Rajata Series 2 : OBSESSION

By Rasyaad

24.4K 2.8K 410

Aku balik dengan kisah baru dari Klan Rajata..... Ini kisah si Shaka anak kedua dari Vena dan Kevin 🌻Jangan... More

Blur
OBSESSION - 1
OBSESSION - 2
OBSESSION - 3
OBSESSION - 4
OBSESSION - 5
OBSESSION - 6
OBSESSION - 7
OBSESSION - 8
OBSESSION - 9
OBSESSION - 10
OBSESSION - 11

OBSESSION - 12

1.7K 158 11
By Rasyaad

Masih ada yang melek jam segini? Niatnya mau update besok, tapi demi kalian aku update tengah malam....,

Bacanya pelan-pelan biar enggak cepat habis, 🤣🤣🤣

SELAMAT MEMBACA
🌺🌺🌺

"Dengan ini kami memutuskan saudara Hendri dinyatakan tidak bersalah dan di bebaskan dari semua tuntutan." Senyum puas Arshaka terkembang sempurna saat ketuk palu hakim terdengar di telinganya. Arshaka segera membereskan barang-barang nya dan segera melangkah pergi meninggalkan ruang sidang. Tidak dia pedulikan suara riuh di dalam ruang sidang. Yang terpenting baginya klien yang dia bela menang dalam persidangan ini.

"Pak Arshaka tunggu." Arshaka menghentikan langkahnya saat sadar ada yang memanggil namanya.

"Ada apa?"

"Saya mau mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak."

"Kamu tidak perlu berterimakasih Hen. Kita menang gugatan ini karena kamu memang benar. Lagi pula ini masih tahap awal, setelah ini kita akan memberikan kejutan balasan untuk lawan kamu itu."

Hendri adalah salah satu office boy di firma hukum milik Arshaka. Arshaka menyukai laki-laki itu karena memang Hendri terkenal rajin dan jujur. Laki-laki itu dilaporkan ke pihak yang berwajib karena sebuah kasus penganiayaan. Bagi Arshaka yang tahu bagaimana sifat laki-laki itu, dirinya jelas tidak percaya saat kuasa hukum penggugat mengatakan jika Hendri menghajar kliennya dalam keadaan mabuk.

Tanpa diminta Arshaka menyelidiki sendiri kasus ini sampai ke akar-akarnya. Hal itu bukan sesuatu hal yang sulit untuk seorang Arshaka. Dengan semua koneksi yang dimilikinya, akhirnya Arshaka mengetahui satu fakta, jika ternyata laki-laki yang dihajar Hendri adalah atasan di tempat istrinya bekerja. Yang lebih mengejutkan lagi adalah laki-laki itu merupakan selingkuhan istri Hendri.

Pada saat hari kejadian, Hendri memergoki sang istri tengah bercumbu mesra dengan atasannya, hingga tanpa pikir panjang laki-laki itu langsung menghajar atasan istrinya sampai babak belur. Karena takut perselingkuhannya ketahuan, laki-laki itu akhirnya memilih melaporkan Hendri ke polisi. Saat itu dirinya mengira Hendri hanya orang miskin yang tidak punya apa-apa, jadi kasus ini pasti akan berjalan dengan mudah. Namun yang terjadi kasus ini justru sangat sulit dihadapi karena ternyata pengacara yang membela Hendri adalah seorang Arshaka.

"Tapi saya benar-benar merasa berhutang budi dengan bapak. Saya tidak tahu harus dengan apa saya membayar semua kebaikan bapak. Jika waktu itu bapak tidak datang menemui saya, pasti saat ini saya sudah mendekam di penjara." Kasus ini awalnya memang berjalan mudah, apalagi saat penangkapan dan pemeriksaan awal Hendri hanya diam saja seolah membenarkan ucapan penggugat. Itu semua karena ancaman sang istri yang akan mengirim anak mereka ke panti asuhan jika Hendri mengatakan yang sebenarnya.

"Saya tidak meminta bayaran dari kamu Hen. Lagi pula saya hanya melakukan kewajiban saya sebagai pengacara. Sekarang kamu harus lebih semangat bekerja, karena masa depan anak kamu berada di tangan kamu." Hendri juga tidak tahu bagaimana caranya, namun tiba-tiba anaknya sudah ada di tangan Arshaka selama dirinya menjalani pemeriksaan. Kali ini Hendri percaya jika kehebatan atasannya itu bukan bualan semata.

Setelah melakukan sedikit basa basi dengan Hendri, Arshaka kemudian meninggalkan pengadilan menuju ke kantor firma hukumnya.

Saat ini posisi CEO Rajata group kembali diambil alih oleh Aron, jadi Arshaka bisa lebih bersantai dan memperhatikan firma hukumnya sendiri. Arshaka memang masih memegang jabatan sebagai wakil CEO Rajata group, namun hanya namanya saja karena sebagian besar tugasnya dikerjakan oleh Tara. Dirinya hanya akan hadir satu hari dalam seminggu untuk memeriksa pekerjaan asistennya itu.

"Assalamu'alaikum bang." Ucap Arshaka saat menggeser tombol hijau di ponselnya.

"Kamu datang ke kantor sekarang. Kita perlu bicara."

"Ada apa? Apa tidak bisa dibicarakan lewat telepon?"

"Tidak bisa. Jadi lebih baik kamu ke kantor sekarang!" Arshaka mengumpat kesal saat telepon itu dimatikan sepihak oleh kakaknya. Padahal dirinya belum selesai bicara. Meskipun kesal tapi Arshaka tetap memutar arah mobilnya menuju kantor Rajata group.

***

"Ada apa bang?" Tanya Arshaka langsung saat membuka pintu ruang kerja kakaknya.

"Kamu duduk dulu." Jawab Aron singkat dan datar. Bahkan laki-laki itu tidak menoleh sedikitpun pada adiknya karena matanya masih tetap terpaku pada laptop yang ada di depannya.

"Abang nyuruh aku ke sini cuma buat liat abang kerja?" Arshaka kembali membuka suara, saat setelah 10 menit dirinya duduk tapi sang kakak masih setia dengan laptopnya.

"Tunggu sebentar." Aron hanya melirik sekilas sang adik yang nampak kesal karena disuruh menunggu.

"Bang sebenarnya ak-"

"Mulai besok kamu harus menggantikan abang." Sela Aron cepat saat adiknya mulai menggerutu.

"Apa? Tapi kenapa?" Tanya Arshaka bingung.

"Mulai besok Abang akan mengambil cuti sampai kakak ipar kamu melahirkan." Arshaka mengerutkan keningnya saat mendengar jawaban sang kakak.

"Bukannya persalinan mbak Nara diprediksi masih bulan depan? kurang satu bulan lagi kan?"

"Iya, tapi kata Bunda tanggalnya bisa maju."

"Tapi biasanya juga maju satu minggu Bang. Kenapa Abang mau cuti mulai besok? Kan bukan abang yang hamil. Lagi pula ya - Aw sakit bang!" Arshaka langsung berteriak sakit saat ada sebuah pena yang jatuh tepat di tengah dahinya. Siapa lagi pelakunya jika bukan kakaknya sendiri.

"Memang bukan abang yang hamil. Tapi kali ini abang tidak ingin kehilangan momen-momen penting lagi dalam kehamilan istri abang Shaka. Sudah cukup Kenzie saja yang Abang tidak tahu proses kehamilan dan persalinan nya." Aron menjawab dengan nada lelah sambil merebahkan punggungnya di sandaran kursi. Arshaka tahu perjuangan seperti apa yang telah kakaknya lalui hingga bisa sampai di fase seperti sekarang. Dan itu tidak mudah.

"Oke, hanya sampai keponakan aku lahir." Jawab Arshaka dengan nada pasrah.

"Deal." Jawab Aron sambil tersenyum tipis. "Lagi pula ada Dimas dan Tara yang akan membantu kamu."

"Kalau begitu Shaka pergi dulu Bang."

"Kamu mau kemana?" Tanya Aron saat adiknya itu akan membuka pintu.

"Ke kantor. Aku harus menyelesaikan semua urusan dikantor ku sendiri sebelum besok sibuk di kantor ini."

"Enggak jemput Kira?"

"Nanti setelah dari kantor." Setelah mengatakan itu, Arshaka benar-benar meninggalkan ruangan sang kakak.

***

"Abang tunggu diparkiran." Setelah mendapat jawaban dari lawan bicaranya Arshaka segera mematikan teleponnya. Sesuai janjinya, hari ini Arshaka menjemput Kira di kampusnya.

Inilah yang Arshaka suka dengan bekerja di firma hukumnya sendiri. Dirinya bisa memiki lebih banyak waktu dengan Kira. Sedangkan jika dirinya bekerja di kantor Rajata, waktunya akan banyak tersita untuk urusan kantor karena kakaknya itu sering menugaskan nya ke luar kota untuk meninjau beberapa cabang perusahaan dari Rajata group.

Arshaka memutuskan keluar dari mobil mewahnya, kemudian bersandar di pintu mobil bagian penumpang dengan tangan terlipat di depan dada. Dengan pose seperti itu, Arshaka layaknya super model yang tengah mengiklankan sebuah mobil mewah. Apalagi ditambah dengan kaca mata hitam yang bertengger kokoh di hidung mancung nya.

Banyak orang yang menoleh dua kali untuk melihat Arshaka. Apalagi kaum hawa. Arshaka benar-benar pemandangan indah yang sulit dilewatkan oleh mata.

"Kak Arshaka? kakaknya Kira ya?" Arshaka menolehkan kepalanya ke samping saat mendengar suara wanita yang bertanya ke padanya.

"Iya." Mata tajam Arshaka mulai menilai wanita yang tengah berdiri di sampingnya. Tipe-tipe wanita penggoda yang suka menggunakan baju kekurangan bahan. Dan Arshaka tidak suka jika harus berhadapan dengan wanita seperti ini.

"Saya Sharen teman dekat Kira." Sharen berbicara dengan nada sangat lembut sambil mengulurkan tangannya. Namun Arshaka hanya menatap tajam tangan wanita yang ada di depannya.

"Teman Kira? Setahu saja nama anda tidak terdaftar sebagai mahasiswa kedokteran." Arshaka berucap dengan nada dingin dan tatapan penuh curiga. Arshaka bisa berubah manis dan banyak bicara pada orang-orang terdekatnya saja. Namun jika sudah menyangkut orang-orang yang membuatnya tidak nyaman, dirinya akan bersikap dingin. Bahkan bisa lebih dingin dari pada Aron.

"Saya memang bukan mahasiswa kedokteran tapi saya mahasiswa hukum." Dengan senyum salah tingkah akhirnya Sharen menarik tangannya lagi yang sama sekali tidak disentuh oleh Arshaka. Ternyata gosip yang mengatakan jika kedua pangeran Rajata itu sangat dingin terhadap wanita, bukan hanya isapan jempol belaka. Dan Sharen telah membuktikannya hari ini.

Sharen sering melihat Arshaka yang menjemput Kira di kampus. Senyum laki-laki itu selalu menghiasi wajahnya saat bertemu sang adik. Sharen pikir karena dirinya mengatakan teman Kira, kakak Kira ini akan bersikap ramah padanya. Namun ternyata perkiraannya meleset. Laki-laki di depannya ini bahkan menatapnya tajam, dan lebih memilih membuang muka ke arah lain. Padahal hari ini Sharen sudah tampil begitu cantik, karena dirinya sudah berencana ingin mendekati kakak kedua Kira.

Sejak melihat Arshaka untuk pertama kali saat menjemput Kita, Sharen langsung menyukai laki-laki itu. Wajah tampan, body menawan dan mapan adalah tiga poin penting yang Sharen inginkan ada pada laki-laki yang akan menjadi suaminya kelak. Dan Arshaka memiliki semua itu.

Apalagi saat melihat usaha kakaknya yang mendekati Kira selama ini tidak ada kemajuan sama sekali. Gadis itu lebih banyak menghindar jika bertemu dengan Zio, seolah-olah Zio adalah virus mematikan yang bisa membunuhnya. Jadi Sharen mengambil inisiatif, untuk mendekati Arshaka. Siapa tahu usahanya itu berhasil. Bagi Sharen, dirinya atau sang kakak yang bisa mendapatkan salah satu keturunan keluarga Rajata tidak ada masalah. Karena akhirnya semua akan kebagian enaknya.

"Kira tidak pernah bercerita." Sahut Arshaka dingin. Sharen gelagapan saat mendengar suara Arshaka yang maskulin, karena sejak tadi dirinya teringat kejadian dulu saat pertama kali melihat Arshaka.

"O-oh mungkin Kira lupa. Saya tahu Kak Arshaka adalah pengacara terkenal, apa boleh saya minta nomor telepon kakak?"

"Untuk apa?" Arshaka mengangkat satu alisnya.

"Saya sebentar lagi lulus, siapa tahu saya bisa bekerja di kantor kakak." Sharen masih berusaha untuk mendekati Arshaka tanpa tahu jika laki-laki yang ada di depannya sudah mulai hilang kesabaran.

"Kantor saya tidak menerima karyawan berdasarkan koneksi tapi berdasarkan prestasi. Jika kamu inginkl bekerja di kantor saya, ikuti seleksi masuk seperti karyawan lain." Sharen tidak menyangka Arshaka akan menjawab permintaannya dengan kata-kata tajam seperti itu. "Dan saran saya, perbaiki cara berpakaian kamu dulu! Di sana tidak ada yang memakai pakaian kekurangan bahan seperti kamu." Sharen benar-benar terpaku ditempatnya setelah mendengar ucapan Arshaka.

"Ta-tapi -"

"Abang." Ucapan Sharen terhenti saat mendengar suara Kira. Sharen melihat pada Arshaka yang sudah memberikan sebuah senyuman lembut untuk adiknya itu. Sangat berbeda sekali raut wajah Arshaka saat berhadapan dengan nya tadi.

"Kenapa lama?" Tanya Arshaka dengan nada lembut.

"Maaf, tadi Ki mampir toilet dulu bang. Lo Sharen kenapa wajahnya pucat? Sharen sakit?" Tanya Kira khawatir saat melihat Sharen.

"A-aku enggak apa-apa Ki. Cuma sedikit pusing." Sharen berusaha tersenyum ke Arah Kira.

"Sharen kenapa disini? Enggak dijemput lagi?" Tanya Kira sambil menoleh ke sekitar parkiran guna mencari mobil Sharen.

Sharen yang seolah mendapat angin segar segera menganggukkan kepalanya. "Iya Ki. Aku boleh nebeng kan sama kamu?" Tanya Sharen dengan wajah memelas. Sharen pikir jika tidak bisa mendekati Arshaka secara langsung maka dirinya harus mendekati Arshaka lewat Kira. Bukannya mundur karena sikap dingin Arshaka, Sharen justru merasa semakin tertantang.

Selama ini enggak ada cowok yang bisa menolak pesona gue. Gue yakin hanya butuh waktu lebih banyak untuk menaklukkan kamu Arshaka, batin Sharen.

"Abang, kita antar Sharen dulu enggak apa-apa kan?" Arshaka ingin sekali menolak permintaan Kira kali ini. Tapi saat melihat wajah wanita pujaannya yang memelas akhirnya dirinya mengangguk juga. Namun diam-diam Arshaka menatap tajam Sharen. Arshaka tahu wanita itu ingin mendekatinya, entah apapun alasannya namun Arshaka yakin alasan itu pasti berdampak buruk bagi keluarganya.

"Terima kasih ya Ki. Terima kasih Kak Arshaka." Arshaka tidak menanggapi. Dia langsung berjalan menuju pintu kemudi setelah membukakan pintu untuk Kira dan memastikan Kira duduk dengan nyaman disampingnya. Semua itu tidak luput dari tatapan Sharen. Sharen semakin yakin ingin memiliki Arshaka. Jika kepada adiknya saja laki-laki itu bisa bersikap seperti itu, apalagi jika dengan kekasihnya. Sharen yakin wanita yang menjadi kekasih Arshaka adalah wanita yang sangat beruntung.

Sepanjang perjalanan hanya diisi oleh suara Kira yang berbicara dengan Sharen. Biasanya Arshaka akan dengan senang hati menanggapi semua ucapan Kira. Namun saat ada orang asing di dalam mobilnya, Arshaka lebih memilih diam seribu bahasa. Dirinya hanya bertanya pada Kira alamat wanita yang menebang di mobilnya.

"Ki, kamu keberatan antar aku sampai teras?" Sharen masih berusaha membuat Arshaka lebih lama berada di dekatnya.

"Tentu saja enggak. Kamu beneran sakit?"

"Kepala aku masih pusing, takutnya aku enggak kuat jalan sampai teras." Arshaka mendengus tanpa kentara. Dia tau wanita yang mengaku teman Kira itu hanya berpura-pura saja. Namun wanitanya yang polos, akan tetap percaya dengan akting wanita itu.

"Bang, aku anterin Sharen dulu ya."

"Jangan lama-lama." Kira hanya menganggukkan kepalanya pelan.

"Sharen ...tapi aku enggak masuk ya. Aku antar kamu sampai sini saja." Ucap Kira sambil sesekali melirik kedalam rumah Sharen.

"Kenapa?" Sharen sebenarnya tahu jika Kira takut bertemu dengan Zio, namun dia pura-pura tidak tahu.

"I-itu kasian abang nanti nunggu lama."

"Ya sudah enggak apa-apa. Terima kasih sudah mau nganterin aku."

"Sama-sama. Aku pulang dulu ya." Sharen hanya menganggukkan kepalanya pelan dan segera masuk ke dalam rumahnya.

Sedangkan Kira berjalan pelan menuju mobil kakaknya yang terparkir di depan gerbang rumah Sharen. Namun mata Kira membola sempurna saat ada sebuah mobil yang memasuki pelataran rumah Sharen. Kira tahu itu mobil siapa, hingga dia berusaha mempercepat jalannya.

"Kita tunggu." Namun kesialan sepertinya sedang memilih Kira hari ini. Pergelangan tangannya tiba-tiba dicekal oleh seseorang. "Kenapa kamu buru-buru sekali?"

"Kak Zio..." cicit Kira sambil membalikkan tubuhnya. Kira berusaha melepaskan tangan Zio yang memegang tangannya namun gagal, karena laki-laki itu mencengkeramnya semakin kuat.

"Kenapa langsung pulang. Kita bisa ngobrol dulu di dalam." Ucap Zio sambil memberikan sebuah senyuman kepada Kira. Senyuman yang justru membuat Kira terlihat tidak nyaman.

"Maaf kak. Tapi Abang sudah menunggu di depan. Kira harus segera pulang."

"Abang? Abang siapa?"

"Saya Abangnya! Jadi sekarang bisa lepaskan tangan adik saya?" Arshaka berucap dingin sambil berusaha menarik tangan Kira.

Zio tahu siapa yang tengah berdiri di depannya dan menatapnya tajam. Dia tidak mungkin mencari gara-gara dengan Arshaka, pengacara paling ditakuti oleh semua kalangan. Walaupun dengan terpaksa, akhirnya Zio melepaskan tangan Kira.

"Maaf, tapi saya hanya ingin mengobrol dengan Kira!"

"Tapi sepertinya Kira tidak ingin mengobrol dengan anda." Pandangan Arshaka kemudian beralih pada adiknya yang nampak ketakutan. Dan Arshaka tidak suka melihat itu. "Kamu ke mobil dulu, tunggu Abang di sana." Kira hanya menganggukkan kepalanya pelan dan segera pergi.

Mata Arshaka kembali menajam saat menatap Zio. Laki-laki itu sejujurnya lumayan ngeri dengan tatapan Arshaka yang mengintimidasi, namun dirinya tetap berusaha bersikap santai.

"Dengarkan saya baik-baik! Jangan coba-coba mengganggu adik saya atau membuat Kira tidak nyaman. Kali ini saya memaafkan anda, tapi lain kali saya tidak keberatan mengirim anda ke rumah sakit." Setelah mengatakan kalimat tajam itu, Arshaka membalik tubuhnya dan pergi dari rumah Zio.

"Kita lihat saja Arshaka, lebih dulu kamu mengirim aku ke rumah sakit atau mengirim aku ke penghulu bersama Kira. Bagaimanapun caranya Kira akan tetap jadi milikku!" Ucap Zio saat punggung Arshaka perlahan menjauh.

Otak Zio sepertinya sudah benar-benar bergeser dari tempatnya. Bukannya takut dengan ancaman Arshaka, laki-laki itu justru semakin tertantang untuk menaklukkan Kira. Bahkan tanpa sepengetahuan Sharen, Zio sudah menyusun sebuah rencana yang dia percaya akan membuat Kira menjadi miliknya. Miliknya untuk selamanya.

TBC

Gimana?? Mayan lah ya 2400 kata
... Untuk menemani malam minggu kalian 😊

Part depan kita lihat rencana Zio ya, jangan pada gregetan sama Zio 🤣

Jangan lupa ramaikan ya,... Siapa tahu aku khilaf update besok karena lapak ini ramai 😁😜

18 September 2021

Continue Reading

You'll Also Like

6.9M 47.6K 60
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
553K 4.3K 24
GUYSSS VOTE DONGG 😭😭😭 cerita ini versi cool boy yang panjang ya guysss Be wise lapak 21+ Gavin Wijaya adalah seseorang yang sangat tertutup, ora...
2.4M 106K 47
⚠️ Jangan menormalisasi kekerasan di kehidupan nyata. _______ Luna Nanda Bintang. Gadis itu harus mendapatkan tekanan dari seniornya di kampus. Xavie...
164K 10.3K 22
Akankah kisah tragis terulang kembali? °°° 'Hikayat cinta Sang Iblis', lanjutan dari cerita 'Di bawah naungan Sang Iblis' Cover by Pinterest and Me