Loveable Ties (TAMAT)

By Daiiiiii__

777K 61.6K 1.7K

(REPOST-JUDUL SEBELUMNYA ISTRI SETTINGAN) Dijodohkan dalam keadaan terikat hubungan dengan seseorang membuat... More

Prolog
01 | Kontrak
02 | Sepakat
03 | Tunangan
04 | Otw Akad
05 | Luka Batin
06 | Sah!
07 | Bulan Madu
08 | Unmood
09 | Karma is Real
10 | Selamat
11 | Admin Manager
12 | Keasinan
13 | Panas
14 | Makan Siang
15 | Sekali Saja
16 | Minta Maaf
17 | Terkejut
18 | Tiba-tiba Buntu
19 | Budak Cinta
20 | Terkunci
21 | Sang Penggoda
22 | Bimbang
23 | Pop it Amara
24 | Skandal
25 | Amarah
26 | Saran Theana
27 | Merajuk
28 | Takut
29 | Selembar Foto
30 | Tak Menyerah
31 | Ambil Hati
32 | Terungkap
33 | Kesempatan
34 | Make a Wish
35 | Pelukan
36 | Cantik
37 | Putar Waktu
38 | Mengaku
39 | Hukuman Nikmat
40 | His Jealous
41 | Tidak Peka
42 | Kekesalan
43 | Kencan
44 | Bersalah
45 | Kembali Patah
46 | Duo Jail
47 | Penganggu Kecil
48 | Tamu tak Diundang
49 | Serius
50 | Ganteng Doang
51 | Siapa Sebenarnya?
52 | Baik-Baik Saja
53 | Mengalah
54 | Perbuatan Keji
55 | Merona
56 | Butuh Usaha
57 | Pandangan Iri
58 | Sebuah Pesan
59 | Terburu-buru
61 | Licik
62 | Menunggu
63 | Pregnant
64 | True Love
65 | Tenang
66 | Berkorban
67 | Sulit
68 | Memohon
69 | Kenangan
70 | Sempurna

60 | Tak Biasanya

6.4K 577 15
By Daiiiiii__

"Lo yakin rencena ini akan berhasil?"

Tiana menyeringai. "Yakin, lo tenang aja gue udah atur semuanya kok. Yang lo lakuin sekarang cuma tiduran di sini, lo belum lupa kan caranya berakting?"

Bella menggeleng, dia pernah ikut kelas akting di agensinya dulu. Selain ingin mengasah bakat, dia juga ingin bersungguh-sungguh masuk dunia perfilman. Sayangnya, impian itu harus dia kubur dalam-dalam karena janin yang dikandungnya.

"Tapi gimana kalau Darius benar-benar mendonorkan darahnya, Ti?"

"Gue bilang lo tenang aja, gue udah atur. Kebetulan gue kenal sama orang dalam kok." Tiana begitu percaya diri dengan rencanya.

Semua berawal dari Bella yang hampir keserempet motor saat akan menyebrang, ide itu tiba-tiba muncul di otak pintar Tiana. Karena kasihan melihat Bella frustrasi mengejar Darius, tercetuslah karangan soal kecelakaan yang mengakibatkan Bella harus segera di operasi.

Apalagi ditambah bumbu-bumbu penyedap rasa hingga Darius yang keras pun akhirnya luluh.

"Tapi bukanya itu melanggar peraturan ya?"

"Ya, kalau atasannya tahu. Toh, yang jaga malam rata-rata suster dan dokter. Dan ini weekend, sebagaian dokter nggak akan ke rumah sakit jika nggak ada urgent."

Bella menghela napas. "Gue tetap aja takut, kalau ketahuan kita bisa terjerat hukum, Ti."

Tiana memutar bola matanya bosan. "Lo mau kan Darius kembali lagi pada lo? Lo mau kan menjadikan Darius ayah dari anak lo?" Bella mengangguk penuh kenyakinan. "Ya, makanya ikutin apa kata gue. Inilah bentuk kesetiakawanan gue pada lo, Bell."

"Thanks for everthing, Ti. Gue sayang sama lo."

Mereka berpelukan. "Gue juga, Bell. Kita akan melewati ini sama-sama."

Bella mengangguk.

"Ti, orang yang lo maksud udah ada di lobi," beritahu Sita---teman satu kosnya.

"Oke, Ta. Lo jaga Bella dulu ya."

Tiana keluar dari kamar inap, bergegas menuju lobi di mana Darius berada. Senyumnya merekah membayangkan wajah panik lelaki itu nanti, dia yakin jauh dalam lubuk hatinya masih menyimpan nama Bella.

Namun, alih-alih wajah Darius yang panik seperti bayangannya, lelaki itu malah memasang wajah datar dengan rahang mengeras. Tiana mengerutkan dahinya samar, melangkah pelan sampai dirinya berdiri tepat di hadapan lelaki itu.

"Ikut saya!" Darius menarik kasar tangan Tiana hingga membuat si empunya meringis pelan, terseok-seok mengikuti langkah panjang lelaki itu menuju area parkir yang sepi.

Darius menyentak tangan Tiana dengan keras sebelum berbalik memusatkan perhatiannya pada perempuan itu. "Lo pikir gue bakal ketipu dengan cerita karangan lo itu! Gue nggak sebodoh itu, Tiana. Mungkin selama ini gue terlihat bego di mata lo karena terlalu bucin sama Bella, tapi itu dulu." Netranya menghunus tajam. "Bella hanya hampir keserempet motor saat akan menyebrang jalan, nggak sampai kecelakaan parah sampai kehabisan darah! Gue ada buktinya, jadi jangan pernah sekalipun libatkan gue dengan Bella lagi. Kalau sampai lo berani hubungin gue, gue nggak akan segan-segan melakukan yang membuat lo menyesal!"

Darius berbalik menuju Ferrari-nya yang dia parkir yang jauh dari tempatnya bicara dengan Tiana, beruntung dia tak bertindak gegabah dengan langsung mempercayai Tiana begitu saja.

Dia benar-benar lelah, saat ini yang dibutuhkannya adalah pelukan Keifani.

***

"Aarrrrggghhhh!"

Brak

Buk

Prang

Lemparan demi lemparan terdengar dari kamar Bella, siapa lagi kalau bukan perbuatan perempuan itu. Sejak rencana Tiana gagal total dijalankannya, sikap Bella semakin menjadi gila. Kadang dia tertawa bahkan detik selanjutnya lantas menangis tersedu-sedu, kadang pula dia akan bergojet ria lalu detik berikutnya dia akan mengamuk seperti yang dilakukannya saat ini.

Tiana meringis begitu netranya menandai suasana kamar Bella yang kacau, banyak pecahan kaca di sekitar lantai, alat make up jutaan rupiah milik Bella berhamburan di sekitar ranjang. Baju, tas, dan sepatu puluhan jutanya juga ikut menjadi korban keganasan Bella.

Seminggu sudah berlalu, keadaan Bella memburuk. Tubuhnya jauh lebih kurus dengan perut mulai membesar yang menurut perkiraan dokter sudah memasuki tiga bulan.

Bukan tak pernah Bella memberitahu tentang kehamilannya padanya tetapi lelaki paruh baya malah menolak bertanggung jawab, padahal Bella tidak keberatan menjadi istri ketiga atau keempat yang jelas status anaknya jelas, pernah juga dia berniat menggugurkan kandungannya, saat tiba di klinik aborsi dia melihat dengan mata kepalanya sendiri seorang pasien merenggang nyawa akibat pendarahan pasca mengeluarkan secara paksa janin dalam perutnya.

Sontak Bella ketakutan, dia tak ingin mati konyol seperti itu. Maka jalan satu-satunya dia mencari lelaki yang bisa dijadikan ayah dari anaknya, dan saat tak sengaja bertemu Darius, hatinya bergetar lembut, entah mengapa membayangkan Darius, dirinya, dan anak yang dikandungnya berada dalam satu keluarga bahagia. Apalagi sejak Lena mengatakan Darius sepertinya belum move on darinya, harapannya melambung tinggi, kepercayaannya semakin meningkat mengingat bagaimana dulu Darius mencintainya setengah mati.

Tetapi Bella melupakan sesuatu jika perasaan manusia bisa dengan cepat berubah seiring berjalannya waktu, terutama Darius. Maka ketika harapannya tak sesuai ekspetasinya dia malah terpuruk, jatuh sejatuhnya.

"Bell." Tiana mendekat saat merasa Bella sudah tenang, dengan hati-hati duduk di pinggir ranjang tepat di samping Bella. Dia memberanikan menyentuh pundak Bella. "Kita ke rumah sakit, ya," bujuknya pelan, pasalnya sekarang telapak kaki Bella mengeluarkan darah segar, belum lagi tangannya juga berdarah. Perempuan itu bukan hanya harus diperiksa secara batin tetapi juga mental.

Bella menggeleng lantas menoleh. "Gue mau Darius, Ti. Bawa gue ke Darius sekarang."

"Iya, nanti ya. Setelah pulang dari rumah sakit kita ke Darius."

***

"Lo kelihatan nggak sehat, Sal?"

Salwa tersentak. "Hah?"

Keifani, Theana, Amara kompak menghela napas panjang.

"Ngelamun lagi deh, lo kenapa dah?" tanya Amara gemas.

"Nggak pa-pa." Salwa tersenyum menyakinkan.

"Nggak pa-pa nya cewek itu berarti ada apa-apanya, yakan?" Kali ini Theana menyipitkan matanya, curiga. Sedang Keifani hanya diam mengamati ekspresi Salwa. Dia sadar ada yang janggal dengan kelakuan Salwa sejak tadi, sahabatnya itu orangnya pendiam tetapi diamnya kali ini membuat dia merasa aneh.

"Sal, kalau ada masalah lo boleh cerita sama kita-kita," sela Keifani mengenggam tangan Salwa.

Salwa tersenyum lemah. "Gue beneran nggak pa-pa, Beb. Hanya gue lelah aja, belum lagi masalah Abil yang baru aja keluar dari rumah sakit."

Ya, Sabil---anak kedua---Salwa baru aja keluar dari rumah sakit seminggu yang lalu. Hanya demam biasa tetapi membuat Salwa kelabakan apalagi Sabil rewel karena nggak bisa mengisap ASI sang ibu. Keifani tak begitu tahu, tetapi mendengar Salwa sempat frustrasi, dokter menyarankan agar Salwa tidak banyak pikiran.

"Jadi Abil lo titipin di rumah nyokap?" Salwa mengangguk.

"Iya, makanya gue nggak bisa lama-lama nih. Takutnya Abil nyariin."

Amara mengangguk. "Ya udah, gue juga udah mau balik." Dia melirik jam tangannya sebentar. "Nyokap gue makin hari makin cerewet apalagi tahu kalau kalian bertiga udah punya pasangan masing-masing sedangkan gue masih betah sendiri. Nyokap bahkan berencana menjodohkan gue sama anak temannya. Oh, gosh! Gue bisa gila lama-lama."

Ketiga sahabatnya tertawa melihat frustrasinya seorang Amara, seperti sadar akan sesuatu Theana lantas protes. "Eh, siapa bilang gue udah punya pasangan? Jangan fitnah woi!"

"Eh! Terus yang bareng lo di Kokas kemarin siapa ya?" tanya Amara menggoda.

Theana tersipu. "Teman kakak gue."

"Oh Mas Radya, pantas lo jatuh cinta sama doi. Mas Radya gantengnya nggak ketulungan, Cuk." Amara berdecak kagum.

Selama ini Theana hanya menceritakan sosok Radya---yang merupakan sahabat kakaknya---sekaligus orang yang diam-diam dia cintai. Dia tak pernah sekalipun menunjukkan foto atau mempertemukan dengan temanya secara langsung.

"Tapi tunggu bentar, lo lihat gue di Kokas, kenapa nggak negur?"

Amara mengangkat bahunya acuh. "Gue buru-buru, soalnya ke Kokas juga jemput Nyokap abis arisan."

Theana manggut-manggut mengerti.

"Terus gimana?" tanya Amara penasaran.

Kening Theana mengukik bingung. "Gimana apanya?"

"Gimana rasanya jalan sama cowok idaman lo?"

"Biasa aja! Lagian nggak ada spesial kok, kami ke Kokas cuma nemenin dia beli kalung untuk nyokapnya."

Amara bertepuk tangan heboh. "Itu tandanya sinyal tahu, lo gimana sih?"

"Hah?"

"Beb." Bersamaan dengan itu panggilan Salwa membuat Amara mengurungkan niatnya melanjutkan ke-kepoan-nya pada Theana. "Gue balik duluan ya, Abil kayaknya mulai rewel."

Amara menepuk jidatnya. "Gue ah, mau balik. Bareng aja, Sal."

Setelah pamit singkat disertai cipika-cipiki, Salwa dan Amara beranjak dam menghilang di balik pintu resto.

Sedang Keifani dan Theana saling pandang. "Lo ngerasa Salwa aneh nggak?" Keifani mengangguk.

Dia merasa aneh, Salwa seperti menyimpan beban yang berat. Tetapi apa pun semoga masalah Salwa cepat selesai.

***

BERSAMBUNG

Nah tuh jawabannya yang kemarin pada hujat mas uus, tenang aja kok mas uus sekarang udah lebih baik dari kemarin lagian bucinnya ke kei itu lebih parah daripada ke bella 🤣


Vote dan komennya ya 🥰


See you next part

Continue Reading

You'll Also Like

64.6K 3.6K 31
Ini adalah kisah cinta seorang wanita yang jatuh cinta pada sahabat nya sendiri. Hanya saja ada masalah yang terus menerus menjadi penghalang untuk k...
36.5K 2.3K 59
Genre: fiksi umum, comedy Punya bos menyebalkan? Bukan impian setiap orang. Namun terjebak di dalam sebuah perusahaan dengan bos menyebalkan, bukanla...
81.4K 4.7K 52
Aleyda tidak pernah menyangka jika kepulangannya ke Medan untuk menghadiri acara resepsi pernikahan Anastasya sepupunya, menjadi awal pertemuannya de...
2.4M 35.6K 48
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...