"Nomor lo semalam nggak bisa dihubungi, lo nggak pulang, Bel?"
Bella yang sedang membubuhkan bedak pada wajahnya sontak terhenti, dia menoleh sekilas pada Tiana sebelum kembali pada wajahnya. "Gue bareng Om Hartanto semalam," jawabnya santai.
Kening Tiana berkerut samar. "Nginap?" Kali ini Bella mengangguk. "Tumben lo mau nginap, bisanya abis kencan lo langsung pulang."
"Bayaran nggak main-main." Bella menyeringai.
"Emang apa?" tanya Tiana penasaran.
"Liburan trip ke Eropa sekaligus uang jajan, makan, menginap di hotel bintang empat, dan ...." Bella sengaja memberi jeda pada kalimatnya.
Tiana semakin dibuat penasaran. "Dan?" tanyanya tidak sabaran.
"Dan satu set berlian permata safir edisi terbatas." Bella tersenyum pongah.
"Wohhhh." Tiana bertepuk tangan heboh, dia bahkan geleng-geleng kepala saking tidak percaya. Baru kali ini bayaran Bella sangat-sangat tinggi, tak heran jika Bella mau diajak menginap di hotel.
Hartanto Dahlan salah satu pengusaha terbesar di Palembang, perusahaan jam tangan mewah dengan berbagai jenis di dunia. Outlite-nya bukan hanya tersebar di seluruh Indonesia tetapi ada juga di penjuru dunia lainnya, seperti Benua Eropa, Amerika, dan Asia.
Bella mengenal Hartanto jauh sebelum berpacaran dengan Darius, bisa dikatakan Hartanto itu adalah klien pertamanya. Hanya saja karena kesibukan Hartanto yang sering sekali keluarga negeri mengurus bisnisnya hingga membuatnya tak pernah bertemu setelah tiga tahun yang lalu.
"Gue juga nggak bakal bisa nolak kalau bayaran segede itu. Gila lo, Bel. Bisa aja dapat tangkapan besar," puji Tiana bangga.
"Gue udah lama nunggu ini, sejak pertama kencan sama Om Hartanto tiga tahun yang lalu, gue nggak bisa move on. Bukan hanya bayarannya yang memuaskan tapi juga goyangannya, gue sampai kewalahan tiap diajak main." Bella mengedipkan mata genit.
Tiana tergelak. "Pilihan kata-kata lo vulgar sekali," Dia geleng-geleng kepala. "Berarti lo dapat jackpot dong, puas bayarannya, puas juga di tempat tidur."
Bella tertawa kecil. "Ya gitulah, pantas aja istrinya ada dua. Kuat gitu."
"Napa lo sekalian daftar jadi yang ketiga?"
"Ogah!" Bella mendelik, tawanya sudah menghilang digantikan raut masam. "Gue udah bilang kan gue anti komitmen."
"Ya ya ya, gue tahu."
"Udah ah, gue janjian makan siang bareng Om Hartanto nih." Bella berdiri setelah memakai heels LV---berwarna putih---keluaran terbaru yang baru dia beli kemarin, lalu mengandeng tas tangan LV dengan warna yang senada.
Bibir tebal yang berwarna merah merekah membentuk senyuman yang menggoda, menatap pantulannya di cermin, drees pas body tanpa lengan sepanjang lutut melekat indah di tubuhnya, belum lagi anting berlian menghiasi telinganya mempercantik penampilannya.
"Hari ini Om Harta mau balik ya?" Tiana sengaja menyingkat nama Hartanto menjadi Harta, alasannya karena Hartanto uangnya berseri. Tak akan habis sepuluh turunan.
"Iya, makanya siang ini mau makan siang bareng. Lo antar gue ya."
"Siap, tapi bayarannya apa?"
Bella memutar bola matanya. "Lo mau apa?"
Mata Tiana sontak berbinar mendengar pertanyaan Bella. "Ikat pinggang Gucci lo yang kemarin lo beli," jawabnya tanpa beban, itu sudah menjadi incarannya dari dulu, hanya Bella lebih dulu membelinya hingga dia tak dapat bagian.
Bella mendengus. "Oke," balasnya singkat.
Tiana mengekik senang, dia berlari memeluk Bella. "Thanks, Bell."
Bella mendorong pelan Tiana. "Ya, tapi nggak usah peluk juga kali, dandanan gue nanti berantakan."
"Iya iya, yaelah."
Setelah mengambil ikat pinggang Gucci idamannya, mereka beriringan menuju parkiran berangkat ke hotel tempat Hartanto berada.
"Lo turunin gue di lobi aja, terus langsung pulang," perintah Bella begitu mobil Tiana memasuki area hotel.
"Lo nggak mau gue tunggu?" Tiana menghentikan mobilnya tepat di depan pintu utama lobi.
"Nggak usah, kayaknya gue nginap deh."
Tiana tersenyum arti. "Oke, have fun, Bell."
"Ya, hati-hati." Bella melambaikan tangannya lalu berbalik tanpa menoleh lagi.
***
Lena melempar gelas ke dinding hingga menimbulkan dentuman yang keras hingga seketika gelas kaca itu hancur berantakan di atas lantai kamarnya, entah sudah beberapa bir yang masuk ke dalam tubuhnya saat ini. Yang jelas dirinya sedang dalam keadaan yang tidak baik.
Pagi tadi ada pihak bank datang ke rumahnya untuk menyita semua aset milik Brian termasuk rumah beserta isinya serta lima mobil mewah miliknya, karena dia tak bisa membayar utangnya di bank tersebut. Utang itu sudah berjalan dua tahun, dan sudah menunggak sekitar hampir setahun.
Sekarang pembayarannya sudah jatuh tempo, pihak bank hanya memberikannya waktu sampai lusa untuk meninggalkan rumah ini. Sedangkan Brian tak bisa dihubungi, sejak menikah dengan Hanum, suaminya itu sudah meninggalkan rumah ini, lelaki paruh baya itu lebih betah di rumah Hanum dan membawa Lula serta Khanza bersamanya.
"Arrggghhh, sial!" umpat Lena untuk kesekian kalinya, dia berusaha bangkit lalu berjalan sempoyongan keluar kamar.
Beberapa dia cekukan akibat kebanyakan minum, mata berkunang-kunang, dan kepalanya terasa akan pecah. Langkahnya pelan tanpa arah mengelilingi rumah sembari mengoceh tak jelas, wajahnya tampak kuyu, daster bunga-bunga yang dipakainya kusut, dan rambutnya berantakan. Berbeda sekali dengan penampilan mewahnya sehari-hari. Seolah Lena mayat hidup yang tak punya semangat bahkan seperti orang tak waras.
Netranya menyipit ketika matahari menyorotnya melalui jendela kaca yang tak tertutup oleh gorden, lalu menunduk sebelum kembali mendongak melawan sinar matahari itu.
"Lo pikir gue takut, hah?" racau Lena keras. "Nggak ada yang gue takuti di dunia, mau sepanas apa pun sinar lo. Gue akan lawan!" Lalu tak lama terkekeh sinis.
Tiba-tiba dia teringat dengan Keifani, sosok yang sangat dibencinya selama ini. Lalu tersenyum licik begitu ide melintas di kepalanya, dia bangkit kemudian melangkah ke pintu depan, hanya sekali sentakan pintu terbuka. Dia melanjutkan langkahnya ke area parkir mobil, tanpa mempedulikan penampilannya dia membawa CR-V nya meninggalkan rumah berlantai dua ini dengan kecepatan tinggi menuju Ciputra.
Baru akan berbelok masuk ke perumahan, matanya menangkap sosok yang memenuhi kepalanya sedang berdiri di pinggir jalan seraya menatap ponsel di tangannya. Sepertinya ini keberuntungan untuknya, kembali mengamati sekitar jalan raya yang tampak sepi, hanya beberapa kendaraan yang lewat.
Inilah kesempatannya.
Maka, Lena bersiap menginjak pedal gasnya lalu memutar kemudi menuju tempat Keifani berdiri.
Dia lantas bergumam, "Lo harus mati! Harus mati! Harus mati! Semua gara-gara lo, Berengsek. Gue benci lo!"
Lena semakin menekan pedal gasnya sampai akhirnya suara dentuman keras terdengar, dia membanting kemudinya lalu menabrak sebuah tiang listrik.
Brakkk....
Lalu gelap.
Seketika orang-orang berdatangan mengerubuti CR-V hitam yang baru saja menabrak tiang listrik sebelum menyerempat seorang perempuan yang kini duduk di pinggir jalan.
"Mbak nggak pa-pa, kan?" Keifani masih shock hanya menjawab dengan gelengan, kejadian barusan begitu mengguncang batinnya. Dirinya menjadi korban tabrak lari, beruntung tubuhnya hanya terserempet saja.
Keifani meringis ketika melihat tangan dan kakinya lecet, luntutnya juga mengeluarkan darah segar.
"Pelaku itu menabrak tiang listik, cepat telepon ambulance biar cepat ditangani oleh dokter."
Keifani mendongak mendengar suara salah satu warga sekitar berteriak, jarak keduanya tak terlalu jauh jadi bisa mendengar dengan jelas apa yang dikatakan orang itu.
Barulah dia sadar jika mobil yang menabraknya juga menabrak tiang listrik depan konter pulsa, netranya menyipit ketika melihat plat CR-V hitam itu yang terasa familiar. Matanya sontak membulat setelah tahu siapa pemilik mobil itu.
"Lena," lirihnya, dia tak menyangka perempuan itu bisa melakukan perbuatan keji seperti ini.
***
BERSAMBUNG
Duo kakak beradik berulah lagi 😌 untung kei gak ketabrak beneran.
Gak pernah bosan mengingatkan jika cerita ini sudah tamat di karyakarsa ya, jadi yang bosan nunggu bisa baca disana aja ya. Tapi bagi yg kuat nunggu bisa baca di wp saja dengan jadwal up gak jelas, bisa cepat bisa juga lama banget.
Vote dan komennya yang banyak ya 🙏
See you next part
Btw, aku lupa kasih info penting.
Kalau bentar lagi Rayana dan Raihan bakal PO loh, insyaAllah awal Maret ya.