AFFAIR

Oleh bunnydialy

194K 12.8K 1.8K

Mengandalkan lekuk tubuhnya, Park Jihye sampai merelakan keperawanan dan harga dirinya sebagai selingkuhan se... Lebih Banyak

Prologue
01
02
03
04
05
06
INFO
OPEN PO E-BOOK SUDAH DIBUKA
Bonus
Bonus| Berhasil Kabur

07

7.3K 867 277
Oleh bunnydialy

Park Jihye menyisir rambutnya. Menghadap pada cermin di meja wastafel dengan pintu kamar mandi yang terbuka sebelum dirinya melihat Jeon Jungkook melewati pintu kamar mandi seraya mengenakan jaketnya.

"Mau ke mana?" tanya gadis itu dengan tatapan polos.

Jungkook mengenakan topi. Tanpa menatap Jihye, pria itu lekas menjawab, "Membeli hadiah untuk ulang tahun Yoora."

"Boleh aku ikut? Aku bosan di sini."

"Tidak," tolak Jungkook cepat. Pria itu kini menoleh ke arah Jihye yang berdiri di ambang pintu. "Kerjakan tugas-tugas sekolahmu. Sebentar lagi kau akan lulus. Aku sudah membayar salah satu universitas terbaik. Kau akan masuk ke sana asal nilaimu bagus."

Mengerjapkan mata lambat, Jihye pun berakhir menganggukkan kepala. Ia melihat kepergian Jungkook. Punggung lebar dengan balutan jaket kulit hitam itu berjalan menjauhinya, lalu hilang saat pintu kamar tertutup.

Lagi dan lagi, Jihye dibiarkan sendiri di apartemen Jungkook. Mengingat Kim Taehyung telah pergi, membuat Jihye kini tak memiliki teman mengobrol lagi.

Gadis itu berakhir merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Memainkan ponsel yang Jungkook belikan beberapa hari lalu.

Hari masih siang. Sangat membosankan jika Jihye harus mengerjakan tugas-tugas sekolahnya di siang hari. Biasanya Jihye akan mulai berkutat dengan buku pelajaran saat setelah makan malam selesai.

Saat sedang melihat akun media sosial miliknya, tanpa sengaja ia melihat foto terbaru yang diunggah oleh Donghan. Jihye mengulas senyumnya, kemudian mulai menghubungi Kim Donghan lebih dulu sebab sudah lama sekali ia dan Donghan tidak berkomunikasi.

JihyePark: Hai, Donghan! Apa kabar?

Menyapa lebih dulu akan lebih baik lantaran Jihye tahu Donghan pasti sungkan menyapa dirinya lebih dulu.

Bukan tanpa alasan pula. Kim Namjoon pun sempat menemui Donghan dan melarang bocah itu untuk dekat-dekat dengan Jihye lagi atau Donghan aku diamuk oleh ayah Jihye. Padahal itu hanyalah kebohongan belaka.

Tapi Jihye bosan. Jihye merindukan Donghan yang selalu bisa menghiburnya meskipun sedikit malu-malu.

Setelah menunggu, Jihye pun mendapatkan balasan dari akun milik Donghan.

Donghaaan: Hai, Sunbae! Baik. Jihye Sunbae apa kabar?

Jihye tersenyum manis. Donghan itu tampan dan menggemaskan. Akan tetapi, Jihye tidak memiliki ketertarikan apa pun pada pemuda tersebut.

Setidaknya, sebelum ia melihat foto yang diunggah Donghan beberapa jam silam.

JihyePark: Aku baik! Omong-omong, kau semakin tampan. Aku juga sangat merindukanmu. Besok kita makan di kantin berdua. Bagaimana?

Jihye tahu, jika Jungkook mengetahui hal ini, sudah dipastikan dirinya akan dihukum habis-habisan. Namun, akan sangat percuma bagi Jihye untuk terus patuh sedangkan ia sadar Jungkook tidak akan pernah mencintainya.

Padahal Jihye bisa saja pergi. Tapi ternyata sulit. Jihye juga sudah meyakinkan diri untuk kabur saja dari jeratan Jungkook. Gadis itu sedang mencobanya.

Bukan kabur tanpa bekal apa pun. Tentunya, Jihye juga harus menyiapkan bekal yang matang. Mengenai ke mana ia akan kabur, bagaimana ia bisa bersembunyi agar Jungkook tidak menemukannya, atau—tunggu, apakah Jungkook Ahjussi akan mencariku jika aku kabur? Dia 'kan tidak mencintaiku.

Itu yang sedang mengganggu pikiran Jihye beberapa hari ini. Padahal, ia bisa dengan mudah kabur saat sekolah. Jihye bisa bebas hanya saat sedang bersekolah saja. Setelahnya, ia akan dikurung di apartemen Jungkook.

Itulah yang terjadi setelah Jungkook memergoki Jihye akan dibawa kabur oleh Taehyung.

Donghaaan: Boleh! Tapi ayah Jihye Sunbae tidak akan marah, bukan? Aku takut.

Jihye refleks terkekeh. Gadis itu membayangkan wajah menggemaskan Donghan saat ini. Gadis itu kemudian mengetikkan pesan balasan lagi.

JihyePark: Diam-diam saja. Kita juga bisa bermain tanpa sepengetahuan dari ayahku. Jadi, kau tenang saja, Donghan!

Jihye butuh teman. Tentu saja selain Sora dan Kara. Jihye rasa, perasaan sukanya terhadap Jungkook kini telah pudar. Tidak ada lagi rasa untuk memiliki pria berusia 30-an tersebut. Justru Jihye ingin cepat-cepat pergi dari hidup Jungkook dan memulai kembali hidupnya yang baru.

Benar yang dikatakan oleh Kara beberapa bulan lalu. Daripada menjadi simpanan seorang pria beristri, lebih baik single seumur hidup. Tidak masalah hidup susah, asal tidak memakan sakit berulang kali karena cemburu dan tertekan.

Ditambah pikiran-pikiran Jihye yang semakin hari semakin mencurigai perasaan Jungkook terhadapnya.

Mungkin Jungkook hanya terobsesi saja pada Park Jihye. Sehingga pria itu banyak melarang Jihye melakukan ini dan itu, bahkan bertemu dengan lawan jenis.

Jujur, Jihye sudah muak. Kebutuhannya memang tercukupi. Bahkan lebih dari cukup. Akan tetapi, kebodohannya kini telah hilang setelah sadar dan tidak lagi mencintai Jungkook sangat dalam.

Pergerakannya dipersempit. Atau mungkin saja hanya bisa bergerak beberapa centi. Dan semakin lama akan semakin sempit sehingga tidak bisa membuat Jihye bernapas.

Untuk apa kebutuhan tercukupi tapi Jihye tersiksa dengan semua permainan Jungkook? Selama ini Jihye telah dibodohi oleh pria tua itu. Pria yang merasa paling berkuasa atas tubuh dan hidup Jihye, hingga membuat Jihye lupa bahwa yang berkuasa atas tubuh dan hidupnya adalah dirinya sendiri.

Menjauhi ranjang, Jihye kemudian keluar dari dalam kamar untuk turun ke lantai bawah. Jihye haus, maka ia berjalan menuju dapur.

Hanya saja, saat ia sedang sibuk mengikat rambut dengan asal lalu meraih gelas, matanya melihat kedatangan seorang wanita dengan anak kecil di gendongannya.

Tidak lupa ada Jeon Jungkook di belakangnya yang menatap Jihye tajam. "Ini orangnya?"

"Ya, dia orangnya," jawab Jungkook atas pertanyaan sang istri.

Jihye sendiri masih dibuat bingung sekaligus terkejut. Belum siap jika istri Jungkook akan mengamuk padanya karena ada putri kecil Jungkook di sana.

"Kau pembantu rumah tangga di apartemen suamiku?" Jihye diam. Sejenak melirik ke arah Jungkook yang tengah memberikan tatapan intimidasi, refleks membuat kepalanya mengangguk. "Ya ampun, kau masih sangat kecil. Bagaimana bisa suamiku mempekerjakan anak di bawah umur?"

Yoora, wanita itu melangkah kian dekat. Berdiri di depan Jihye, lalu mengusap pipi Jihye seraya memberikan tatapan teduh.

"Seharusnya kau fokus saja dengan sekolahmu. Di mana orang tuamu? Apa mereka tahu kau bekerja sebagai pelayan di sini? Suamiku benar-benar kurang ajar. Dia tidak bercerita padaku. Aku bahkan baru tahu dia memiliki apartemen ini."

"A-ah ... ya, me-mereka tahu," jawab Jihye gugup.

Hatinya mencelus. Sikap Yoora kepadanya terlalu lembut dan perhatian. Yoora bahkan khawatir pada Jihye karena benar-benar menganggap Jihye dipekerjakan sebagai pelayan.

"Sayang, ayolah ... kita harus jalan-jalan. Aku sangat merindukanmu."

Yoora menoleh. Wanita itu menganggukkan kepala dan mendekat lagi ke arah Jungkook.

Jihye dapat melihat tangan Jungkook merangkul bahu Yoora. Bibir itu mengecup pipi dan bibir Yoora secara bergantian sebelum menggendong sang putri.

Cih, benar-benar terlihat seperti suami dan ayah yang penyayang.

Kedua mata Jihye terus menyaksikan bagaimana mesranya pasangan itu. Mengabaikan dirinya yang berdiri di lantai dapur dengan piama.

"Hei, kau bisa main ke rumah kami. Chloe pasti senang memiliki teman sepertimu!" usul Yoora.

Namun, Jihye menanggapinya dengan senyuman. Kepala segera digelengkan sebagai tanda penolakan. "Terima kasih, Nyonya. Tapi saya di sini saja."

"Baiklah. Kalau begitu, aku akan sering ke sini untuk menemanimu!" Yoora melempar senyum kelewat manis, membuat Jihye memaksakan senyum dengan jemari saling meremas. "Selamat bekerja! Aku dan anakku akan kembali ke sini lagi nanti."

Jihye mengangguk. Tatapannya kemudian bertemu pada kedua bola mata Jeon Chloe.

Anak itu menatapnya polos, membuat Jihye kian merasa bersalah. Ia sangat jahat karena telah merusak rumah tangga orang. Apalagi anak sekecil dan selucu Chloe yang ayahnya harus direbut oleh Jihye.

Ketika Jihye menunduk, suara Jungkook mendadak terdengar—menyakiti perasaannya. "Park Jihye, bersihkan rumah. Bersihkan kamarku. Istri dan anakku akan tidur di sini. Semua barang yang tidak penting di dalam kamar, singkirkan saja."

Menelan saliva berat, kepala Jihye pun sontak mengangguk. "B-baik, Tuan Jeon," sahutnya lirih.

Bukankah ini kesempatan yang bagus untuk kabur? Keputusan yang benar pula jika Jihye kabur dari hidup Jungkook karena lagi-lagi, pria itu kembali menyakitinya. Kini kian dalam, sangat dalam sehingga Jihye hanya bisa menangis tanpa suara. []

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

48.5K 6.4K 39
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...
53.7K 8.4K 52
Rahasia dibalik semuanya
164K 15.6K 38
Tidak pandai buat deskripsi. Intinya ini cerita tentang Sunoo yang punya enam abang yang jahil. Tapi care banget, apalagi kalo si adek udah kenapa-ke...
1M 84.9K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...