tara?

Tania tidak menjawab, ia memasang wajah ketakutan. "Jawab, Tania. Nggak perlu takut, ada aku," ucap Arga melembut.

dih anjing? idi iki, tai lo arga

"Kayaknya Kak Tara benci deh sama aku, hiks-- dia nggak suka sama aku, Kak. Aku takut nanti bayi aku kenapa-napa kalo tinggal di sini, aku takut Kak Tara nekat celakain bayi kita," ucap Tania seraya memeluk Arga.

Anjing banget Tania kata gua mah.

"Ssstt, udah jangan nangis. Nanti aku omongin sama Tara, biar dia minta maaf sama kamu," ucap Arga menenangkan Tania membiat perempuan itu tersenyum puas.

༻୨♡୧༺

"Tadi kamu apain, Tania?" tanya Arga menatap ke arah istrinya.

Arga duduk di pinggir ranjang, menatap istrinya yang tengah bermain ponsel.

Tara memasang wajah datar. "Nggak aku apa-apain," jawab Tara seadanya.

"Tapi dia nangis, Ra."

"Terus? kamu nyalahin aku gitu? mau nuduh aku lagi, iya?"

"Sayang, nggak gitu..." Arga hendak menyentuh tangan istrinya, namun Tara segera menyembunyikan tangannya didalam selimut.

"Aku capek tau, Ga. Aku capek kayak gini terus," lirih Tara.

Mendengar itu, Arga langsung memeluk tubuh istrinya. Entah kenapa Arga sangat takut kalau Tara sudah berbicara seperti itu. "Sssttt, maaf udah bikin kamu capek. Aku minta maaf, sayang."

"Aku mau pergi aja," gumam Tara yang masih bisa di dengar oleh Arga.

"Apa? kamu bilang apa tadi?" tanya Arga seraya menangkup kedua pipi istrinya.

Pria itu mengecup bibir Tara lama. "Nggak boleh pergi kemana-mana sayang, harus di sini terus sama aku, okay?"

Tara diam, ia menatap suaminya lama. "Hum, nggak janji yaa..." ucap Tara pelan lalu tersenyum. Senyum yang membuat hati pria itu berdenyut tidak karuan.

Arga menggeleng cepat, ia kembali memeluk pinggang istrinya erat dengan meletakkan kepalanya di pundak Tara. "Aku jahat banget ya? Sampe kamu mau pergi ninggalin aku," gumam Arga.

Wajah pria itu terlihat sangat sedih dan frustasi. Banyak sekali beban dalam pikirannya. Kalau saja malam itu tidak terjadi, mungkin hubungan pernikahannya dengan Tara akan baik-baik saja dan bahagia, begitulah kira-kira yang ada dipikirannya.

"Iyaa, kamu jahat, Ga. Kamu udah bikin aku nangis tiap malem," jawab Tara pelan seraya mengusap rambut suaminya itu.

Arga menintikkan air matanya. "Aku nggak mau kehilangan kamu, aku nggak mau kehilangan orang yang aku sayang untuk yang ketiga kalinya, Raa.."

"Aku nggak tau gimana jadinya aku kalo kamu bener-bener pergi dari kehidupan aku. Mungkin aku bakalan gila? hahaha atau lebih dari itu? Kamu tau seberapa takut aku kehilangan kamu? aku takut banget, Raa, aku bener-bener nggak bisa kalau harus hidup tanpa kamu," ucap Arga membuat Tara terdiam, dan tanpa sadar air matanya ikut menetes membasahi pipinya.

"I love you, Tara. I love you so much, more than you know, and i'm always love you forever..."

༻୨♡୧༺

to be continued
vote juseyooo
arigatoou

—sankaara

Continue Reading

You'll Also Like

694K 55.4K 57
[FOLLOW AKUN AUTHOR TERLEBIH DAHULU!!!!!!!!] __________________________________________ menceritakan tentang Avraga Cavero Bagaskara, lelaki tampan d...
1.9M 50.7K 90
PLEASE, DON'T COPY MY STORY! ... Cantik sih iya, tapi sayang hobinya bikin masalah dengan orang lain. Memiliki dua teman yang selalu menemaninya mamp...
287K 25.2K 48
WARNING⚠️⚠️ PLAGIAT JANGAN MENDEKAT LEBIH BAIK SEGERA MINGGAT🙏🙏 FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA YA Arshaka Marvelino Pratama memiliki sifat dingin dan...
1M 15.3K 27
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+