WASTED LOVE (Completed)

By felisurya

146K 19K 594

[DAFTAR PENDEK WATTYS 2023] Cold ass Jacqueline, direktur paling muda di Wardhana Group, harus terusik oleh k... More

Prolog
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Bab 32
Bab 33
Bab 34
Bab 35
Bab 36
Bab 37
Bab 38
Bab 39

Epilog

8.7K 628 63
By felisurya

Jacqueline rela menahan lapar demi bœuf bourguignon buatan Marshall yang dirindukannya sejak lama. Bukan hanya rasanya yang lezat, tetapi Jacqueline juga kangen melihat Marshall memasak di dapur. Dia tidak percaya, detik ini di dapur studio flat-nya yang sempit, Marshall tengah berkutat dengan lincah membuat makanan kesukaan Jacqueline.

"Kamu nyewa studio flat di Manhattan kayak gini, memangnya nggak mahal?" celetuk Marshall, sambil memasukkan daging ke pressure cooker.

"Ya, mahal," sahut Jacqueline. "Abis mau gimana lagi?"

"Mungkin, di luar Manhattan lebih murah?"

"I don't want to commute. Capek di jalan."

"Yaelah, sombong amat, padahal biasanya juga tua di jalanan Jakarta." Marshal meledek, membuat Jacqueline mengulum senyum.

"Shall." Jacqueline memanggil.

"Ada apa?" sahut Marshall. Dia melap tangan ke celemek dan menuangkan anggur ke gelas kosong yang sudah disiapkan Jacqueline di atas meja.

"Mungkin kamu benar. Sebaiknya kita jadi housemate. Dengan begitu, biaya sewanya lebih murah, kan?"

Marshall tidak jadi minum. Dia menatap Jacqueline dengan kedua mata melebar.

"Kamu serius?" ucapnya.

Jacqueline mengangguk. Tentu saja Marshall menerima usul Jacqueline dengan senang hati. Wajahnya berbinar, lalu menyeruput minuman anggur di tangannya.

"Aku sih mau," ujar Marshall antusias. "Should I start looking for a place for us?"

"Boleh, kalau kamu nggak sibuk."

"Jacques, aku ini masih nganggur, ingat?" Marshall tertawa kecil. "But I am meeting someone tomorrow. Aku udah janjian sama manajer di restoran Perancis tempat aku kerja dulu. Kebetulan orangnya masih sama."

"Kamu mau balik ke sana lagi?"

"Iya."

Jacqueline tersenyum. "Aku senang dengarnya."

"Kenapa?" Marshall mengangkat sebelah alis. "Karena kamu bisa dapat bœuf bourguignon atau duck confit sisa?"

"Bukan. Well that is one thing but there is another more important thing." Jacqueline beranjak dari kursi dan mendekati Marshall. "Aku senang karena berarti akhirnya kamu bakalan melakukan apa yang kamu suka setiap harinya."

"Kamu benar." Marshall mengangguk, menyeruput anggur dari gelas sekali lagi. "Jadi, kamu merasa bahagia kalau aku juga bahagia."

"Of course."

"Kenapa?"

"Isn't it obvious?"

Jacqueline meletakkan gelasnya di atas meja. Kemudian dirinya dan Marshall saling pandang dalam hening yang sesaat.

"Shall," panggil Jacqueline.

"Iya?" Marshall menyahut.

"I think the saltwater room has turned into a freshwater room."

Marshall terlihat bingung. "Hah? Maksudnya?"

"Lagu The Saltwater Room. Dulu kamu pernah bilang, mungkin kalau dua tokohnya akhirnya bersatu, judulnya bakal ganti jadi The Freshwater Room." Jacqueline menjelaskan. "Ingat?"

"Oh!" Marshall menjentikkan jari, kemudian terkekeh. "Iya, iya. Aku ingat."

"Well, I think our saltwater room has turned into a freshwater room."

"Maksudnya?"

Jacqueline mengeluh. "Duh, kamu kok nggak ngerti, sih?"

"Asli, aku nggak ngerti beneran. Maksudnya apa?"

"It means—" Jacqueline terdiam sejenak, sementara Marshall menunggu dengan penasaran lanjutan kalimat Jacqueline. "—I love you too."

Raut wajah Marshall berubah. Perlahan-lahan senyumnya mengembang, semakin lama semakin lebar. "Akhirnya, aku dengar kata-kata itu juga dari mulut kamu."

Jacqueline buru-buru memalingkan wajah, kemudian meraih gelas anggurnya lagi.

"Aku ngerti kok maksud kamu," bisik Marshall, mengambil kembali gelas Jacqueline dan meletakkannya di meja. Dia menyentuh dagu Jacqueline dan mengarahkan kepalanya untuk saling bertatapan dengannya. "Cuma pura-pura nggak tahu aja, biar kamu ngucapin langsung."

Mulut Jacqueline membuka, hendak meluncurkan protes kepada Marshall. Tetapi, belum sempat dia mengeluarkan suara, Marshall sudah membungkamnya, memagut bibirnya dengan lembut dan melepaskannya di saat Jacqueline mulai larut.

"Thank you, Jacqueline."

Jacqueline menghamburkan diri ke pelukan Marshall, membiarkan Marshall mendekapnya erat dan menghujaninya dengan ciuman gemas. Rasanya menyegarkan.

***END***

Berlin, 18.10.2020 - 21.08.2021 - 23.09.2021 20:25

Thanks for reading! 

Continue Reading

You'll Also Like

219K 37.2K 34
[Wattys 2022 Winner Kategori Romance - Penghargaan Karakter Terbaik] ** Apa jadinya kalau calon CEO muda blusukan ke dalam desa? Benjamin Cokro haru...
124K 13.6K 36
Copyright © 2017 by Littlesunshine_ • DILARANG KERAS MENJIPLAK, MENYALIN, MENCETAK CERITA INI TANPA SEIZIN PENULIS • ---------------------- Ardisa...
162K 19.7K 30
#1 The Justice Bergabung kembali dengan Adhikayasa membuat Bella harus menyeburkan diri pada marabahaya yang selalu siap menimpanya. Dilatih menjadi...
467K 48.5K 24
Sudah cetak selfpub ISBN 978-602-489-913-4 Malika kembali ke negara asalnya dua tahun setelah perceraian itu terjadi. Perceraian yang mematahkan hat...