WASTED LOVE (Completed)

By felisurya

146K 19K 594

[DAFTAR PENDEK WATTYS 2023] Cold ass Jacqueline, direktur paling muda di Wardhana Group, harus terusik oleh k... More

Prolog
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Bab 32
Bab 33
Bab 34
Bab 35
Bab 36
Bab 37
Bab 38
Bab 39
Epilog

Bab 12

3K 462 20
By felisurya

Esok harinya Marshall absen. Dia cuma mengirim pesan singkat kepada Jacqueline di pagi hari, bilang bahwa dia sedang ada urusan sehingga tidak bisa datang ke kantor.

Marshall
Oh ya, jangan bilang ayah saya kalau saya absen, please cover up for me ;)

"Siapa itu? Kecentilan amat pakai emoji segala."

Jantung Jacqueline mencelus manakala dia mendengar suara Alfons di telinganya tanpa aba-aba. Saking kagetnya, hampir saja ponsel Jacqueline terlempar dari tangannya. Deg. Deg. Deg.

"Orang kantor," jawab Jacqueline. "Anaknya bos besar."

Jacqueline menunggu reaksi Alfons selanjutnya. Tubuhnya menegang. Tangan Jacqueline sudah dalam posisi siap untuk menangkis Alfons.

"Oh."

Di luar dugaan, Alfons membalas dengan santai. Jacqueline kira, Alfons akan mempermasalahkan emoji yang dikirimkan Marshall untuknya. Memang itu cuma emoji, di mata orang normal, it doesn't mean anything. Tapi, Alfons bukan manusia normal. Tidak akan pernah ada yang tahu apa yang normal dan tidak di mata Alfons.

Ketika kembali ke rumah setelah pulang dari kantor semalam, Jacqueline terkejut bukan main mendapati Alfons sedang merebahkan diri di atas sofa, kelelahan. Dia menyapa Jacqueline dengan santai, tetapi Jacqueline menjawabnya dengan was-was. Sejak setahun terakhir, Alfons ditugaskan sebagai konsultan untuk proyek di Surabaya. Dia hanya pulang seminggu sekali saat akhir pekan. Itu sebabnya Jacqueline kaget melihat sosok Alfons di hari biasa. Ternyata Alfons kembali lebih awal dari biasa lantaran ada urusan di kantor pusat. Jacqueline membiarkannya terkapar di sofa malam itu, supaya dia bisa menenangkan diri di kamar.

"Kamu pulang jam berapa hari ini?" Alfons bertanya esok paginya sambil menyeruput kopi. Sekilas, tidak ada yang aneh dengan orang ini. Dia tampan, senyumnya simpatis, karirnya cemerlang sebagai senior di sebuah perusahaan konsultan manajemen. Sebetulnya, jika tidak ada yang memicu amarahnya, Alfons juga akan bersikap baik-baik saja terhadap Jacqueline. Masalahnya, Jacqueline tidak pernah tahu kapan emosi Alfons muncul atau lebih parah lagi apa yang membuatnya terpancing.

"Belum tahu. Lagi banyak kerjaan di kantor. Aku bakalan lembur." Jacqueline menyahut. "Kamu butuh sesuatu?"

"Nggak, cuma mau ngajak makan malam bareng aja. Shall I reserve a place somewhere close to your office? Supaya kamu bisa break sebentar buat dinner kalaupun harus lembur."

Alfons can even be super sweet. Tidak setiap kali pulang Alfons menghajar Jacqueline. Sering kali juga dia membawa Jacqueline pergi makan malam, menemaninya berbelanja atau sekedar jalan-jalan di mal ketika sedang berakhir pekan di Jakarta. He could act completely normal as well.

"Iya, boleh." Jacqueline mengangguk. Sebetulnya dia ingin sesedikit mungkin menghabiskan waktu bersama Alfons, the more you spend time with him, the more prone you are to his sudden burst of anger, tetapi Jacqueline juga tidak ingin mengambil resiko Alfons menjadi marah karenanya, itu sebabnya dia mengiyakan ajakan Alfons.

"Let's make it jam setengah 8, ya? Aku hari ini ada meeting, takut ngaret selesainya."

Jacqueline mengangguk lagi. See? It's a pretty normal, fine morning. Jacqueline bahkan bisa tersenyum dan berpamitan secara damai dengan Alfons sebelum berangkat ke kantor. Jacqueline punya firasat baik tentang hari itu. Ketika dia tiba di kantor dan bertemu dengan Adi di rapat pun, Jacqueline tidak keberatan untuk berbohong supaya Adi tidak tahu bahwa Marshall hari itu absen.

"Marshall mana?" tanya Adi, melihat kursi kosong di sebelah Jacqueline. "Jam segini masih belum nyampe kantor?"

"Udah Pak, udah." Jacqueline buru-buru menjawab. "Tadi saya udah ketemu dia. Tapi, tadi dia kabarin saya lagi pergi off site visit, jadi nggak ikut meeting kita."

"Kamu udah mulai ngasih task ke dia?"

"Iya, udah kok, Pak."

Adi mengangguk puas. Dalam hati, Jacqueline lumayan deg-degan. Kalau sampai Adi tahu dia berbohong, bukan cuma Marshall yang mampus, tapi dia juga. Jacqueline melewati seharian itu dengan kesibukannya yang tidak ada jeda. Ketika maghrib menjelang, Alfons mengirimkannya pesan, mengingatkan janji makan malam mereka dan menyebutkan restoran yang sudah direservasi oleh Alfons. It's all good. Jacqueline membereskan barang-barangnya tepat waktu. Mengingat mood Alfons yang sedang bagus, dia membatalkan niatnya untuk lembur malam itu. Setibanya di restoran, Alfons sudah duduk di meja. Ada segelas cocktail yang sudah habis setengahnya.

"Hai." Jacqueline menyapa, menarik kursi di hadapan Alfons.

Alfons mengangkat kepalanya yang tertunduk menatap layar ponsel. Senyumnya mengembang tipis saat dia membalas sapaan Jacqueline. "Hai."

Jacqueline memeriksa tatapan mata Alfons dengan hati-hati. All good. Tubuhnya mulai meregang. Jacqueline menjadi sedikit lebih rileks.

"Kamu mau pesan apa?" Alfons mendorong buku menu di hadapannya. "Tadi aku udah pesan."

Jacqueline membuka buku menu. Sembari matanya memindai deretan makanan yang terdaftar, sesekali dia melirik Alfons. Jacqueline merasa aman. Alfons terlihat sedang gembira malam itu. Maybe something good happened at his office. Jacqueline memanggil pelayan untuk memesan.

"How's your day?" tanya Alfons setelahnya.

"Lumayan lancar," jawab Jacqueline. "How's yours?"

Alfons tersenyum lebar, menunjukkan lesung pipi kanannya yang paling disukai Jacqueline. "Good news! Akhirnya aku udah bisa pindah tugas lagi ke Jakarta. Jadi kita nggak perlu lagi terjebak long distance marriage."

"Oh—" Jacqueline terkejut mendengarnya, definitely not in a good way. Setahun terakhir ini dia bisa tahan hidup dengan Alfons karena Alfons hanya pulang ke Jakarta di akhir pekan. Kalau dia mulai ditugaskan di Jakarta lagi secara permanen, bagaimana Jacqueline bisa selamat tinggal dengannya setiap hari?! It's like walking on eggshells every day.

"Dua minggu lagi aku udah permanen kerja di Jakarta." Alfons melanjutkan ceritanya dengan semangat. "Minggu depan aku full di Surabaya, termasuk weekend untuk nyelesaiin semua urusan di sana, lalu Seninnya udah mulai kerja di sini."

"Oh."

"Kamu nggak senang dengarnya?"

"Bukan, bukan begitu." Jacqueline cepat-cepat menyunggingkan senyum di wajahnya. "Aku senang. I was just surprised."

"Aku juga. It's good news, really."

"Iya." Jacqueline tersenyum lagi, lalu segera menyeruput minuman yang tersaji di depannya untuk menutupi ekspresi wajah yang sesungguhnya.

"Kita jadi punya lebih banyak waktu untuk mencoba lagi sekarang."

"Hmm?"

"Kalau setiap hari kita ketemu, tinggal serumah, we would have more time for each other. Kita bisa coba lagi untuk punya anak."

Jacqueline nyaris menyemburkan minumannya.

"Kamu nggak usah balik lagi ke kantor setelah dinner, oke?" pinta Alfons.

Otak Jacqueline tiba-tiba menjadi kacau. Sejuta skenario berterbangan di dalam benaknya. Dia jadi tidak bisa lagi mengendalikan ucapannya.

"Aku lagi menstruasi."

Sedetik kemudian Jacqueline memaki dirinya. What the f*** did you just say?! Respon Alfons malah semakin membuat Jacqueline bergidik. Dia meraih tangan Jacqueline dan meremasnya dengan lembut.

"It's okay, we can postpone the baby making afterwards. Nanti aku pakai kondom aja, I'm fine with that."

Jacqueline kehabisan kata-kata. Dia menelan ludah. Ini bukan pertama kalinya Alfons memaksa ketika dia tidak sedang ingin melakukannya. Dia sama sekali tidak ingin lagi melakukannya dengan Alfons sejak setahun terkahir.

"I-i-it's—" Jacqueline tergagap. "—it's going to be messy, Alfons. Remember last time?"

"I'm fine with it." Alfons tersenyum. Dia mengusap punggung tangan Jacqueline. "I find it sexy. Lagi pula, kamu tau kan sex can relieve menstrual pain. So, thank me afterwards."

Alfons melepas genggaman tangannya ketika pelayan datang dan mengantarkan makanan mereka.

"Yuk, makan dulu."

Terus terang, Jacqueline sudah tidak punya nafsu makan lagi sekarang. Yang ada malah dia merasa mual dan ingin muntah. Kenyataannya Jacqueline tidak sedang menstruasi. In fact, dia sedang merasa sangat fit. Tetapi, membayangkan dia harus bersetubuh dengan Alfons malam ini membuatnya langsung merasa mulas. Dia menjadi lebih mulas lagi ketika sadar bahwa barangkali dia harus melayani Alfons setiap hari jika dia pindah lagi ke Jakarta.

***

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 108K 47
⚠️ Jangan menormalisasi kekerasan di kehidupan nyata. _______ Luna Nanda Bintang. Gadis itu harus mendapatkan tekanan dari seniornya di kampus. Xavie...
467K 48.5K 24
Sudah cetak selfpub ISBN 978-602-489-913-4 Malika kembali ke negara asalnya dua tahun setelah perceraian itu terjadi. Perceraian yang mematahkan hat...
4.6M 134K 88
WARNING ⚠ (21+) πŸ”ž π‘©π’†π’“π’„π’†π’“π’Šπ’•π’‚ π’•π’†π’π’•π’‚π’π’ˆ π’”π’†π’π’“π’‚π’π’ˆ π’˜π’‚π’π’Šπ’•π’‚ π’šπ’ˆ π’ƒπ’†π’“π’‘π’Šπ’π’…π’‚π’‰ π’Œπ’† 𝒕𝒖𝒃𝒖𝒉 π’π’“π’‚π’π’ˆ π’π’‚π’Šπ’ 𝒅𝒂𝒏 οΏ½...
4.1M 30.8K 34
⚠️LAPAK CERITA 1821+ ⚠️ANAK KECIL JAUH-JAUH SANA! ⚠️NO COPY!