Mylovelly

By chihamusen

504K 6.6K 189

Ini kisah tentang Alyra yang selalu sabar dan tetap tegar mencintai Axello yang mempunyai hati sekeras batu h... More

Pacar lama?!
Mantan temannya
Berusaha buat Lo?!
Siapa itu cewek?!
Ingat dia gak?!
Rela kotor deminya
Sahabat cowok terbaiknya
Iseng Pembalasan
Kacamata Hitam
Bukan selera gue!
Perasaan lebih
Masih Kangen
Sama yang Baru
Niat busuknya?!
Mimpi mustahil
Berhati malaikat?!
Sekalian Kencan.
Terbayang gemas
Ambigu aturannya?!
Dibuat tak betah?!
Si mesum gila?!
Takdir atau nasib?!
Guru Privatenya
Benci atau suka?
Simpanan temannya sendiri?!
Apa maunya?!
Perintah Tuan?!
Kena jebakannya
Benda terlarang
Merasa kehilangan?!
Kekasih sebenarnya?!
Menipu perasaannya
Teman masa kecilnya.
Terasingkan perasaan
Sentuh atau Injak?!
Teman barunya
Saingannya
Pindah sebangku
Hukuman bersamanya.
Jawaban Cinta!!
Mengejar hati?!
Mewujudkan buktinya!!
Gebetan Baru
Permainan gila!!
Pasangan Resmi!!
Calon Mertua Idaman
Tak mengakuinya
Kencan serius!?
Masa lalunya?!
Terasa Berat Baginya
Bahaya mengancam?!

Latihan praktek anu?!

1.8K 44 10
By chihamusen

Sorry kalau ada ketemu typo's bertebaran dimana-mana harap maklum! Semoga saja terhibur happy reading!!

Alyra menggerutu kesal karena teriknya matahari mulai menyiksa kulitnya secara perlahan. Molly mengibaskan tangannya demi mengipasi dirinya yang mulai kepanasan. Axel menatap penuh tajam menahan kesabarannya pada Kevan yang seenaknya suka memerintah dirinya untuk menuruti semua perkataan sialan dari cowok itu. Dan beberapa siswa lain dari mereka ikut terkena juga berdiri bersamanya.

"Sekarang Xel, Lo putarin tuh lapangan jangan diem aja ngiri kayak tiang bendera yang bisanya cuma ngibasin rambut Lo itu doang," ucap Kevan sarkas dengan senyumnya yang terlihat lebih menyebalkan dimata Axel. Ale menggelengkan kepalanya. Ternyata Kevan itu tidak pilih kasih juga, meski cowok gondrong yang dia beri hukuman adalah saudaranya sendiri tanpa ampun. Setidaknya Ale tak sia-sia menjadikan Kevan sebagai pengatur untuk para mereka.

"Gue udah puas lari meraton dari pagi tadi, Lo jangan songong dah! Dan jangan bawa-bawa rambut gue, awas aja Lo gue botakin tau rasa!!" balas Axel melotot sadis pada Kevan.

"Harusnya sih rambut lo yang paling gue incar Xel, tapi berhubung gue masih berbaik hati. Lo jalanin aja tuh hukuman dari Kevan biar adil bagi gue,," kata Ale enteng bersidekap depan dada.

Axel hampir lupa akan kesalahannya itu, kalau saja tidak diingatkan dan merasa paling benar, namun ia harus menelan pahit liurnya saat menyadari satu hal yaitu tentang rambutnya itu, hingga akhirnya kali ini tertangkap basah karena berkat Mea yang terlambat juga oleh cowok gondrong itu sendiri. Nanti Ale akan berterimakasih padanya tanpa harus repot-repot menyeret Axel yang menjadi bulanan para guru killer itu setiap saat.

"Gak sanggup gue Le sumpah, ini jari-jari jempol kaki gue hampir copotan dah bentar lagi gue ngesot narik-narik dibawah kaki Lo,," keluh Axel sedikit keberatan dengan usulannya dan mulai mengamuk memprotesnya. Kevan memicing tajam sambil melihat ke arah ikatan tali sepatu Axel yang juga sudah terlepas.

"Jangan berlebihan Lo ngelesnya, yang mau copot tuh sepatu Lo, bukan ibu jempol kaki Lo!!" jelas Kevan saat Axel berusaha untuk minta dikasihani. Alyra merasa tidak tega melihat cowok itu sepertinya agak kelelahan, ia pun mencoba memijat bahu Axel sebentar.

"SEMANGAT YANG BUAT HUKUMANNYA! GUE DOAIN KALIAN SEMOGA BERHASIL MELEWATINYA!!" teriak Savero menyembulkan kepalanya dari kejauhan lewat atas jendela kelasnya dimana letak kelas Axel dan Kevan serta Ale berada dilantai tiga. Sampai yang Axel tak sanggup bisa melihatnya karena terlalu silau cukup menusuk bola matanya. Axel sempat mengira, apa dia sedang dibutakan oleh cahaya Tuhan yang sebentar lagi akan menjemputnya pakai ambulans super kilat? Tidak mau berpikiran seperti itu Axel langsung mengambil kacamata hitamnya dari dalam tasnya. Lalu memakainya untuk sebentar.

"Siap sayang laksanakan, gue gak akan jadi mati sekarang!!" sahut Axel kembali berkobar-kobar saat melihat ada bayangan Mea yang memberikannya dukungan penuh dengan kepalan tangan terangkat dari cewek itu berdiri secara diam, meski tanpa suara seraya sedang tersenyum cerah lebar padanya dibelakang cowok berlesung pipi itu tanpa menyadarinya. Savero yang mendengar kata sayang dari mulut Axel yang kebetulan tertuju kearah dia dapatkan, membuatnya lantas marah dan mengumpat kasar lalu melempar botol minum yang masih berisi penuh tanpa tersentuh ke arah wajah cowok gondrong itu.

"Najis lo, ogah nyesal gue dipanggil sayang sama Lo!!" balas Savero sambil menutup kaca jendelanya dengan gorden. "TAMBAHIN LAGI BIAR PADA MAMPUS TUH ANAK!!" lanjutnya sebelum benar-benar menghilang. Kevan pun mengacungkan jempolnya yang sempat dilihat oleh cowok itu tadi.

Axel pun mengumpat keras saat ditimpuk oleh botol itu membuat wajahnya ikut berdenyut kesakitan. "Bangsat! Pedas banget nih muka gue sialan! Harusnya yang lebih pantas kena Kevan sih biar makin dower tuh bibirnya kayak nenek janda cabe-cabean,, " rutuknya memaki perbuatan Savero tadi, Kevan terkekeh lucu cukup senang melihat Axel mulai menderita. Kevan pun merebut kacamata itu dari Axel.

"Lo juga lari sana! Atau perlu gue lepasin dulu anjing gue hah? Biar Lo kejaran sama piaraan gue gitu?" sengit Kevan seketika berubah pada Alyra.

"Aduh perut gue tiba-tiba mules nih! Beneran gak bisa dah!" Alyra mendengus kesal dan enggan mengikuti perintahnya. Alyra juga memegangi perutnya karena ia sebenarnya belum sempat makan sarapan sedikit pun.

"Axel Lo push up aja dah dari pada kaki lo pincang beneran. Bentar lagi kita mau tanding sepak bola ," ucap Ale akhirnya, setelah mempertimbangkan mengingat Axel juga ketuanya. Cowok gondrong itu harus baik-baik saja jangan sampai bermasalah pada kakinya nanti. Ale juga sedikit percaya kalau Axel tadi sempat berlari cukup lumayan jauh dari jarak sekolahnya ini. Kalau saja tidak teringat akan turnamen penting itu Ale bahkan mungkin tak akan mau mempedulikannya.

Cowok gondrong itu menghela napasnya panjang. Setidaknya lututnya tidak akan jadi terlepas jika harus ia paksakan lagi untuk berlari mengelilingi luasnya lapangan ini melebihi bandara pesawat yang akan menguras habis keringatnya sampai air liur pun Axel sudah mulai tidak bisa merasakannya lagi entah sejak kapan tadi.

"Rendra Lo terlambat juga?" Cowok bertopi kebelakang itu menolehkan kepalanya saat mendengar namanya disebut arah sumber suara. Ale juga ikut langsung menatap tajam pada Rendra.

"Tau ah! Gara-gara Mea belum pulang ke rumah, jadinya gak ada yang bangunin gue dah!!" kesal Rendra menggerutu, berbisik pada Axel yang berdiri tak jauh darinya.

"Sorry bro, gue sama Rendra tadi mampir dulu buat fotocopy sebentar demi tugas kelompok kita," ucap Jastin dengan cengirannya pada Ale yang kebetulan mereka berdua datang barengan sesampainya. "jadi gue numpang nebeng sama dia sih lebih tepatnya." Jastin kembali menjelaskan. Rendra langsung berbinar senang ketika ada yang membelanya, sebelum Ale akan sempat mulai menodongnya.

Ale dan Rendra saling melemparkan pandangan mata mereka dengan penuh tajam. "Yes gue gak jadi kena!!" gumamnya bersorak penuh kemenangan, sambil mengejek Ale puas yang tak bisa berkutik berbuat apapun untuk menghukumnya, akhirnya Rendra bisa lolos dengan mudahnya dari tangan cowok dingin itu.

"Oh yaudah sana Lo masuk!!" kata Ale pada Jastin tanpa ingin menghiraukan Rendra yang mulai bertingkah lebih menyebalkan dari pada sebelumnya. Lebih baik cowok preman itu segera pergi dari hadapannya dari pada terus berlama-lama membuat darah Ale naik mendidih ditambah panas matahari yang menyengat otaknya. Kalau saja bukan karena Jastin yang kebetulan memegang tugas kelompoknya Ale yang tanpa sengaja sedikit mendapatkan bantuan dari Rendra yang mau menolong Jastin saat diluar sana begitu sedang membutuhkannya, kalau tidak mungkin Jastin akan lebih telat lagi dalam mengumpulkannya.

"Rendra." panggil seseorang yang membuat sang empunya nama lantas kembali tertahan ditempat untuk menatap orang itu.

Cowok bertopi kebelakang itu berbalik menoleh sejenak saat ia dan Jastin baru saja hendak berjalan melangkah ke depan mau meninggalkan tempat itu berdiri tadi, tiba-tiba langkahnya harus terhenti dan mengetahui kalau Alyra lah yang sedang memanggilnya itu tadi.

Rendra mengernyitkan dahinya sebentar bingung apa yang diinginkan oleh Alyra padanya. Padahal ia dan cewek itu masih belum damai berbaikan tanpa mereka yang lainnya ketahui dengan masalahnya diantara keduanya. Dan masih terasa sedikit canggung saat ingin membalasnya satu sama lain. Lebih tepatnya Rendra yang masih belum bisa terima, mungkin Alyra sudah sedikit melupakannya. Pikirnya sekilas.

"Celana Lo, robek tuh," kata Alyra sedikit pelan yang memberitahu dengan gerakan matanya yang terarah tepat pada bagian celana milik Rendra. Mereka yang mendengar pun baru melihatnya dan ikut menyadari ketika cewek itu yang lebih dulu membuka suaranya.

"Anjir tuh mata Lo, jadi silet beneran ya bisa setajam itu sengaja bikin celananya rusak eh?" kaget Kevan sedikit berdecak. "ngeri banget, pernah congkel dimana dah itu biar keren?"

Ale mengusap wajahnya gusar, ia jadi malas untuk mengurusi setiap keanehan dari teman-temannya itu ada-ada saja hal yang muncul memicu kehebohan lain disaat yang kurang tepat memalukan di depannya.

Axel melongo, tak percaya dan habis pikir melihat Alyra yang masih fokus ke arah bawah sana dengan mata jelatan dari cewek itu betah pada bagian terlarang milik kaum para lelaki. Axel jadi sedikit bergidik ngeri, takut Alyra akan menjadi lebih terobsesi padanya setelah melihat hal itu, yang bisa saja mempengaruhi dalam otaknya dengan berbagai bentuk bayangan aneh dipikiran cewek itu yang menghinggapinya.

"Jangan sampai dah gue ternodai sama dia." batin Axel agak khawatir berharap cemas memikirkannya.

"Gitu banget sih Lo ngeliatinnya," senggol Molly yang sudah tak tahan melihat kelakuan Alyra yang sudah melebih batas normalnya. Berusaha untuk menyadarkan temannya itu.

"Burungnya baik-baik aja kan gak sakit atau gimana gitu?" tanya Alyra polos entah keceplosan atau tanpa sadar saat mengatakannya didepan para mereka yang kini menganga lebar dengan pikirannya pada cewek itu.

"Punya siapa dah itu?!" Jastin bersiul menggoda antara melirik Rendra dan Axel bergantian. Sedangkan Alyra tak begitu mempedulikan omongan cowok jangkung itu.

"Shit!" umpat Rendra kasar dan sedikit terkekeh menahan malu sembari menutupinya dengan cepat. "Liat aja nih!!" sahut Rendra kemudian membalasnya dengan menyengir kecil sambil memperlihatkan jari tengahnya seolah berdiri tegak menggantikan anunya yang sudah masuk berada didalam bawah tengah celananya yang bolong atas bekas sobekan itu, tanpa merasa malu beberapa detik dan baru memberengut kesal setelahnya, lalu kembali membalikkan badannya dari hadapan mereka dan segera bergegas pergi bersama Jastin yang masih tertawa lucu saat menyaksikannya.

"Axel kamu mau bunuh teman aku ya?" tanya Alyra kemudian, saat cengkraman kuat dari tangan Molly berpegangan pada lengannya menyadarkan dirinya, sontak menoleh ke samping dan mendapati Molly dalam keadaan sesak napas hampir beberapa detik lagi untuk yang terakhirnya kali Molly akan menghembuskan sisa nyawa terakhirnya begitu tahu Axel lah biang kerok pelakunya.

"Biar Molly gak ketularan sama cewek kayak lo!!" desis Axel mendelik sembari lalu melepaskan bekapannya niatnya dia ingin menutupi mata Molly namun malah salah sentuh ke bibir cewek itu. Dan Molly langsung meraup udara segar sebanyak-banyak disekitarnya hingga bau keringatnya pun ikut terhisap juga dan terbatuk-batuk kemudian menepuk dadanya.

Alyra merajuk kesal saat ucapan Axel cukup membuatnya tersadar sendiri dari kebodohannya itu tadi. Alyra pun langsung menyingkirkan Molly dari dekat Axel, demi menyelamatkan nyawa Molly yang hampir terancam konyol tadi, bukannya niatnya mulus Molly malah terbentur kepala Ale cukup keras

Ale mengumpat sejadi-jadinya sambil menggosok-gosok kepalanya, sedangkan Molly menggigit kuat lidahnya ketakutan sampai berkali kali lipat sakitnya tak ia hiraukan, Ale lebih seram dari rasa takutnya itu "Batu atau tanah liat sih?! Hampir mau pecah nih kepala gue!!" desis Ale tajam menatap bentuk muka Molly yang sudah berubah pucat.

"Ribut mulu lo pada! Cepatan dah! Kapan kelarnya ini gue dari tadi serasa jadi ikutan berjemur juga sama kalian! Padahal gue gak lagi mimpi basah-basahan kayak gini panas banget!!" bentak Kevan sedikit gemas sekali ingin memukul pantat mereka satu persatu dengan panggaris besi yang sedang dia pegang hampir saja lepas kendali begitu tangannya mulai gatal untuk melampiaskan kekesalannya detik ini juga.

Ale dan Kevan sekarang berdiri di tengah lapangan depan hadapan mereka. Kevan sudah memakai kacamata hitam andalannya agar tidak terlalu silau menatap penuh pada mereka. Namun naas kacamata hitam itu sebelah frame kacanya jatuh terlepas begitu saja hingga membuat Kevan tengah hampir terlihat mirip seperti seorang bajak laut didaratan yang tersesat.

Badut kan biasanya lucu, entah Kevan ingin berniat melawaknya seperti itu atau bagaimana dia masa bodoh, namun itu terasa tak cocok sama sekali untuk dirinya. Kevan bukanlah wanita penghibur, dia jelas masih anak brondong. Apalagi jika harus memakai kostum kupu-kupu yang malah terbalik didepan untuk mereka!

"Ganti rugi Xel! Lo push up sesuai hitungan dari harga kacamata gue dah pokoknya!!" seketika Kevan mendelik penuh tajam. Sedikit merasa agak sedih saat tahu benda yang dipinjam oleh Axel tadi menjadi rusak tanpa pertanggung jawabannya.

Ale berdecak dengan kelakuan Kevan yang cukup menggelikan ikut bersamanya. Bagaimana tidak, cowok berhoodie abu-abu itu tengah mondar-mandir dengan sebelah mata menatap nyalang tertutupi oleh kacamata hitamnya, dan satu matanya lagi yang terlihat bebas kacamata tanpa penghalang kaca frame dari benda itu, Kevan sedang berkedip-kedip sendiri akibat terlalu kena terik silaunya seolah menusuk matanya.

Axel pun mendengus samar, namun ia tetap menjalankan perintahnya dan mulai push up dibawah sana. Membuat Kevan menyeringai dibuat puas.

"Lo juga sama tuh ikutin, atau nggak, angkat kaki Lo keluar dari sekolah gue!!" tunjuk Ale pada Alyra yang terkesiap dan agak gentar takut kalau perkataan Ale akan serius menendangnya keluar dari sekolah ini. Alyra kali ini tidak mau pindah lagi. Ia tetap ingin bertahan disini demi bisa bersama dengan Axel kekasihnya itu.

Sementara Molly diberi hukuman lari bersama yang lainnya mengitari lapangan sebanyak 3 sampai 6 kali. Hanya cuma Axel dan Alyra yang mendapatkan push up ditempatnya. Molly juga memanfaatkannya sengaja ingin menjauh dari Ale dan Kevan dari pada kena damprat sambil Molly berlari kecil lalu sesekali berjalan dengan santainya tanpa begitu peduli dengan hal lainnya lagi.

"Eh-eh mau ngapain Lo nungging-nungging segala depan gue hah?!" Kevan melotot keras, sedikit terperanjat saat cewek merah bar-bar itu mengubah posisi arah tubuhnya tiba-tiba berdiri didekat Kevan begitu saja, sambil mulai membungkuk membelakanginya tanpa tahu malu. Kevan agak susah payah menelan ludahnya sendiri melihat tingkah gila Alyra yang luar biasa itu.

Gila Lo! Mau mancing gue disekolah, bukannya dapat, malah mampus digebukin habis satu warga! gumam batin Kevan menatap agak miris.

"Udah deh Lo diem gue mau pemanasan dulu!!" sahut Alyra mulai jengah dengan Kevan yang selalu berisik mengurusinya. "Dan jangan ngintipin gue hush sana!!" usir Alyra mengibaskan tangannya sebentar, lalu kembali tersenyum teramat manis, Kevan pun memilih mundur untuk menahan dirinya sejenak daripada nafsunya harus diuji lebih besar lagi oleh cewek itu, yang sudah bersiap mengambil posisi push up seksi juga dibawah sana bersama Axel.

"Kita harus berjuang bersama-sama sayang aku yakin kita bisa menang!!" ucap Alyra penuh semangat saling berhadapan dengan Axel yang sedang sibuk menghitung hitungannya yang entah ke berapa, ia juga sedikit lupa-ingat gara-gara Alyra sedikit teralihkan kaget saat melihat wajah cewek itu yang tiba-tiba saja jatuh hampir bibirnya mencium lantai lapangan didepannya.

Alyra sekarang merasa seakan-akan sedang latihan berada di masa dulu kilas balik dalam medan pertempuran itu, yang dipimpin oleh kuasanya Ale. Alyra mengesampingkan rasa kesalnya dan melupakan hal itu, ia lebih senang menikmatinya saat-saat bersama ada Axel yang sekarang bisa menemani perjuangannya, meski hanya dalam khayalan kepalanya saja yang cukup berlebihan membayangkannya.

"Lama banget sih Xel?! Ini gue sampai disangka mau godain anak-anak cewek kek kena belek aja! Buruan dah Lo cepatan dikit!!" ungkap Kevan menahan malu sedikit meluapkan kekesalannya dari dalam karena mulai merasa seperti dirinya seakan-akan beneran kelilipan sekarang masih terkena terpaan silaunya matahari itu, membuat sebelah mata Kevan tak bisa berhenti terusan berkedip jika menatapnya saat matanya juga melihat ke arah sisi ada beberapa para siswi lewat yang sedang menjalani jam pelajaran olahraganya, tampak menjerit histeris dan mulai heboh ketika memandanginya begitu lekat pada Kevan yang tak biasanya sedikit lucu akan gayanya yang menggemaskan itu dengan salah satu kacamata hitamnya bolong itu, memberikan tatapan tertarik penuh kagum pada anak lelaki tampan itu.

Sampai begitu membosankan bagi Kevan menungguinya, sebelum ini benar-benar akan berakhir. Axel belum juga selesai atau cowok gondrong itu sedang teler ditempatnya?

"Bacot Lo, gue sumpahin Lo bakal balikkan lagi sama mantan Lo ingat itu janji gue!!" sengit Axello muak, ditambah ia juga mulai stress tak terima menghadapinya,

"Hah! Sisa napas gue juga udah hampir sekaratul maut! Tinggal satu lagi bentar, melayang dah nih gue pindah planet baru biar gak ketemu sama muka Lo lagi,," lenguh Axel berat yang tertiarap lemas dibawah sana, mendongak lemah sekilas untuk membalas kekejaman Kevan, dengan susah payah menopang berat tubuhnya sendiri dan berhenti sesaat tak sanggup untuk meneruskannya lagi mengangkat kuat tubuhnya. Ia yakin jarak inci nyawanya sebentar lagi akan terenggut paksa oleh tiupan angin deras dari terompet milik sang malaikat itu yang tak tanggung-tanggung akan merayakan kematiannya dengan begitu meriah.

Kevan sempat menukik tajam tak setuju dengan ucapan cowok gondrong itu barusan mengungkit hubungan masa lalunya, lalu setelahnya, ia pun lebih memilih mengabaikan Axel yang sudah tak berdaya nyaris mati di bawah kakinya itu.

"Tuh mata Lo kualat kali yang bener! Gara-gara hoby nya sih tukang ngintipin mulu! Huh geer banget Lo jadi makhluk astral!!" gerutu Alyra sewot sependapat dengan Axel tadi tak terima dengan sikap pongahnya Kevan, mengangkat wajahnya untuk mengejek Kevan sebentar, yang kini juga meliriknya dengan penuh tajam seakan ingin menenggelamkan ke dalam dasar kerak bumi.

Lalu Alyra segera kembali melanjutkan gerakannya sisa hitungannya dari mulut Ale yang berteriak padanya, sempat tertunda hanya karena Alyra demi menyahuti sikap menyebalkan Kevan yang terlalu penuh percaya diri itu.

"Biar hitungan terakhir Axel tadi gue terima juga!!" kata Alyra bersiap untuk menyanggupinya juga.

"Oke, deal tambah 10 lagi, tau kan jadi berapa?" Ale meangguk-angguk penuh arti, sambil mengangkat jari-jarinya seolah memperlihatkan pada Alyra yang harus menghitungnya sendiri.

"Sialan Lo Lele dasar gak punya otak!!" gumam Alyra melotot tak terima tanpa jelas didengar oleh cowok itu. Ia memperhatikan sejenak, melihat kedua jari-jari tangan Ale bersamaan berjumlah sepuluh lengkap. Sebelah tangan kanannya masih sama lima jari, sedangkan tangan jari kirinya berubah menjadi satu sekilas, setelah menjadi lima.

Alyra yang lugu merasa dia sepertinya harus memilih, antara 5 dan 1 dari salah satu kedua tangan Ale secara bergantian, setelah masih cukup bingung menatapnya. Karena Alyra yang sudah menentukan pilihannya pada sebelah tangan kirinya Ale itu tadi demi mempersingkat waktunya. Ia pun merasa itu adalah pilihan yang tepat menghemat tenaganya juga. Padahal Ale saja tidak pernah menyuruh cewek itu untuk memilih tapi dia harus untuk memahaminya.

Ale tetap Ale, mau Alyra memilih menurutinya ataupun tidak, hasilnya akan tetap sama, sesuai keinginan lelaki itu sendiri yang berhak atas akan kebebasannnya itu.

"Ya tetap satu lah! Kan tadi cuma sekali lagi bilangnya kan?!" tukas Alyra masa bodoh berkata dengan nada kesalnya setengah mati, sembari menilik Axello  yang sudah tak sadarkan diri.

"Parah banget tuh otak Lo geser plus miring lagi! Jangan lupa besok bawa pagarin sana ke dokter gigi,," ucap Kevan mulai merasa prihatin sambil menggelengkan kepalanya pada cewek merah itu sehingga memberikannya sebuah saran yang tak masuk akal.

"Sekalian Lo juga ikut sama dia periksa mata Kev ke dokter telinga kerokin tuh! Biar lo gak salah lagi kalau ngomong!!" sungut Ale benar-benar mulai kesal sekarang diambang batasnya, saat mendengar Kevan sungguh terlalu absurd saat mengatakan hal aneh itu tadi pada Alyra yang sama-sama bodohnya tanpa sadar Ale mulai jadi ikutan terbawa pengaruh mereka juga.

"Gue bingung, sekarang yang lebih goblok siapa dah disini?!" monolog Alyra mendongak ke atas langit seakan bertanya dan meminta jawaban pada seorang alien yang kebetulan terlihat sedang melintas traveling diluar astronot itu.

"Ya elu lah!!" sahut Ale dan Kevan kompak menatap penuh tajam pada Alyra secara bersamaan menunjuknya.

"Ngeselin banget sih Lo berdua nyalahin gue mulu!!" Alyra mengerucutkan bibirnya ingin sekali menjambak kepala kedua cowok itu agar berhenti membuatnya kesal.

"Emang tadi hitungannya jadi 11 kan, udah benar sih menurut gue?!" lanjut Kevan manggut-manggut sembari melirik sekilas pada Alyra.

"Salah! Totalnya 101 push up!" tegas Ale menetapkan dan mata Alyra nyaris keluar. Ia ingin pingsan tapi tidak mau Ale harus merasa menang telah berhasil menindasnya. Alyra harus kuat melawan! Ia tidak boleh kalah.

"Lah? Kok bisa segitunya? Parah sih,," Kevan menggelengkan kepalanya tak menyangka. Alyra hampir saja mengira Kevan akan meringankan bebannya, namun cowok itu malah membiarkannya pasrah begitu saja.

"Terserah, suka suka guelah!" Ale mengendikan bahunya tak acuh, malas berargumen dengan Kevan.

"Hati-hati kalau dia udah punya otot muka Lo jadi sasaran empuknya!!" Kevan mengingatkan Ale sebentar karena merasa Alyra sebentar lagi akan mempunyai kekuatan baru supernya yang jatuh dari langit.

"Yaudah sana buruan lanjutin! Masih Gue tungguin nih ya!" ujar Kevan mengawasinya sambil berdecak malas. Ale menahan senyum puasnya melihat Alyra yang keberatan dengan keputusannya itu.

"Dasar gak guna Lo jadi ipar!!" maki Alyra dalam hati.

Sampai akhirnya Alyra yang lumayan cukup terlatih kuat ia dengan cepat ingin segera mengakhirinya. Namun sebelum itu, didetik sisa-sisa tenaga Alyra yang hampir saja kehilangan kalau ia tak segera mengakalinya dengan gerakan terlihat aneh dan itu cukup menyita perhatian Kevan maupun Ale.

"Gaya Lo kok, jadi letoy gitu sih kayak habis ngentotin ap--?!" bingung Kevan menatap sedikit ragu, menggaruk keningnya yang tidak gatal, hingga Alyra menyela ucapannya dengan cepat.

"Iyalah, gue ini lagi latihan tau! Sekalian juga buat siap-siap perang kasur nanti biar bisa tahan banting semalaman!!" potong Alyra, sambil mulai tersenyum tidak jelas.

"Wah sangean bener nih cewek! Hati-hati Le, Lo bisa kena kasus perkosaan sama dia, percaya sama gue suwer!?" bisik Kevan pelan membuat Ale sedikit merinding. Ia juga menatapnya dengan pipi agak berkedut jijik pada Alyra yang tengah horor menatapnya juga.

Tak lama detik berikutnya Kevan pun tersenyum penuh arti, seraya mulai menyeringai lebar dengan mesumnya, "Mending langsung praktek deh sama gue, biar Lo gak sia-sia tuh ngentotin anginnya gimana?" goda Kevan terkekeh kecil, beranjak pada gadis merah itu sambil ikut berjongkok dibawah sana. Lalu melemparkan maksud bahasa tatapan aneh matanya juga pada Ale entah apa itu artinya. Ale bergumam kesal memperhatikannya.

"Sorry Lo payah gak level sama gue!!" ketus Alyra mendelik marah, dengan wajahnya yang setengah memerah, terkena panas matahari itu tetap mengabaikannya.

Kevan berdecih sinis ketika Alyra meremehkannya, lalu bangkit berdiri kembali. Wah nih cewek nyari perkara sama gue, besar kepala banget harus gue bungkam tuh bibirnya! batin Kevan mulai menyusun siasat jelek rencananya.

"Ogeb banget Lo berdua!!" Ale langsung menggeplak Kevan agar tidak berbuat lebih macam-macam lagi dan ingin menyudahinya. Dan Alyra seketika meringis mengaduh kesakitan saat salah satu tangannya tak sengaja kena injak kaki sepatu pantofel dari Ale saat cowok itu mendekat.

"Belum gue apa-apain ya Lo jangan coba pura-pura--?!" ucap Ale sembari mengerutkan keningnya tanpa dosa, Kevan terkekeh geli tidak jadi ingin membalas cowok itu, ia juga lebih dulu menertawakan nasib Alyra yang telah mendapatkan adzabnya begitu sempat berani mengejeknya tadi.

"Emang enak, syukurin tuh bocil, belagu sih sama pelatih macam gue cih!!" balas Kevan sinis. Alyra mendengus kasar ia juga tak sudi mengakuinya apalagi harus memuji Kevan.

"Woy Ale mata Lo budek atau gimana hah?! Lihat nih tangan gue mau bengkak, sengaja ya Lo hah?!" Ale yang baru menyadarinya pun segera langsung mengangkat kakinya berpindah, tanpa mempedulikan Alyra yang terus menggeram padanya.

"Iya, salah Lo sendiri! Kenapa harus kena sial coba hah?!" sahut Ale malas ingin menanggapinya.

Kevan masih tergelak, bisa-bisanya ia harus menikmati adegan lucu seperti ini ditengah lapangan bersama sohibnya yang sengklek itu.

"Kalau Lo udah gak sanggup selesaikan hari ini, besok nambah lagi hukumannya yang baru mau heh?" ancam Ale melirik sekilas arlojinya ditangan dan pada cewek itu agar berhenti mengeluh, melanjutkan kembali sisa waktunya itu.

Dengan terpaksa berat hati Alyra pun menuntaskannya sambil menahan sakitnya. "Ayo sayang semangat dong! Lo pasti bisa, harus! Demi masa depan kita selanjutnya!!" ucapan Kevan terdengar begitu menjengkelkan ditelinga Alyra sengaja menganggu cewek merah itu mulai menjadi hiburannya tersendiri.

Ale sampai menutupi kedua telinganya sendiri berisik karena Kevan mulai membela cewek itu meski hanya bercanda.

"Ahh!" Alyra mendesah panjang. "akhirnya selesai juga." ucap Alyra sambil berusaha bangun lalu duduk sebentar. Ia menyeka peluh keringatnya dari wajahnya yang hampir membasahi seluruh tubuhnya.

Kevan meraih Axel dari bawah sana lalu membantunya untuk segera menuju ke kelasnya. "Lo bawa minum dulu nih bentar,," kata Kevan sambil menyerahkan botol utuh minuman sialan yang sempat menimpa wajah Axel sebelumnya tadi pada Alyra. Kevan sedikit memperhatikan cewek itu yang sudah dipenuhi oleh guyuran keringat basahnya.

Hendaknya Alyra ingin menolak botol minuman itu dari Kevan, menatap penuh curiga tapi terlanjur sudah diterimanya tanpa sadar mengingat tenggorokannya sangat kering membuatnya hampir tercekat kehausan.

"Thank's,," sahut Axel bergumam kecil akhirnya melihat sekilas pada cewek merah itu, dan tersenyum singkat sebelum berlalu dari hadapannya.
Entah Axel sadar atau tidaknya,
Alyra cukup terpana sesaat, melihat senyuman manis itu untuk yang pertama kali dalam hidupnya, dari sekian lama wajah garang Axel yang selalu cowok gondrong itu tampilkan padanya hampir sama sekali tak pernah ramah bersahabat.

Alyra terdiam mematung cukup lama lalu membalas senyumannya, walau Axel tidak sempat melihatnya ke belakang, tanpa menoleh sedikitpun padanya. "Gue harap Axel mulai menerima kenyataan bahwa gue ini adalah kekasih terlamanya yang baru disatukan kembali, bukan sama seperti para mantannya yang lain itu!!" gumam Alyra bertekad bulat ingin membuktikan cinta besarnya pada cowok gondrong itu bukanlah hal sepele, apalagi dibuat main-main tanpa perasaan.

TBC....








Continue Reading

You'll Also Like

666K 19.5K 40
Ivander Argantara Alaska, lelaki yang terkenal dingin tak tersentuh, memiliki wajah begitu rupawan namun tanpa ekspresi, berbicara seperlunya saja, k...
3.3M 207K 45
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
872K 6.2K 10
SEBELUM MEMBACA CERITA INI FOLLOW DULU KARENA SEBAGIAN CHAPTER AKAN DI PRIVATE :) Alana tidak menyangka kalau kehidupan di kampusnya akan menjadi sem...
214K 25.9K 23
⚠️ BL Gimana sih rasanya pacaran tapi harus sembunyi-sembunyi? Tanya aja sama Ega Effendito yang harus pacaran sama kebanggaan sekolah, yang prestas...