[✔] Klub 513 | Universe | Ep...

Wiki_Dwiki tarafından

48.9K 14.3K 5.7K

Sunwoo : "GUA KE MESIR NIATNYA SEKOLAH CARI ILMU, ANJIR! BUKAN MAU JADI BURONAN NEGARA!" * Tentang seora... Daha Fazla

Prologue : "Ritual Seekor Gagak"
1. Santri di Piramida Giza
2. Amnesia Sesaat
3. Pantauan Iblis
4. Permainan Kesukaan Abimanyu
5. Harapan Para Penopang
6. Salah Sasaran?
7. ALFARIZI
9. Antisipasi
10. Percikan Bunga Api
11. Kehilangan Mengerikan
Epilogue : "Bahtera Kehidupan"

8. Membuka Luka Lama

3.1K 1K 386
Wiki_Dwiki tarafından

.
.
.

    Hyunjin lagi istirahat setelah jaga malam terkejut ketika sebuah nomor tak dikenal menelponnya. Lia yang lagi duduk di sampingnya ikut melihat ponsel temannya itu. Hyunjin mengangkat telpon itu tanpa berucap apapun, menunggu hingga si penelpon bersuara.

  "Assalamu'alaikum, Jin."

    Saat mendengar suara Sunwoo, energi Hyunjin yang sekiranya habis buat jaga malam auto full lagi.

  "Waalaikumsalam, Sunwoo!"

  "Kayaknya lu happy banget denger suara gua."

  "Kayak dapet hidayah dari langit, hehe."

    Sunwoo ketawa bentar. "Lia sama lu, nggak?"

  "Kenapa, Sunwoo? Kangen gua?" Jawab Lia.

  "Nggak, lah! Ngapain? Idih. Gua mau tanya ama kalian berdua."

  "Tanya apa?" Tanya Hyunjin ama Lia barengan.

  "Soal Jihoon."

  "Gua ga bisa menjamin kalo bakal kejawab semua." Ucap Hyunjin.

  "Lu harus jawab apa pun yang gua tanyain selama lu tau. Beberapa hari lalu, gua jadi buronan di Mesir, tapi gapapa, sekarang kasus gua udah kelar. Nah, hal yang bikin gua jadi buronan itu ada hubungannya ama E.S.L.A—"

  "Sunwoo.. jangan bikin gua ngebuka luka lama, please." Sela Hyunjin.

    Sunwoo menghela nafas maklum, "maaf, jin.. maaf banget, tapi ini juga buat kalian. Singkatnya Jihoon kemungkinan besar lagi diincer sebagai Alfarizi, apa yang bikin dia diincar gua yakin berhubungan ama apa yang bikin lu ama dia ditahan di Irak."

  "Sunwoo, lu yakin ama omongan lu?" Tanya Hyunjin.

  "Sejauh ini, itu yang gua yakini. Soalnya di flashdisk yang lu kasih ke gua, ada satu kasus yang belum selesai, baik pelaksanaannya ataupun tenggat waktunya. Klien tanpa nama dan misi itu bertempat di Irak. Gua salah?"

    Lia menatap Hyunjin yang tampak takut menceritakannya, gadis itu merebut ponsel Hyunjin lalu menjelaskan, "sekitar sebelas tahun lalu, Sunwoo.. E.S.L.A mendapat misi untuk memonopoli perdagangan minyak di Irak, namun klien itu tiba tiba mengubah pengajuannya, dia ingin E.S.L.A membobol keamanan yang berisi informasi negara mana saja mengekspor minyak itu, karena dengan itu, klien ini bisa mencuri minyak ini di tengah perjalanannya."

  "Namun secara mengejutkan, dia hanya ingin ada dua anggota yang pergi menyelesaikan misi itu, dia menyebutkan secara spesifik dia ingin anggota bernama Alfarizi dan Erwin yang pergi. Awalnya tak ada yang aneh sebelum gua terlambat menyadari kalau itu begitu berbahaya karena keadaan politik negara yang naik turun karena Perang Teluk III. Mereka tertangkap oleh pasukan otoriter karena dikira bagian pasukan Amerika. Dalam pelarian keduanya, Alfarizi sempat melaksanakan misi-nya."

  "Apa yang sempat dia lakukan?"

  "Menyusun kode." Balas Hyunjin, "selama dia mengingat deretan kode itu di dalam kepalanya, dia bisa membuat kerugian luar biasa untuk semua negara yang mengimpor minyak dari Irak. Kalo dia bajingan, kelar udah perekonomian Internasional. Kode itu bisa membuka data yang klien tanpa nama itu inginkan."

  "Jadi maksud lu, Jihoon udah kelar dengan misinya? Tinggal menyerahkan kode itu ke klien-nya?"

  "Iya."

  "Anjir, kok serem."

  "Menurut lu, gua belajar ngehack dari siapa?" Tanya Hyunjin.

  "Terus kenapa dia nyimpen kode itu sampai selama ini? Ekhm, mungkin alasan paling jelas karena bahaya dan merugikan banyak negara, tapi pas itu kalian nggak mungkin mikir sampai sana, kan?"

  "Ada pengkhianatan dari pihak klien." Jawab Hyunjin. "Pengkhianatan Papah-mu terhadap E.S.L.A bukanlah yang pertama. Klien tanpa nama itu menjanjikan bahwa dia akan mengembalikan kami hidup hidup, namun ketika kami terdesak kala itu, dia tak sekalipun muncul. Dia bilang bahwa data itu akan dia gunakan untuk keuntungan finansial-nya, namun ternyata dia ingin melakukan eliminasi."

  "Eliminasi?"

  "Dia berencana membuat negara besar menghancurkan negara kecil sehingga hanya menyisahkan kekuatan besar di muka bumi. Jihoon adalah orang yang paling lurus pemikirannya, dia menatap ke depan, sebesar apa konsekuensi dari perbuatannya, saat menyadari jika delapan digit angka itu akan merugikan dirinya sendiri, dia memilih untuk menahan kode itu di dalam kepalanya." Jelas Lia.

  "Jadi, kunci utama itu ada di kodenya?"

  "Iya."

  "Makanya dia pingin Jihoon yang jadi kambing hitam. Kalau tenggat waktu misinya habis, gimana?"

  "Maka klien punya wewenang buat bunuh si Jihoon dan klien ini akan dilindungi dari hukum yang berlaku di negara mana Jihoon dibunuh."

    Sunwoo menggertak giginya, "kayak dugaan gua."

  "Sunwoo, sumpah demi apapun.. lu ga harus melibatkan diri ke dalam masalah kelompok kami. Gua, Lia, Jihoon udah bicarain ini jauh jauh hari sebelum kami milih pisah, Jihoon siap mati kapanpun karena itu konsekuensinya. Dia lebih baik mati daripada eliminasi itu terjadi—"

  "Nggak, selama gua masih napas, gua ga bakal diam aja. Emang gua rela orang yang bantuin gua berubah jadi kayak sekarang ini mati gitu, aja? Nggak. Kalian udah lindungin gua, ini sebagai balas budi gua ke kalian."

  "Jihoon nggak akan suka." Tawa Lia.

  "Suka nggak suka, gua gabakal biarin satupun dari kalian mati."

  "Sunwoo, jangan sampai lu mati," kata Hyunjin.

  "Nggak—"

  "Utang lu ke gua pas SMA belum lu bayar."

  "Bajingan."

  "Sunwoo, gua mohon, selamatkan Jihoon. Gua yakin lu bisa, karena lu juga nyelamatin gua dulu."

  "Gua janji sama lu."

.
.

    Sampai di hotel tempat yang lain menginap untuk menunggunya, Sunwoo langsung pergi ke kamar teman temannya. Sampai di sana, Sunwoo langsung mendapat pelukan dari Junkyu, pukulan di kepalanya dari Xion, tak lupa juga caci maki dari Seokhwa.

  "Jihoon mana?" Tanya Sunwoo.

    Xion ketawa, "tekanan batin."

  "Hah?"

  "Tekanan batin apaan, dih." Suara Jihoon terdengar, dia keluar dari kamar mandi dan menghampiri Sunwoo. Sampai di depan anak itu, Jihoon membaca basmalah dan memukul kepala Sunwoo sekuat tenaga.

    Penonton lainnya auto meringis.

  "Itu isi kepalanya Sunwoo udah kaga bener, dipukul Jihoon makin ga bener pasti." Kata Jungmo.

  "Pastinya." Kata Woobin.

 
  "Ampun, Ji.. kan, ini bukan kali pertama aku kayak gini. Pas di pesantren malah sering—"

  "Siapa yang ngijinin kamu ikut campur masalahku?" Sela Jihoon.

  "Jihoon—"

  "Diem, Junkyu.. jangan belain dia. Aku nggak apa apa kamu repotin sampai aku harus menumpuk dosa bohong ke Ustadz, tapi kalo masalah ini, kamu ga boleh ikutan, entah itu dalam cara apapun. Aku mengalami banyak kehilangan mengerikan selama hidupku, dan kau tak perlu menambahnya." Sela Jihoon.

    Sunwoo tertawa remeh sambil mendorong bahu Jihoon keras, "mau adu nasib, Ji? Kamu kira kamu doang yang gitu? Nggak. Kamu kira aku nggak mengalami fase kehilangan itu di hidupku? Kamu salah, aku juga ngalamin hal yang sama, coba kamu lihat sekeliling kamu, emang kamu doang, yang perlu dikasihani? Nggak! Semua orang sama, Ji! Dan karena itu manusia bantuin manusia lain buat bangkit. Kamu tuh, pinter, tapi gobloknya, kamu gabisa mengamalkan ilmu-mu di kehidupanmu sendiri."

  "Alasan kamu gamau libatin orang buat bantuin kamu kenapa, hah? Biar dikata kuat? Atau mau sok sok-an jadi jagoan? Omong kosong, Jihoon! Kamu gabisa!" Teriak Sunwoo, tangannya hampir memukul Jihoon kalau dari belakang Xion dan Jungmo nggak nahan Sunwoo.

  "Denger Jihoon! Aku udah cukup sabar nggak nganggep kalo masalahmu itu ada! Sekarang aku udah muak banget denger kalimat 'aku gapapa' atau 'bukan masalah besar' dari mulutmu! Aku butuh jawaban yang lebih mewakili keadaanmu sekarang! Emang kenapa kalau dulu kamu mafia? Aku seorang pembunuh! Junkyu sama Woobin seorang pengedar! Xion seorang kriminal! Terus kenapa, hah? Apa yang bedain kita ama kamu?"

  "Kalau kamu jawab 'karena dosaku gabisa dimaafkan' aku bakal cabik cabik mulutmu biar kayak setan Jepang! Yang bener aja! Emang kamu tau, hah? Siapa kamu emangnya? Manusia doang, tapi sok tahu banget! Nabi Muhammad aja bilang kalau pendosa yang sungguh sungguh dalam bertaubat bisa mendapatkan pengampunan, kamu yang cuma manusia akhir zaman dengan seenak jidat bilang kalo dosamu ga bakal bisa dimaafkan. Lawak banget, asli!"

  "Sunwoo, aku tak mau siapapun mati karena ikut campur dengan masalahku." Ucap Jihoon, suaranya memelan. Jihoon merasa bersalah karena membuat amarah Sunwoo meledak ledak.

  "Yaudah, sama!" Teriak Sunwoo, "aku gamau kamu mati! Kamu butuh alasan lain? Soalnya kau saudara satu imanku, dan udah semestinya aku ga biarin kamu mati!"

    Jihoon diam di tempatnya berdiri, sebelum Junkyu dari belakang mendorong punggungnya mendekat pada Sunwoo. Jungmo dan Xion juga melepaskan cengkraman mereka pada Sunwoo.

  "Kau tak keberatan aku repotin?" Tanya Jihoon.

  "Nggak.." ucap Sunwoo sebelum dia memeluk Jihoon, "kalo kamu jatuh, inget kalau aku selalu ada di belakangmu, aku bakal nopang kamu apapun yang terjadi."
 
 
. . . ketidakpedulian yang memicu nggak mau ikut campur bikin gua kehilangan satu dari penopang utama kehidupan Juyeon Abuwayna."
 
 
    Suara Juyeon berdenging di telinga Sunwoo. Suara orang itu tak pernah sekalipun serendah itu, betapa besar luka yang tersirat dari ucapannya, Sunwoo tak tau. Namun yang paling penting, Sunwoo tak pernah ingin menanggungnya lagi.

  "Berhentilah bersembunyi, Jihoon.. nggak apa apa." Ucap Sunwoo, "kau, Lia, dan Hyunjin bukanlah Pedangan Sumatra, karena itu, berhentilah membatasi dirimu."

    Jihoon melepas pelukan Sunwoo, dia tersenyum manis, "aku akan mencobanya."

    Dari belakang Jungmo merangkul keduanya, "gitu, dong. Yang rukun, jangan kayak musuh bebuyutan."

  "Untuk menyambut kedatangan Sunwoo, kita bikin pesta kecil kecilan, yuk? Aku bikin makan malam bareng Seokhwa, terus Junkyu, Xion ama Jungmo beli cemilan, dan Jihoon kamu bikin jus buat kita bertujuh." Kata Woobin.

  "Aku ga bantuin apa apa?" Tanya Sunwoo menunjuk dirinya sendiri.

  "Kamu istirahat aja, aku gamau ambil resiko kamu pingsan." Tawa Woobin.

.
.

    Makan malam itu selesai dengan cepat. Sekarang pukul sebelas malam. Yang lain udah pada tidur selain Jihoon ama Sunwoo yang emang terbiasa tidur paling malem. Keduanya duduk di sofa hotel sambil main catur.

  "Aku nelpon Hyunjin sama Lia tadi." Kata Sunwoo.

    Jihoon hanya menatapnya.

  "Aku tau kamu ga akan menjawab semua pertanyaanku, karena itu aku menanyakan semuanya pada mereka. Tentang misi-mu dan Hyunjin dari klien tanpa nama di Irak, juga tentang delapan digit angka itu." Lanjut Sunwoo.

  "Apa kau ingin mengatakan kedelapan digit angka itu?" Tanya Jihoon.

    Sunwoo menggeleng, "biarkan mereka tetap menjadi ingatanmu. Aku tak mengharapkan apapun dari digit itu. Aku hanya ingin pengakuanmu, apakah kau memiliki alasan lain menyimpannya?"

  "Tidak Sunwoo, jika diperbolehkan, aku ingin menghapus semua ingatanku, terutama tentang delapan digit angka itu." Jawab Jihoon.

  "Apakah kau menyimpannya di media lain? Maksudku seperti menulisnya di suatu tempat?"

    Jihoon menggeleng, "aku tak berani melakukannya."

  "Baguslah." Ucap Sunwoo sambil tersenyum. Dia mengeluarkan flashdisk yang Hyunjin berikan padanya waktu itu, "aku sudah melihat semuanya dan aku tak pernah keberatan dengan itu."

  "Kau benar benar cari mati karena berteman denganku." Tawa Jihoon.

  "Aku seorang pembunuh jika kau lupa." Sunwoo ikut tertawa.

    Tiba tiba Sunwoo merasa sangat mengantuk, dia memegangi kepalanya sambil berulang kali menutup matanya. Dia lihat Jihoon berdiri dari duduknya, mengambil flashdisk itu dan menghampirinya.

  "Maafkan aku, Sunwoo. Aku sangat minta maaf." Kata Jihoon. "Aku tak mau melibatkanmu lebih jauh lagi, jaga yang lain untukku."

  "Bajingan kamu, Jihoon.." Ucap Sunwoo sebelum dia benar benar jatuh tertidur.

 
    Jihoon mengangkat tubuh Sunwoo, lalu menidurkannya di atas kasur. Jihoon menghela nafas, dia merobek sebuah kertas dan menulis sesuatu di sana, lalu dia letakkan kertas itu di atas meja.
 
 
    Jihoon menatap ke luar jendela, "Ritual Gagak dimulai."
  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

#####

Halo, Hola!

Semangat besok Senin :D

Semoga Minggu besok berjalan dengan baik.
Semoga kalian bertemu banyak kebahagiaan.

Aamiin.

Jaga kesehatan, baik mental dan fisik. Jangan sampai sakit ^^
Jangan lupa bahagia <3

 
Makasih udah baca!
 
 
Luv kalian semua ❣️❣️❣️
 
 

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

2.5K 345 12
❛❛kami adalah sebuah keluarga. tanpa syarat. selamanya.❞ --------------------------------------------------------- start : 19 jan 23 end : 05 feb 23 ...
239K 36K 65
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
6.1K 730 27
❝ Sekolah ini aneh banget..❞ HAPPY READING!♥️ Start : 13 Oktober 2022 Finish : 17 April 2024
1.1M 207K 98
❝Pokoknya Jay ndak mau dongsaeng lagi! ❞ Kisah Heeseung si duda bareng lima anaknya dan satu anak tetangganya. Buku ini akan membawa perasaanmu naik...