AMOUR

By hwepiy

4.1K 1.4K 5.8K

Terlahir sebagai anak kembar identik, bagaimana perasaanmu? Pasti bahagia karena bisa saling tukaran pakaian... More

1. Yang bertopeng
2. Shaka dan Dunianya
3. Hitam Putih
4. Peringatan Pertama
5. Sisi Yang Berbeda
6. Milik Azka
7. Bukan Sembarang Kejutan
8. Baper? Ya kali!
9. Mascrush
10. Closer
11. Oh shit!
12. Icha vs Keysha
13. Pertandingan Sengit
14. Selimut Bernyawa
15. Prioritas
16. Belajar Bareng
17. Gara-gara Foto
18. He's annoying!
19. Jealousy
21. (Not) Strong Enough
22. Sibling Rivalry
23. One Fine Day
24. (Bukan) Shaka
25. Bak Kaset Rusak
26. Terjebak Dalam Labirin
27. Favourite Man
HAI EVERYONE!

20. Esedensies

81 24 200
By hwepiy

Yey, ketemu lagi!

Apa kabar, fren?

🦋 Happy reading, y'all 🦋

Wanita dengan rok abu-abu sekolah dan sweater rajut berwarna putih menghampiri pasangan remaja yang tengah berbincang. Kehadirannya membuat Icha sebal, karena memotong pembicaraannya dengan Aufa.

"Shaka dimana ya?" tanya Keysha. Aufa hanya mengedikkan bahunya.

"Dia udah keluar kelas belum?" tanya gadis itu lagi. Dan jawaban Aufa pun sama seperti sebelumnya. Lagi-lagi pertanyaan terlontar dari bibir Keysha, "Apa dia ada ekskul?" Jawaban Aufa tetap sama.

"Lo—"

"Duh, lo kira Aufa itu buntutnya Shaka, hah? Lo kira pacar gue itu penguntit yang tau kemana Shaka pergi, hah? Cari sana sendiri! Punya kaki, punya mata, kenapa gak digunain?" cerca Icha yang kelihatannya sudah naik pitam.

Keysha pun menjawab dengan ketus, "Gue cuma nanya, hak gue mau nanya banyak atau sedikit."

"Tapi kehadiran lo itu ganggu gue sama Aufa, gak liat ya tadi kita berdua lagi ngobrol?" sarkas Icha.

Keysha menanggapi hal itu dengan emosi, "Lagian gue nanya ke Aufa, bukan ke lo. Kenapa lo sewot?"

"Loh, gue juga punya urusan sama Aufa, kenapa lo nyerobot?" Icha menatap wanita yang lebih pendek darinya dengan sinis.

Keysha mengabaikan Icha, ia malah akan bertanya lagi dengan pria itu, "Auf—"

"Gue gak tau Shaka dimana, gue gak liat. Udah ya? Gue mau pulang, kasian Icha udah capek belajar seharian malah ribut sama lo." Aufa naik ke motor dan meminta kunci motornya ke Icha, lantas menyuruh gadis itu naik untuk diantarnya pulang.

Deru mesin motor Aufa membuat Keysha geram. Ia pikir bisa mendapatkan pembelaan dari pria itu, tapi ternyata tidak sama sekali.

Ꮺ ָ࣪ ۰ Amour ‹!

Ibu berusia empat puluh tahun tengah menatap foto dua bayi laki-laki berwajah sama dalam satu frame yang dibingkai dengan bingkai kayu coklat. Kemudian menurunkan foto itu dari pandangannya dan beralih menatap kedua remaja laki-laki yang sedang fokus pada ponsel masing-masing.

Ibu itu duduk di samping remaja laki-laki berkaos putih polos dan bercelana hitam selutut.

"Bun, kasih tau cara deketin cewek dong," pinta cowok kaos putih itu, menggoyang-goyangkan lengan bundanya.

"Deketin cewek? Kamu mau deketin siapa, hayo?" tanya Bunda penasaran.

Shaka berdecak, "Ya ceweklah. Nanti aku kasih tau siapa ceweknya kalau udah berhasil."

"Kamu yakin?" Bunda memastikan, Shaka mengangguk.

"Tapi kan—"

"Itu jadi urusan Shaka. Bunda tenang aja, Shaka gak akan nyakitin cewek itu kok. Shaka juga janji, cinta aku ke Bunda akan terus lebih besar."

Bunda menatap Shaka terharu. Pria itu selalu saja pintar mendapatkan hatinya, membuatnya selalu tak ingin melepas putra kesayangannya itu.

Azka pun menyudahi aktifitas bermain game di ponselnya dan memutuskan untuk ikut nimbrung dalam obrolan kembarannya bersama bunda.

"Keren juga tuh cewek bisa nyuri hati lo," puji Azka. Shaka mengabaikan omongan kembarannya itu. Azka menarik napas kasar dan segera pergi meninggalkan dua orang yang ia sayangi sedang asyik berbincang.

Shaka memulai konsultasi cintanya dengan Bunda, "Di toko buku ada kamus kode cewek gak, bun?"

Bunda terkekeh. "Ya nggaklah. Buat apa juga ada kamus kayak gituan."

"Bingung mahamin kode kaum Hawa, kali aja gitu ada kamusnya, biar gak salah nerjemah," ceplos Shaka sembari menggaruk tengkuknya.

Shaka melanjutkan lagi, "Bun, cewek itu sukanya apa?"

Wanita paruh baya itu terlihat sedang mencari jawaban yang tepat. Meskipun bunda juga perempuan, tapi suka terhadap sesuatu itu bisa berbeda tiap individunya. Bunda mencari jawaban dari sudut pandang semua wanita, bukan dari bunda saja.

"Hm, insecure," jawab Bunda. "Perempuan sekarang itu suka banget gak percaya diri sama dirinya sendiri. Minder sama kecantikan orang, minder sama pencapaian orang lain."

"Kenapa harus begitu sih, Bun? Padahal semua wanita itu cantik dan bertalenta dengan caranya sendiri."

"Itu karena dia belum kenal sama dirinya sendiri. Kalau dia kenal betul dan paham dengan diri sendiri, bunda yakin, yang namanya insecure gak akan ada di dalam diri mereka," jelas Bunda membuat anaknya itu mengangguk paham.

"Sebagai laki-laki, kamu harus pahami itu. Harus kasih pengertian, bukan malah nuntut mereka buat jadi sempurna. Kamu aja gak mau 'kan dituntut selalu jadi yang terbaik di mata semua orang?" Shaka menggeleng.

Bunda menepuk pundak pria itu sekali kemudian mengusapnya sembari berkata, "Bunda yakin, kalau Shaka dan Azka pasti bisa treat a woman like a queen. Bunda percaya, kalian gak akan gores hati para perempuan. Siapa pun itu perempuannya. Kalau kalian nyakitin mereka, tandanya kalian juga nyakitin bunda."

Shaka tersenyum lebar kemudian merengkuh tubuh hangat Bunda. Menghirup dalam-dalam wangi khas beliau yang tiap detiknya ia rindukan. Shaka paham kenapa bunda selalu menuntut dirinya untuk tidak menggores sedikit pun hati seorang wanita. Menuruti apa kata bunda tidak akan sesat. Tidak akan salah.

Berbeda dengan Azka yang dari tadi mengintip dan mencuri pendengaran dari obrolan adik kembarnya itu. Dadanya terasa sesak seperti ada sesuatu yang menghimpit. Tapi di sisi lain, ia bahagia karena akhirnya Shaka mau membuka hatinya untuk seorang perempuan.

Ꮺ ָ࣪ ۰ Amour ‹!

Di depan sebuah rumah besar tingkat dua dengan cat dominan putih hitam, berdirilah Shaka bersama seorang anak kecil di sampingnya. Sudah sepuluh menit ia berdiri di depan pintu besar warna putih. Mengetuk pintu dua kali dan memencet bel sekali.

Hingga pintu besar itu terbuka, menampakkan seorang gadis dengan daster selutut serta rambut yang dikucir asal. Gadis itu tentu saja terkejut dengan kehadiran Shaka tiba-tiba, ditambah penampilannya yang tidak enak dipandang. Sekar menyembunyikan tubuhnya di balik pintu dan hanya memunculkan kepalanya saja.

"Kenapa sih, kok ngumpet gitu?" tanya Shaka heran.

"Kalo mau ke sini, chat dulu dong," jawab Sekar dengan suara tidak bersahabat.

"Malu pake daster? Ya elah santai aja kali, tetep cantik kok." Shaka memujinya.

Kedua mata Sekar melotot, buru-buru ia menetralkan ekspresinya lagi. Dipuji membuatnya segera keluar dengan pakaian ternyamannya. Menatap ke bawah untuk melihat laki-laki kecil yang bersama Shaka.

Sekar berjongkok, menyejajarkan dirinya dengan adik kecil itu. Ia mengulurkan tangan untuk memperkenalkan diri. "Aku Sekar, kamu?" tanya gadis itu ramah.

"Gema," jawab anak kecil itu setelah menjabat tangan Sekar.

"Anak lo?" tanya Sekar asal.

"Iya, gue duda." Shaka juga menjawabnya dengan asal.

"Kasian mantan istri lo, tiap hari pasti dikasih soal fisika mulu," ceplos gadis berdaster itu.

"Gue ke sini mau nyari istri baru."

Sekar berdiri dan bersedekap, "Nggak dulu deh, gue masih mau yang lajang."

Keduanya tertawa hingga tuan rumah mempersilakan Shaka dan Gema masuk ke dalam rumahnya. Sekar tidak akan membawa kedua tamunya itu untuk duduk di ruang tamu, melainkan di halaman belakang rumahnya.

Sekar mengajak Gema duduk di ayunan yang bangkunya panjang. "Ada apa ke sini?" Sekar dari tadi sudah penasaran maksud cowok itu datang tiba-tiba.

"Gue ada salah ya? Kalau iya, mau minta maaf langsung," tanya pria itu langsung.

"Oh. Nggak," jawab Sekar seadanya.

"Kalau nggak, kenapa tadi lo cuekin gue?"

"Siapa yang nyuekin lo? Pede banget sih. Gue cuma lagi gak mood liat muka lo," ketus Sekar.

"Halah bohong. Muka ganteng begini mana bisa bikin lo gak mood." Pria itu benar-benar percaya diri tingkat dewa.

Sekar menghela napas, "Gimana ya jawabnya? Gimana gue bisa jawab pertanyaan yang gak jelas. Yang bikin gue emosi, hah?Hah? Emosi gue lama-lama, ya," ledek gadis itu. Shaka terkekeh geli mendengarnya.

Kemudian Sekar berinisiatif bertanya kepada Gema, apakah anak kecil itu setuju dengan yang diucapkan Shaka tadi? Kalian tau apa jawabannya? Jawabannya adalah ...

"Aa Shaka ganteng kok," ujar bocah kecil itu diakhiri dengan cengiran lucu.

Ꮺ ָ࣪ ۰ Amour ‹!

Shaka sedang pergi ke toilet. Gema ditinggal bersama Sekar di ayunan. Gadis itu yang tidak terbiasa ngobrol dengan anak kecil pun bingung harus apa. Masalahnya, Gema juga diam saja menikmati lollipop yang dibawanya.

Sekar membuat ayunan tersebut mengayun pelan sembari mencari topik untuk anak kecil itu. Gadis itu beranjak ke dalam rumah ketika teringat kalau di kamarnya ada mainan milik saudara kecilnya yang sengaja ditinggal di rumahnya.

Sekar memberikan mainan mobil-mobilan itu kepada Gema, yang kemudian bocah itu turun dari ayunan dan asyik sendiri dengan barang yang diberikan Sekar. Shaka kembali dan duduk di satu ayunan yang sama dengan Sekar

"Boleh tanya satu hal tentang Gavin?" Pertanyaan itu jelas saja membuat Sekar terkejut, sebelum menjawab, ia menimbang-nimbang apakah harus menjawabnya atau tidak. Tapi, pada akhirnya Sekar menjawab pertanyaan itu dengan anggukan.

"Kenapa lo selalu shock gitu kalau ketemu Gavin?" tanya Shaka sambil menatap kedua bola mata coklat milik Sekar. Akhirnya pertanyaan satu ini terlontar juga.

Sekar tersenyum getir sebelum menarik napas panjang dan mengembuskannya. Sebetulnya gadis itu tidak pernah siap untuk membuka lembaran usang itu, namun entah darimana perasaan nyaman bercerita dengan Shaka hadir dalam lubuk hatinya.

"Gavin dulu sahabat gue dari SD sampai SMP. Dia itu baik banget ke gue, keluarga dia juga deket banget sama keluarga gue. Pokoknya kita itu kayak keluarga banget deh," terang Sekar sambil mengingat-ingat kejadian yang sudah lama itu.

Sekar melanjutkan lagi, "Tapi, waktu kelas 2 SMP, Gavin berubah. Pelan-pelan dia menjauh waktu gue ... dibully. Gue dibully satu sekolah, Shak. Padahal gak salah apa-apa. Oh, salahnya adalah gue jelek. Buruk rupa dan ... bodoh. Mereka bully gue karena itu. Gue dibilang gak pantes masuk sekolah itu, sekolah yang terkenal karena muridnya good looking dan cerdas."

Tatapan mata Sekar berubah sendu, kali ini ia tidak berani menatap ke depan atau ke atas. Gadis itu menunduk tapi tetap melanjutkan ceritanya.

"Gavin?Dia malah ikutan hina-hina gue. Dia bilang ke semua orang, kalau ... dia bukan sahabat gue. Sakit banget, hehe."  Sekar tersenyum kecut. Tenggorokannya tercekat, ia merasakan sakit yang mendalam ketika bercerita di bagian itu. Rasanya tidak sanggup, tapi ia sudah tidak tahan menahan itu semua.

Gadis cantik itu mendongakkan kepalanya ke atas untuk menahan air mata yang hendak jatuh. "Oh ... awalnya dia selalu belain dan lindungi gue di depan orang yang jahat ke gue, tapi lama-lama dia kehasut sama ka Melati, oknum pertama yang bully gue. Katanya, kalau dia masih belain gue, dia juga bakal kena bully."

Kemudian Sekar menatap Shaka dengan mata dan wajah merah, "Gue gak minta terlahir jelek, Shak. Tuhan yang kasih, gue gak minta! Kenapa mereka menghina ciptaan Tuhan yang satu ini?" Ia menunjuk-nunjuk dirinya sendiri.

Shaka tidak menyangka kalau ini akan jadi hal yang emosional. Ia kalang kabut, namun cara yang bisa ia gunakan adalah menenangkan gadis itu yang sudah terisak. Cowok berkaos itu merangkul pundak Sekar dan mengusapnya untuk menyalurkan ketenangan.

"Gak ada satupun orang yang ada di samping gue. Bahkan Ibu juga gak percaya kalau gue dibully habis-habisan di sekolah. Kenapa mereka gak ngerti, Shak? Kalau aja gue bisa minta, gue juga pengen terlahir cantik. Shak ...." Napas Sekar kian memburu.

Shaka mendekap gadis itu erat. Pria itu mengerti dan ikut merasakan bagaimana perasaan gadis di sampingnya kala itu. Tidak ada seorang pun yang bisa baik-baik saja ketika menceritakan kembali kisah masa lampau yang menyakitkan. Butuh waktu yang lama untuk bisa menerima kenyataan yang pahit itu.

"Gak usah dilanjut ya. Maaf kalau gue jadi buka luka lo," ujar Shaka dipenuhi rasa bersalah. Meski begitu, sekarang ia jadi tau mengapa Sekar setuju dengan usulannya untuk pindah kelas.

Cowok itu menebak, kalau Sekar belum menceritakan semua kejadiannya. Tapi ia juga tidak bisa memaksa karena itu hanya akan menimbulkan luka paling dalam untuk diri Sekar.

Sekar memukul-mukul dadanya untuk menghentikan sesak yang memenuhi ruangnya bernapas. Kedua matanya tak kuasa lagi menahan tangis yang kian berebut ingin keluar. Kepalanya pening karena kejadian empat tahun lalu terputar lagi di otak. Bahkan gadis itu pun sempat menjambak rambutnya sendiri.

Shaka menarik tangan Sekar untuk menghentikan perbuatan gadis itu yang menyakiti dirinya sendiri. Sore itu, Shaka benar-benar melihat sisi rapuh seorang gadis yang selama ini ia kenal ceria. "Sekar, jangan begini ya. Kasian tubuh lo kesakitan, kalo sakit, nanti siapa yang temenin gue lomba-lomba lagi?" lirih pria itu nelangsa.

Gadis itu masih terisak di pelukan cowok itu. Tidak peduli lagi penampilannya yang sudah berantakan, "Gak ada yang sayang sama gue, Shaka. Harusnya gue mati aja ya? Harusnya waktu itu gue bunuh diri ya?"

Shaka menarik tubuh Sekar dari pelukannya. Tangannya yang kokoh terulur untuk menghapus air mata yang terus-menerus jatuh ke pipi Sekar. Kemudian dengan takut-takut, gadis itu menatap Shaka.

"Mati itu gak menyelesaikan masalah, cantik. Lo harus bertahan apapun masalahnya. Banyak kok orang-orang yang sayang sama lo. Ada keluarga lo, Icha, Naya, gue juga. Jadi, jangan liat semua orang dengan kesalahan orang yang udah nyakitin hati lo."

Eits, sebentar! Kayak ada yang janggal dari perkataan Shaka tadi. "Lo sayang sama gue?" tanya Sekar di tengah isakannya. Gadis itu membenarkan ikatan rambutnya.

"Sayang. Sayaaang banget," jawab Shaka tidak sadar.

"Sayang banget? Lo jatuh cinta sama gue?" ledek Sekar. Ia menghapus sisa-sisa air mata di pipi.

"Eh, eh bukan gitu maksudnya. Eh, gimana ya? Anu, duh bukan begitu," bantah Shaka.

Sekar tertawa melihat ekspresi bingung dari wajah cowok itu. Padahal kalau sayang beneran dan jatuh cinta juga gak apa-apa. Kenapa Shaka malu-malu gitu sih?

Senyum terbit di bibir Shaka melihat kini gadis itu sudah kembali ceria dan usil lagi. Gak apa-apa deh keceplosan, asal Sekar senang.

‼️ To be continued ‼️

Ada yang mau kasih sumpah serampah
buat Gavin? 😏

Maaf ya slow update 😩

N E X T ?

🦋 See yew babe 🦋

Continue Reading

You'll Also Like

356K 4.1K 19
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

4.1M 244K 30
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
5.5M 371K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

625K 28.9K 50
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...