DISA | broken

By mataair24

2M 131K 17.3K

END. "Gimana kalau kita kasih pelajaran dengan cara bawa ke bar? Kita kerjain, ajak minum, bawa kehotel, trus... More

•DISA MAULIDYA•
•ARKAN DAMAREL•
01||
02||
03||
04||
05||
06||
07||
08||
09||
10||
11||
12||
13||
14||
15||
16||
17||
18||
19||
20||
21||
22||
23||
24||
25||
26||
27||
28||
29||
30||
31||
32||
33||
34||
35||
36||
37||
38||
39||
40||
41||
42||
43||
44||
45||
46||
48||
49||
50||
51||
52||
53||
54||
55||
56||
57||
58||
EXTRA PART
⛔️SEQUEL⛔️
?¿

47||

29K 2.1K 249
By mataair24

Marah boleh, berantem boleh, capek boleh, tapi ga boleh udahan.
_____________________________________

"Mau dimasakin apa?"

"Apa aja."

Disa menghela nafasnya panjang, ia tampak berfikir sejenak. Memikirkan menu apa yang enak untuk ia sajikan pada Arkan. Disa fikir ia harus memasakkan pria ini makanan yang sehat agar Arkan cepat pulih dari sakitnya.

Disa beralih pada kulkas saat melihat di rak persediaan belanjaan nya yang tidak terdapat apa-apa. Ia membuka kulkas itu dan, sama saja. Isi kulkas ini tak terdapat persediaan makanan sedikitpun.

"Yahh." Keluhan Disa dapat terdengar jelas ditelinga Arkan.

"Kenapa?"

"Stok makanan udah habis."

"Yaudah."

Mendengar respon Arkan yang seperti itu Spontan Disa berbalik badan dan memandang ke arah Arkan. "Trus gimana? Mau dimasakin apa?"

Arkan berdiri dari duduknya. Ia mengikis jarak nya pada Disa. Menggenggam pergelangan tangan wanita ini. "Gak usah aja, ayo balik ke kamar. Ntar kalau dapet ciuman paling lapernya ilang."

Disa berdecak. Ia melepaskan pelan cengkraman tangan kekar pria ini. "Ck, Kak Arkan lo ih!"

"Apa?" Arkan menatap wajah Disa seraya menaikkan kedua alisnya.

Bentar, Disa menjadi teringat bahwa di kitchen set nya terdapat stok mie instan. Bergegas Disa melihat apakah persediaan itu masih ada atau tidak.

Dan tepat, Disa menemukan beberapa bungkus mie instan disana. "Ada mie nih! Mau dimasakin mie aja?"

"Eh tapi jangan makan mie deh, gak baik. Kan lo lagi sakit."

"Atau gofood aja ya?"

"Yaudah masakin mie aja." Final Arkan.

"Go food aja deh ya. Biar gak makan mie."

"Ck, gue mau nyoba makan masakan lo."

Disa menghembuskan nafasnya panjang. "Yaudah iya, ini dimasakin."

Disa memulai berkutat pada peralatan masak nya.

"Trus ngapain disini? Duduk anteng sana, nunggu sampe udah jadi aja." Titah Disa saat melihat Arkan yang masih berdiri santai disamping nya. Arkan tampak terus memerhatikan Disa disini.

"Masalah emang kalau gue berdiri disini?"

"Masalah, jadi gak fokus."

"Gak fokus karna kegantengan gue?"

"Dih pede."

Arkan terkekeh kecil. Ia mengikis jaraknya pada Disa. "Sini biar gue bantu."

"Gak usah!" Tolak Disa mentah-mentah. "Nanti yang ada jadi berantakan. Udah lo tunggu aja, duduk anteng disana gih."

"Gamau."

"Biar gue yang potong." Dengan cekatan Arkan merampas dan mengambil alih pekerjaan Disa.

"Kak Arkannnnnnn." Geram Disa.

"Apa Disa." Sahutnya tanpa memandang ke arah Disa, Arkan fokus pada pekerjaan nya.

Disa mendesah malas. "Suka-suka lo deh." Ia meninggalkan Arkan. Beralih pada pekerjaan nya yang lain. Yaitu memilih merebus air untuk mie ini nanti.

"Habis makan cuddle, gimana?"

"Gak!" Tolak Disa dari sana.

"Harus."

"Apasih maksa."

"Gak ada penolakan ya adek kelas."

"Gila!" Celetuk Disa. "Lo kakak kelas ter gila tau gak!"

"Gila karna lo. Lo yang buat gue udah gila banget sama lo."

Disa menarik nafasnya panjang. Beralih memandang Arkan yang tampak fokus di sana. "Kak Arkan lo kenapa jadi gini sih?"

"Gini gimana?"

"Yaa— anehh."

"Lo mau gue balik lagi jadi Arkan yang dulu? Arkan yang hobi banget marah-marah. Kasar, terus-terusan nyakitin lo, emosian, selalu nyiksa lo, ngehardik lo. Lo lebih suka gue kaya gitu?" Tuturnya tanpa melirik ke arah Disa.

"G-gak gitu maksudnya. Siapa juga yang suka sama sifat orang yang kaya gitu."

"Udah nih." Arkan mengalihkan pembicaraan saat pekerjaan nya telah usai. Ia mendekat kan jarak nya pada Disa.

Mata Disa reflek mendelik sempurna."Astaga Kak Arkannnn! Lo motong sayuran apa mau mutilasi si?! Ini mah gede banget tauu potongan nyaaaa!" Disa benar-benar emosi saat melihat potongan sayuran ini yang begitu besar.

"Lah, emang salah?" Tutur Arkan dengan watados nya.

"Pake nanya lagi!" Langsung saja Disa merampas talenan itu dan mengambil alih. Memotong ulang sayuran ini dengan kriteria yang sesuai.

"Ya maaff, namanya juga gak pernah masak."

"Jadi yang lo bisa apa sih?!"

"Berantem, balap, dugem, nge anuin anu."

"Bangga gitu?"

"Bangga lah." Balas Arkan. "Bangga karna gak salah nikahin cewek. Cewek yang sabarnya pake banget. Dimana lagi ya gue mau nemuin cewek yang kek doi."

Baik, dengan cara begini saja sebenarnya berhasil membuat Disa luluh. Hati cewek memang selembut itu ya?

"Gak malu lagi emang? Bukan nya dulu malu banget ya karna nikahin cewek modelan kaya gue." Celetuk Disa.

"Apaan si ngomong nya. Gue gak suka." Ketus Arkan. "Yang dulu biarin, jangan diungkit-ungkit lagi."

"Hm maaf." Tutur Disa.

"Kak Arkan tolong ambilin mie nya dong. Terus masukin ke air rebusan nya." Ucapan Disa bermaksud untuk mengalihkan topik pembicaraan.

Arkan berdehem sebagai respon. Dengan gesit ia melakukan apa yang diperintahkan oleh boss muda nya ini.

"Langsung masukin aja?"

"Iya langsung aja."

"Gak pemanasan dulu? Ntar gak licin." Goda Arkan bermaksud ambigu.

Disa berdecak. "Ck, Kak Arkan! lo kebiasaan deh."

Arkan tertawa sembari memasukkan mie tersebut. "Otak lo nangkep juga ya ternyata sama koneksi begituan."

"Ku kira lugu, ternyata anu."

"Apaan si, diem deh."

Arkan menurut. Tapi nurut nya malah memilih menopang kan dagunya pada bahu Disa.

"Kak Arkan awas ih!" Disa menggerak-gerakkan bahunya agar Arkan enyah dari sana. Cukup risih dan geli melihat Arkan seperti ini.

"Gamau."

Arkan melirik intens leher putih milik Disa. Menelisik luas leher mulus wanita ini. Tak ada satupun helaian rambut yang terjuntai menutupi leher nya. Dikarenakan rambut Disa yang tersungkup oleh handuk yang masih tertengger diatas kepala. "Leher lo mulus banget."

"Gimana kalau gue tinggalin banyak bekas tanda kepemilikan disana?"

"Cap tuan Arkan." Goda nya seraya terkekeh. Fikiran Arkan sudah menghayal kemana-mana.

Spontan Disa menjauh dan mengawaskan Arkan dari tubuh nya. "Jangan aneh-aneh! Dan jangan macem-macem!"

"Apa yang gue inginin harus selalu gue dapet. Jadi cepat atau lambat semuanya bakal gue lakuin untuk dapat apapun itu dari lo."

"Gak bakal pernah lo dapetin!" Tegas Disa.

"Pasti gue dapetin lah. Kan udah halal."

"Stay tune aja. Tunggu gue sembuh bakalan gak gue kasih ampun. Bakalan gue gass sampe mampus." Tekan Arkan dengan senyuman kecil.

Disa berusaha acuh, berusaha menghiraukan dan tak menanggapi. Disa tahu jika Arkan semakin ditanggapi maka akan semakin menjadi.

"Udah sana ambil mangkuk nya." Titah Disa saat memastikan masakan nya sudah benar-benar siap untuk dihidangkan.

Arkan mendengus, selalu saja seperti ini. Disa yang tak pernah effort atas suatu hal apa pun yang dirinya ingin kan.

Arkan kembali dengan mangkuk keramik itu. Lalu dengan cekatan Disa menuangkan masakan itu pada mangkuk tersebut.

"Hati-hati, awas panas." Peringat Arkan yang mendapat respon deheman dari Disa.

Aroma yang gurih sudah menyengat indra penciuman Arkan. Ia menghirup rakus gurihnya aroma masakan buatan Disa ini.

"Yaudah sana dimakan."

"Suapin."

"Suapin sendiri, kan lo punya tangan."

Dengan cekatan Arkan menyambar tangan Disa dan membawa nya duduk di kursi makan ini.

Arkan menatap lekat wajah Disa. "Suapin, gue gak mau tau." Tekan Arkan.

"Suapin sendiri kenapa sih emang? Kan masih mampu."

"Kalau gue mau nya disuapin kenapa emang?" Balas Arkan menaikkan satu alisnya tengil.

Disa menghembuskan nafasnya panjang. Ia merampas mangkuk tersebut dan menyendokkan mie itu. Tanpa aba-aba langsung saja Disa menyuapkan nya kedalam mulut Arkan. Dan dengan gesit Arkan melahap rakus. Arkan mengunyah makanan ini dan meresapi nya.

"Yahh." Keluh Arkan dengan ekspresi kecewa.

"Kenapa? Gak enak ya? Ke asinan? Atau hambar?" Melihat ekspresi Arkan yang kurang mengenakan itu Disa menjadi ragu akan masakan nya yang tak enak.

"Kok enak si?"

Spontan Disa menghembuskan nafasnya lega. "Nyebelin!"

Arkan terkekeh. "Masakan lo enak, gue akui lo pasti jago masak."

"Cuman masak mie doang bisa nyimpulin gue jago masak. Masak mie instan mah gampang Kak Arkan. Cuman gitu doang juga."

"Ya tapi kan banyak juga diluar sana cewe yang gak bisa masak mie."

"Udah cepetan dimakan, kalau emang enak dihabisin. Biar lo bertenaga, biar bisa minum obat juga sehabis ini. Biar cepat sembuh dan pulih lo nya."

"Bawel banget sih, makanya di suapin."

"Huhh manja." Cibir Disa sembari terus menyuapi makanan itu ke mulut Arkan.

"Lo gak ikut makan? Mau gue suapin juga?"

"Gak, gue udah makan tadi."

"Lagian gak usah makan mie deh, kan gak sehat buat bumil."

Disa hanya berdehem sebagai respon dari perkataan Arkan barusan.

"Yang gak lo bisa apa si, Dis? Udah pinter, berprestasi, jago masak, trus banyak lah pokok nya yang lo bisa. Gue jadi ngerasa kalau lo itu memang sempurna banget diciptain sama tuhan."

"Yang gak gue bisa ya jaga diri gue sendiri. Jaga kehormatan gue tepat nya."

Spontan Arkan tersedak saat mendengar perkataan dari Disa barusan, terbatuk dan secara tak sengaja menyemburkan sedikit makanan yang berada di dalam mulut nya.

Dengan gesit Disa menyodorkan segelas air putih kehadapan Arkan. "Pelan-pelan, sampe kesedak gini."

Dengan gesit Arkan meneguk minuman itu sampai tenggorokan nya merasa enakan. Arkan menjadi terdiam dibuatnya. Suasana yang berubah begitu drastis karena ucapan dari Disa barusan. Rasa bersalah dan penyesalan semakin bersarang dan menghantui fikiran Arkan.

"Maaf." Kata ini yang bisa Arkan ucapan sekarang. "Gue bener-bener minta maaf."

Disa diam, ia meletakkan mangkuk itu diatas meja dan memilih menyandarkan punggung nya pada sandaran kursi ini. Disa juga mampu merasakan suasana yang sama, suasana yang mendadak berbeda dengan suasana sebelum Disa mengucapkan perkataan seperti tadi.

Arkan menatap lekat wajah Disa yang tak sedang menatap nya. "Lo masih ngingat segala hal buruk tentang gue dulu? Lo bener-bener gak mau nerima gue yang sekarang ya?lo gak mau ngelupain sifat buruk gue dulu dan fokus pada gue yang sekarang?"

"Gue udah berubah, Dis. Tolong percaya. Gue bukan Arkan yang dulu lagi." Tekan Arkan berusaha sekuat mungkin meyakinkan Disa.

"Hal apa lagi yang harus gue lakuin sama lo supaya lo percaya dan gak ngelihat ke belakang lagi. Cara apa lagi yang bisa gue lakuin untuk ngeyakinin lo, Disa. Pembuktian apa lagi supaya lo bener-bener percaya sama gue."

"Coba tolong ajarin gue melupakan tanpa harus membenci, Kak Arkan." Balas Disa sembari menatap wajah Arkan.

"Perlu lo ketahui, gue udah berusaha sekuat mungkin untuk ngelupain semua hal buruk yang pernah lo lakuin dulu ke gue. Segala hal menyakitkan yang buat gue sakit banget. Tapi nyatanya semakin gue berusaha untuk ngelupain, malah semakin kuat memori buruk itu terlekat di fikiran gue, gue selalu ingat akan hal itu."

Disa menatap lekat manik mata Arkan. "Terlalu banyak rasanya goresan luka yang melekat dihati gue, Kak Arkan. Aksi bahkan kata yang menyakitkan, berhasil buat gue terluka sampai sekarang."

"Gue gak tau dan gue sama sekali gak ngerti kenapa gue bisa kaya gini."

Arkan meneguk saliva nya kasar. "Kenapa dari dulu lo gak ninggalin gue aja? Kenapa malah bertahan sampai detik ini? Sampai gue udah ngerasain kenyamanan sama lo."

"Karna anak lo. Anak kita." Sela Disa menatap Arkan dengan mata yang berkaca-kaca. "Kalau bukan karna bayi ini mana mungkin gue bakalan bertahan."

"Itu aja? Berarti cuman karna bayi ini? Dan berarti lo sama sekali gak ada rasa sama gue?"

Disa tersenyum kecil. "Kalau soal rasa itu juga pasti ada. Gue sayang sama lo, gue cinta sama lo, sebagai ayah dari bayi ini."

"Lo harus tau, sama sekali gue gak ngebenci lo. Gue sayang bahkan gue cinta sama lo kok. Tapi disisi lain, semua memori buruk tentang lo selalu menghantui dan terbayang di fikiran gue."

"Gue sempat terluka, tapi nyatanya gue gak pergi dan tetap bertahan selama ini. Karna apa? Karna gue yakin kita berdua emang udah ditakdirin bersama. Mungkin juga jalan hidup kita emang udah kaya gini."

Arkan menarik nafasnya panjang. "Gue minta maaf atas segala kesalahan buruk gue selama ini sama lo, Disa. Gue mohon. Gue udah berubah dan gue bukan sosok Arkan yang dulu lagi. Hal apa lagi yang harus gue lakuin supaya jadi pembuktian sama lo."

"Kalau gue pergi gimana ya?"

Arkan gelagapan. "Disa lo ngomong apa sih!"

"Jangan bilang kalau lo udah nemuin kebahagiaan yang lo cari selama ini? Maka dari itu lo mau pergi dari hidup gue?!"

"Harus berapa kali gue tegasin kalau kebahagiaan gue itu ada di lo, Kak Arkan. Gue gak punya siapa-siapa lagi selain lo. Lo satu-satunya orang yang ada di hidup gue sekarang." Tekan Disa menatap sayu wajah Arkan.

Dengan cekatan Arkan meraup tubuh Disa dan memeluk erat tubuh wanita ini. Arkan menopangkan wajahnya pada bahu tegar milik Disa. Ingin menangis, hal itu yang dapat Arkan rasakan sekarang.

"Gue mohon sama lo jangan pergi. Jangan tinggalin gue, jangan pergi dari hidup gue, gue gak mau kehilangan lo, Disa!"

"Kenapa saat gue udah nyaman sama lo, lo malah jadi kaya gini! Gue gak bakalan pernah biarin dan lepasin lo pergi dari hidup gue. Sekalipun lo maksa dan kekeh dengan pilihan lo gue gak bakalan biarin lo pergi gitu aja!"

"Padahal lo sendiri yang selalu nekanin ke gue untuk gak ninggalin lo. Dan gue udah janji sama diri gue sendiri kalau gue gak bakalan pernah mau ninggalin lo! Tapi nyata nya apa? Lo yang bakalan mau ninggalin gue, Disa. Lo yang bakal ngelakuin omongan lo sendiri."

Disa tak membalas pelukan dari Arkan. Ia hanya pasrah saat Arkan memeluk nya. Disa hanya ikut menopangkan kepalanya pada bahu lelaki ini.

"Gue gak bakalan pernah ninggalin lo kok." Balas Disa seadanya.

"Gue janji, gue bakalan jadi sosok penyembuh luka lo kemarin. Gue bakalan obatin goresan luka itu. Gue janji gue bakalan bantu lo buat ngelupain segala hal buruk kala dulu."

"Buktiin, dan teruslah bersikap baik." Tak ada kalimat lain lagi rasanya yang ingin Disa ucapkan pada lelaki bernama Arkan ini.

Sedangkan Arkan semakin mengeratkan pelukan nya pada Disa. Ia benar-benar takut kehilangan wanita ini.

•••

Thankyou for reading!
Jangan lupa votment<3

Skip lah gak usah pake bucin bucinan:p
Yuk mampir ke instagram<3
@mataair24_
@tuan.arkan
@disaaaae

See u next chapt!

Continue Reading

You'll Also Like

251K 16.4K 51
"Pilihan lo cuman dua pergi atau mundur?" "Sampai kapanpun pilihan aku cuman satu kak, tetep mencintai kamu sampai kamu membalas cintaku" "Mimpi lo k...
1.1M 44.1K 58
Aku menyukaimu sama seperti aku menyukai hujan, tetapi mari kita lihat apa kamu bisa sedikit saja berbeda dari hujan yang ku sukai.
1.1M 57.2K 48
"Pertama, rambut lo di cat. Kedua, seragam lo kekecilan. Ketiga, sepatu lo warna putih! Lo tau kan sekolah ini tuh ngelarang muridnya pake sepatu lai...
2.6M 127K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...