[√] Can't You See Me? [END]

Binbin_Fy द्वारा

2.8K 647 346

Kisah seorang anak laki-laki yang kini tengah bimbang akan apa yang dia alami saat ini. Masalah kian sering m... अधिक

P r o l o g u e
Begin
What Do You Mean?
All of You Kidding Right?
It's So Hard To Make You Believe - Skors
Incident - Skors day 1
Down
Flasback
Investigation
Father's Friend - Ask for Help
Hate
The Past
Who?
Respectively
Why?
Odi
Him and The Truth
Hurting
Him
Brother
Really?
Funeral Day
Last Letter
For Him
Mother?
Regret
Our Star
Epilog

Father

75 18 7
Binbin_Fy द्वारा

Crush

"Bang Yeonjun!"

Semua yang ada di sana terdiam, suasana mendadak hening kala teriakan itu terdengar.

Yeonjun memejamkan kedua matanya, menarik napas dalam lalu mengeluarkannya perlahan. Dirinya jatuh terduduk, dengan cairan kental berwarna merah pekat yang mulai merembes menodai seragam sekolahnya.

Badannya ambruk namun, di tahan oleh Soobin di belakang. Di lihatnya Taehyun dan Soobin yang kini memandangnya dengan gurat kekhawatiran, dan Beomgyu membulatkan mata terkejut dengan langkah berangsur mundur.

Di raihnya besi yang menancap pada perutnya, mencoba melepaskan tusukan itu. Dan demi apapun, Yeonjun bertaruh bahwa rasanya amat teramat menyakitkan, perih serta nyeri yang dirasakan hingga akhirnya benda itu terlepas, dengan berlumur darah.

Yeonjun menahan napasnya. "Beomgyu si*lan!" gumamnya, sebelum kegelapan menenuhi penglihatan.

+×+


Dua orang itu duduk pada kursi ruang tunggu. Mereka sama-sama gundah menunggu kabar dari dokter yang tak kunjung keluar dari dalam ruang UGD. Hanya ada beberapa para perawat yang mondar mandir keluar masuk ruangan itu.

Mereka takut jika terjadi sesuatu pada Yeonjun. Terlebih lagi Soobin, dia pasti akan menyalahkan dirinya sendiri karna, bagaimana pun semuanya di mulai dan di akibatkan olehnya.

Sebuah derap kaki terdengar, mengalihkan atensi keduanya pada seorang lelaki yang berlari menghampiri mereka. Atau mungkin, hanya pada Taehyun, tidak menyadari kehadiran pemuda yang berada di samping pemuda bermarga Yoon itu.

"Yeonjun gimana?!" tanyanya dengan napas tak teratur.

Taehyun bangkit, dia menggeleng pelan. "Belum ada kabar terbaru, Bang."

Taehyung mengusap wajahnya kasar, menghela napas berat bersamaan dengan air mata yang lolos dari pelupuknya.

"Kenapa ini bisa terjadi lagi, sih?!" monolognya, takut jika sesuatu yang buruk terjadi pada Yeonjun.

Oh, tidak, dirinya tidak mau kejadian yang terjadi pada Yeonji terulang juga pada Yeonjun. Dia takut dan … belum siap untuk kehilangan adiknya lagi.

Luka lama masih belum sembuh, kini luka baru muncul kembali pada titik yang berbeda.

Taehyung membuang mukanya, namun, pandangannya justru teralihkan pada sosok pemuda jakung yang kini tengah berdiri sembari menatapnya.

Dia menatap tak percaya, detik setelahnya rahangnya mengeras dengan tangan terkepal kuat.

Menghampiri pemuda itu—Soobin, lalu melayangkan satu tinjuan pada rahang itu.

"Lo!" Menunjuk Soobin yang kini terduduk di lantai akibat pukulannya.

"Belum puas lo, hah?!" teriaknya. "Belum puas lo hancurin keluarga gue?! Mau lo apa, sih, Anj*ng?!"

Taehyun memegangi Taehyung yang terlihat marah besar, menahan lelaki itu yang hendak melayangkan kembali pukulan pada Soobin. "Tenang, Bang!"

"Lepas lo, Tae! Jangan buat gue tambah emosi!" peringatnya.

"Gue enggak akan lepasin lo, Bang! Tenangin dulu emosi lo! Jangan sampe lo—"

"Lo belain dia?!" Taehyung balas menatap sengit ke arah Taehyun.

Yang di tanya begitu lantas menggelengkan kepalanya cepat. "Gue gak belain siapapun."

Taehyung hendak angkat suara lagi, tapi langsung di sela oleh Taehyun, "Lo salah paham."

"Gini, intinya, bukan Bang Soobin pelakunya dan ini semua cuman fitnah."

+×+


Pemuda itu berlari tergesa memasuki sebuah mansion besar milik sang Ayah, tempat tinggalnya.

Di ruang tengah dia bertemu dengan kakaknya yang kini menatap dengan pandangan terkejut dan tak percaya. Bagaimana tidak, rambut acak-acakan, wajah penuh lebam, mata sembab, dan baju serta tangan berlumur darah yang kini telah mengering.

"Bam, lo habis ngapain?!" tanyanya terdengar khawatir, berjalan menghampiri lalu memegang kedua tangan milik sang Adik.

"Kenapa bisa—" Menghentikan ucapannya bersamaan dengan kedua mata yang membola sempurna, terkejut. "Lo … gak mungkin lakuin itu, 'kan?" tanyanya.

Beomgyu mengangguk pelan, dia menyandarkan kepalanya pada dada bidang Kakaknya, bersamaan dengan tangisnya yang kembali pecah.

Bahu Mark melemas, dia memejamkan matanya sesaat, merendam emosinya. "Are u kidding, right? Lo gak mungkin kan … ah!" Membuang napas kasar setelahnya.

"Liat gue!" Mark memegang kedua bahu Beomgyu, menyuruh si empu untuk menatapnya.

"Lo beneran ngikutin ucapan, Dady? You know that revenge doesn't mean anything, right? Terus buat apa lo lakuin itu?! Gue nanya!"

"He Killed my mother—"

"Tapi bukan begini juga caranya, Lee Beomgyu!"

"Apa dengan mengambil kebahagiaan seseorang gak bisa di kategorikan sebagai penjahat? Pembunuh, Bang! Dia bunuh ibu gue!"

"his father killed, not him. And she's my mother too," kilah Mark.

"Lo gak ngerti gue, Bang! You've met mom, get love soon. Sedangkan gue? Gue sama sekali gak pernah ketemu nyokap, maupun dapet kasih sayangnya pun gue gak pernah!" bela Beomgyu.

Beomgyu mengusap air matanya kasar, berlalu pergi dari sana menuju ke ruangan sang Ayah, meninggalkan Mark yang hanya bisa terdiam dengan pikiran berkecamuk.

+×+

Beomgyu langsung saja menerobos masuk ke ruangan sang Ayah. Membuat si pemilik yang tengah berkutat dengan laptop mendongak, menatapnya tajam karna telah mengganggu dirinya.

Namun, tatapannya berubah saat melihat penampilan acak-acakan milik sang putra.

"Dad," panggil Beomgyu lirih.

Yang di panggil 'Dad' bangkit, berjalan menghampiri putranya.

"Why? You killed him, baby boy?" tanyanya sembari tersenyum senang. Namun, senyumnya luntur kala kalimat selanjutnya yang di lontarkan sang putra.

Beomgyu menggeleng lemas. "I'm not. I … aku menusuk orang yang salah." Menatap yang lebih tua takut dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipi. "Bagaimana ini, Dad?"

Plak

"Bodoh!"

"Bagaimana bisa salah?! Kau mendadak lupa siapa pelakunya, hah?!" Beomgyu menggeleng pelan dengan kepala menunduk.

Jaehyun berdecih. "Atau jangan-jangan pertanyaan yang ku tanyakan saat itu memang benar? Dan kau berbohong padaku, hah?!" tuntutnya. Beomgyu kembali menggeleng sebagai jawaban.

Plak

"Jawab yang benar! Benar kau berbohong?!"

Beomgyu menahan isakannya, dia pun bersuara, "Gyu tidak berbohong, Dad …," cicitnya.

Plak

"Katakan sekali lagi!"

"Gyu tidak berbohong dengan, Dady."

"Dad!"

Mark datang, menahan tangan Jaehyun yang hendak melayangkan kembali tamparan pada Adiknya.

"Are you crazy?!"

Jaehyun menepis tangan Mark,
"Kau bilang aku gila? Lihatlah adikmu itu! Dialah yang lebih gila!" tunjuk Jaehyun, menatap tajam kedua anaknya.

"Adikku tidak gila! Yang gila itu kau, Dad! Kau gila akan rasa balas dendam! Yang kau pikirkan hanya balas dendam, balas dendam, dan balas dendam! Persetan dengan itu semua, hingga kau memanfaatkan anakmu sendiri! Sadar, Dad!"

Jaehyun mengeraskan rahangnya, terlihat tak suka dengan ucapan putra sulungnya itu. "Kau mengataiku? Dasar anak tidak tahu di untung! Kau tahu apa, hah?! Kau seharusnya mendukungku, Ayahmu sendiri!" tekannya.

"Cukup, Dad! Kau ini keterlaluan! Sudah cukup kau memperlakukan Adikku Beomgyu layaknya pesuruhmu! Biarkan dia menjalani hidup seperti apa yang dia mau!"

Mark menarik Beomgyu pergi dari sana, meninggalkan Jaehyung yang terlihat marah besar.

+×+

Soobin membuka pintu rumahnya, baru melangkahkan kaki masuk ke dalam, sebuah botol alkohol terlempar di depannya. Untungnya dia cepat menghindar.

Tertegun, tentu saja. Matanya perlahan menatap si pelempar yang tak lain adalah Ayahnya sendiri.

Sudah dia duga, Ayahnya itu akan marah jika dia pulang terlambat.

Soobin menghela napasnya. "Ayah—"

"Masih berani pulang, lo?!"

"Gak tau di untung banget jadi anak. Nyusahin terus kerjaannya!" sarkas pria paruhbaya itu.

"Bisa gak—"

"Apa iya, Ayah dulu pernah bunuh orang?" tanya Soobin memotong ucapan sang Ayah.

Yoongi diam, tatapannya berubah datar. "Buka urusan lo—"

"Ini urusan Soobin! Karna Soobin anak Ayah!" selanya, sedikit menaikkan nada bicara.

Seperti bukan dirinya, yang biasanya hanya Berbicara pelan tanpa menaikkan oktaf nadanya.

Yoongi agak terkejut dengan nada bicara Soobin. Bukan karna itu saja, dia merasa sesuatu dalam dirinya berdesir, membuat hatinya sedikit menghangat, ketika Soobin mengucapkan kata 'Anak Ayah'. Entahlah.

Tapi, Yoongi tetaplah Yoongi. Pria paruhbaya itu dapat mengontrol emosinya dan tetap memasang wajah datar seolah tak terjadi apapun.

Soobin menghembuskan napasnya, menundukkan kepalanya saat melihat reaksi sang Ayah yang hanya diam, dengan wajah datar yang menurutnya menakutkan.

"Maaf, Yah," cicitnya.

Yoongi berdecih. "Kalau gue emang pernah, bahkan sering bunuh orang emangnya kenapa? Emang lo mau jadi korban selanjutnya?"

Soobin lantas mendongakkan kepalanya, dia menggeleng cepat. "Bukan—"

"Lo sendiri gimana? Bukannya alasan lo di skorsing karna itu? Ngaca!" ketus Yoongi.

Pria paruh baya itu menampar keras pelipis Soobin, membuat si empunya menggigit bibir bawahnya, menahan ringisan keluar.

"Tampilan acak-acak, muka bonyok, bercak darah di baju, apa artinya?!" sebut pria itu, agak menekan.

Soobin masih diam, tak membalas atau menjelaskan apa yang sebenarnya dia alami.

"Dasar gak tau diri. Gak bisa apa nurut sama gue? Sekali aja!" Yoongi membuang napasnya kasar seraya mengalihkan pandangan ke samping.

"Kalau gitu terus pergi aja lo dari sini! Pulang sana ke ibu lo! Muak gue lama-lama!"

To Be Continued …


Ada yang lagi PAS? Semangat!

पढ़ना जारी रखें

आपको ये भी पसंदे आएँगी

11.2K 2K 16
𝑃𝑒𝑟𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑛𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑠𝑡𝑖. 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑠𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 ℎ𝑎𝑙 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑠𝑒𝑠𝑒𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑎𝑚𝑝𝑢 𝑚𝑒𝑛𝑔ℎ...
2.1K 86 7
𝙹𝚎𝚗𝚒𝚜 𝚛𝚊𝚜𝚊 𝚜𝚊𝚔𝚒𝚝 𝚝𝚎𝚛𝚋𝚞𝚛𝚞𝚔 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚂𝚊𝚊𝚝 𝚊𝚗𝚍𝚊 𝚝𝚎𝚛𝚜𝚎𝚗𝚢𝚞𝚖 𝚑𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚑𝚎𝚗𝚝𝚒𝚔𝚊𝚗 𝚊�...
Rumah di Perantauan SenjaaHaluu द्वारा

किशोर उपन्यास

582K 27.7K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
HERIDA Siswanti Putri द्वारा

किशोर उपन्यास

611K 23.9K 36
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...