[iii] [END] MAS SUAMI

By piscesyogurt__

37.7K 3.5K 812

Ravenzy sayang banget sama Alleana, apa pun akan ia lakukan untuk istrinya itu termasuk menikahkan putra pert... More

01. Kolor Ungu
02. Permintaan Alleana
Cast
03. Cyclops
04. Gosip Buruk
05. Larangan Alvan
06. Masyaallah, Suami Gue
07. Ririn Sakit
08. Mimpi
09. Gombal
10. Miris
11. Abah Deden
12. Bukit Bintang
13. Clue Pertama
14. Delapan Tiga Satu
15. Memecahkan Clue
17. Pergi
18. Samuel
19. Club
20. Kejujuran
21. Ririn Manja
22. Dejavu
23. Di Bawah Hujan
24. Mafia
25. Haters
26. Pelet
27. Kepergian Ibu
28. Si Sipit
29. Diganggu Bencong
30. Wanita Hebat
NEXT
ALVAN NEXT

16. Pembunuhan

539 87 8
By piscesyogurt__

Hi, aku update

Selalu jaga kesehatan dan ikuti protokol yang berlaku.

Mau double update? Komentar di part ini lebih dari 10 aku update lagi;)

Gadis berusia dua puluh tahunan itu baru saja pulang dari tempat kerjanya pada pukul sepuluh malam. Pemerintah sudah memberitahu untuk jangan berjalan seorang diri di malam hari dikarenakan maraknya pembunuhan. Gadis dengan memakai blazer hitam juga rok span di atas lutut itu matanya melirik ke kanan dan ke kiri secara gelisah ketika indera pendengarannya dengan jelas mendengar suara ketukan sepatu yang mengikutinya dari belakang.

Ia mempercepat langkahnya dan suara ketukan sepatu itu pun mengikuti setiap langkahnya. Saking paniknya, gadis itu malah berbelok ke gang sempit yang buntu membuat dirinya tak bisa lari ke manapun dari seorang laki-laki yang memakai hodie hitam.

"Mau ke mana Kakak cantik? Malam-malam begini enaknya kita bermain dulu."

Gadis dengan surai sepinggang itu menggelengkan kepalanya kuat, air matanya dengan mudah turun begitu saja ketika laki-laki asing itu mendekatinya dan yang lebih membuatnya takut adalah sebuah pisau Fixation Bowie.

"Ja-jangan ... Saya mohon jangan bunuh saya hiks."

Laki-laki itu tertawa kecil, ia suka ketika mangsanya menangis dan memohon kepada dirinya. "Teruskan saja menangis sesuka hati, tidak akan ada yang menolongmu."

"Akh!" Gadis itu berteriak keras ketika pisau Fixation Bowie itu menyayat pipi mulusnya.

Tak puas hanya pipi yang terluka, laki-laki itu lanjut menggoreskan dengan tenang pisau tajam itu ke lengan sang gadis. Suara rintihan kesakitan dan teriakan yang dicampur dengan tangisan membuat dirinya semakin gila, gila karena ingin terus melukai seseorang.

"Akh!" teriakkan keras kembali terdengar saat pisau itu mengoyak perut sang gadis.

Darah terciprat sana-sini, tanah yang awalnya bersih kini penuh dengan darah segar yang mengalir dari seorang gadis yang malam ini baru saja mengembuskan napas terakhirnya.

Puas dengan kegiatannya, laki-laki itu berbalik hendak pergi dari sana sebelum ada orang lain yang tahu dengan tindakannya. Akan tetapi, ia malah dikejutkan dengan seorang gadis berkuncir yang memasang wajah syok di tempat.

Gadis itu adalah Aileen, ia tadi pergi ke supermarket dan di perjalanan malah mendengar suara teriakan. Aileen tak percaya yang ia dapatkan adalah seorang laki-laki yang sedang membunuh secara sadis seorang gadis di sebuah gang buntu.

"Aileen!"

Tubuh sang pemilik nama menegang, ia menatap takut kepada sang pelaku pembunuhan. Dengan cepat ia berbalik untuk pergi dari sana, dari pada dirinya yang menjadi korban si pembunuh selanjutnya. Namun sayangnya, laki-laki itu dengan secepat kilat menarik lengannya membuat Aileen berhasil didekap laki-laki itu.

"Hiks lepas! Jangan bunuh Ileen, Ileen janji nggak akan kasih tahu siapa pun hiks."

Laki-laki itu menarik satu sudut bibirnya, mengusap pipi Aileen yang banjir air mata dengan jarinya yang penuh darah. "Itu bagus dan memang itu yang harus lo lakuin kalau lo nggak mau jadi mangsa gue selanjutnya."

"Tapi, gue bisa aja bunuh lo kapan pun, Aileen," sambungnya.

Aileen menggeleng, ia tidak mau mati muda. Dia belum menikah dengan laki-laki pujaan hatinya. "Ja-jangan ... Ileen mohon hiks."

"Gue nggak janji."

~•>•~

Meski sudah diberi waktu liburan selama dua Minggu, anak-anak murid SMA Philomena datang ke sekolah tanpa semangat. Menurut mereka dua Minggu itu waktu yang singkat, beda lagi kalau dikasih liburannya dua tahun.

"Sam, kamu nggak bisa giniin aku."

"Maksud kamu apa mutusin aku gitu aja semalam?"

"Aku salah apa sama kamu? Selama ini aku sabar nunggu kamu tiga jam di kafe, meski akhirnya kamu nggak jadi datang."

"Sam, kenapa banyak cewek di sini yang ngaku diputusin sama kamu?"

"Kalian pasti ngaku-ngaku!"

"Jangan solimi! Gue ini pacar satu-satunya Samuel."

"Hilih, gue yang pacarnya Samuel!"

Samuel memejamkan matanya, kemudian menyuruh dua puluh satu gadis murid SMA Philomena itu untuk diam dan mendengarkan dirinya berbicara terlebih dahulu. Tadi malam Samuel memutuskan pacar-pacar secara massal dan sekarang pacarnya yang ada di SMA Philomena pada protes, tidak terima diputuskan begitu saja tanpa sebab.

"Tenang dulu semuanya, kalian emang pacar gue tapi bukan pacar satu-satunya. Berhubung gue mau tobat, jadi gue putusin kalian semua. Gue harap kalian ngerti, oke?"

Gadis yang Samuel ajak jadian dua bulan yang lalu angkat bicara. "Nggak bisa, Sam. Hari ini hari jadi kita yang kedua bulan, masa kamu mau kita putus."

"Gue ini playboy, gue sama sekali nggak menaruh perasaan sama kalian semua. Jadi, terima aja putus dari gue," katanya dengan jengah.

"Awas aja, gue bakalan bales perbuatan lo!" ancam seorang gadis berambut sebahu, kemudian dia pergi diikuti oleh gadis lain.

Dua puluh satu gadis SMA Philomena itu baru sebagian pacar Samuel, masih ada banyak dari sekolahan lain.

"Gini amat jadi orang ganteng."

Samuel keluar dari gudang. Iya, dia diseret oleh gadis-gadis tadi ke gudang.

"Heh! Lo dicariin ternyata di sini." Suara Nathaniel terdengar.

"Biasa, ada urusan dikit," jawabnya.

"Kantin, kuy! Udah ada yang lain nunggu."

Mereka berdua berjalan ke kantin, ada Alvan dan Ririn yang makan dengan tenang, Delio dan Vira yang saling suap-suapan, terakhir ada Ozzie yang diam saja.

"Makan, Zie. Nanti lo sakit gimana? Gue juga yang repot," ujar Nathaniel dengan mengambil duduk di samping Ozzie.

Ozzie tak menjawab dan hal itu tentunya membuat Nathaniel kesal. "Lo cosplay jadi Delio? Nggak pantes, muka tengil kayak lo kalau jadi pendiem kayak gini malah mirip Limbad."

Samuel langsung menggeplak kepala Nathaniel. "Kalau orangnya denger gimana? Mampus lo jadi bahan aksi sulapnya."

Nathaniel mencebik kesal, kemudian ia memilih melambaikan tangannya kepada Aileen dan mengajak gadis itu untuk bergabung. Akan tetapi, Aileen malah menolak dengan pergi dari kantin. Tentu saja hal itu membuat pertanyaan-pertanyaan muncul begitu saja, biasanya Aileen akan sangat bersemangat jika ada Ozzie.

"Si Aileen kenapa? Nggak kayak biasanya, padahal di sini ada Ozzie." Vira ikut keheranan.

"Lo ngapain Aileen, Zie?" tanya Nathaniel penasaran.

Ozzie mengedikkan bahunya. "Nggak tahu," jawabnya.

"Jangan bohong, lo pasti ngapa-ngapain dia sampe dia jadi kayak gitu." Tentu saja Vira tak percaya. Aileen itu anak yang ceria dan aktif, apalagi Aileen selalu bersemangat jika ada Ozzie.

"Gue cuma bilang sama dia untuk jangan ganggu gue lagi, mungkin karena itu," balasnya yang kemudian pergi dari kantin.

Teman-temannya sibuk membicarakan sikap Ozzie yang berubah, Alvan malah mendapatkan pesan dari nomor yang tak dikenal.

+62 123 xxxx

Clue kelima
Dia hidup dibalik
topeng
Ini clue terakhir
dan gue nggak akan
kasih clue apa pun lagi

Lo tahu siapa pelakunya?
Kasih tahu sekarang juga!

Nggak asik kalau
gue kasih tahu langsung
Jadi, gue kasih clue sama lo
Orang ini, nggak akan lo
sangka-sangka

Alvan mengumpat dalam diam, ia geram dengan orang yang mengirim pesan clue ini. Kenapa juga harus membuatnya pusing? Sebenarnya, Alvan sudah mendapatkan jawaban dari clue-clue itu. Akan tetapi, ia merasa itu tidak benar. Tidak mungkin dia yang melakukannya.

Suasana kantin yang awalnya ricuh, kini berubah menjadi sunyi ketika televisi kantin menayangkan acara berita.

"Berita hari ini, telah terjadi pembunuhan secara sadis di jalan xx. Korban adalah seorang perempuan berusia dua puluh tahunan dan polisi menduga pelaku pembunuhan ini adalah pelaku yang sama dengan pembunuhan sebelumnya."

Salah satu anggota inti Cyclops tersenyum setelah mendengar berita itu. "Ternyata dia semalam berulah lagi."

Mendengar berita pembunuhan itu Alvan melirik Delio, laki-laki pecinta komik itu juga menatapnya balik. Kemudian, Alvan berdiri dari duduknya untuk izin ke toilet. Setelah beberapa menit kepergian Alvan, Delio ikut izin untuk ke toilet juga.

Alvan dan Delio tentunya berbohong untuk izin ke toilet, nyatanya mereka berbicara empat mata di belakang sekolah.

"Apa pembunuhan yang ada diberita itu ulah dia juga?" tanya Alvan dan dibalas gelengan oleh Delio.

"Gue nggak tahu, setelah lo cerita soal clue itu ke gue. Gue ... Bener-bener nggak percaya, nggak mungkin dia."

Alvan memang menceritakan semua soal clue dan dugaannya kepada Delio. Ia yakin, bukan Delio pelaku sebenarnya karena clue yang diberikan tidak ada yang mengarah kepada Delio.

"Kita nggak akan tahu kalau nggak memastikan."

"Maksud lo?" tanya Delio bingung.

"Sepulang dari sekolah kita ikutin dia diam-diam, kita nggak mungkin diam terus tanpa melakukan apa pun."

Delio mengangguk setuju.

~•>•~

Sesuai dengan rencana, Alvan dan Delio mengikuti salah satu anggota inti Cyclops yang Alvan yakini adalah pelaku pembunuh Devan dan juga pembunuhan yang sering dibicarakan berita. Mulai dari orang itu bertemu dengan seseorang hingga ke apartemen miliknya, orang itu akhirnya keluar setelah memasuki apartemennya satu jam lamanya dan selama itu juga Delio serta Alvan menunggu.

Orang yang diikuti pergi menggunakan motor dengan tujuan yang lumayan jauh, bensin motor Alvan saja sampai sisa seperempat. Jauh dari kota hanya ada pepohonan, itu jalan yang ditempuh. Sampai akhirnya sampai di sebuah rumah besar yang tak terurus.

Secara diam-diam, Alvan dan Delio terus memantau dari kejauhan. Mereka turun dan berjalan ke rumah itu melewati semak-semak.

"Ngapain dia ke sini?" tanya Alvan berbisik kepada Delio.

"Lo pikir gue tahu!"

Mereka berdua jalan mepet ke tembok persis seperti seorang maling, kemudian Alvan mengintip dari celah pintu yang terbuka sedikit. Ia melebarkan matanya melihat apa yang ia lihat.

"I-itu kenapa si Aileen disekap?"

Setelah mengingatkan itu suara deru mesin mobil terdengar, mereka buru-buru bersembunyi dibalik semak-semak lagi karena Alvan dan Delio yakin akan ada beberapa rombongan mobil yang datang. Benar saja, ada sekitar lima mobil mewah yang datang dan yang mencolok adalah seorang pria paruh baya bersetelan jas hitam serta berkecamata hitam.

Laki-laki berjas hitam itu masuk dengan membawa satu koper hitam dan yang lainnya berpencar mengelilingi rumah itu. Kini, Alvan dan Delio dilanda kebingungan. Bagaimana caranya mereka bisa masuk?

"Van, dia kayaknya dalam bahaya."

Tanpa lama lagi Alvan menghubungi Nathaniel untuk membawa seluruh anggota Cyclops ke sana. Membantu dirinya dan juga temannya yang ada di rumah itu.

1557 word

Ada yang sudah menduga siapa pelakunya?

Next || Delete

Continue Reading

You'll Also Like

3.5M 180K 27
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
1.7K 121 50
Kelanjutan Cerita Jelita yang pertama. Baca dulu yang pertama ya biar tahu kisahnya 😊 "Aku kembali Jelita,aku menepati janji ku ini pada mu. Jakarta...
14.9K 1.5K 59
Jika mendengar kata "Dia" siapa yang ada dipikiran kalian? Dia yang menjadi orang spesial dalam hidup kalian? Atau Dia yang selalu kalian benci? Atau...
136K 13.5K 11
Yang pasti bikin baper.