Happy Reading.
"Tetaplah bersamaku, tanpa kehadiranmu hidup tak lagi bermakna."
-Elard.
.
.
.
.
.
Satu minggu berjalan setelah kecelakaan Zia. Sekarang Zia sudah dipulangkan lebih tepatnya 1 hari yang lalu. Zia pulang ke rumah kedua orang tuanya dia menolak mentah-mentah untuk tinggal berdua dengan Elard, Zia rasa Elard adalah orang asing yang dapat melukainya kapan saja.
Untuk saat ini Zia hanya percaya kepada Titan. Karena Titan lah teman yang ia ingat di Indonesia. Sedangkan kakaknya setelah ultah Zia, Sean langsung berangkat ke London kembali untuk meneruskan study nya
Ting... Ting... Ting...
Bel rumah Zia berbunyi yang membuat Zia berdiri untuk membukanya.
"Aku buka pintu dulu ya kak," Ucap Zia kepada Titan. Karena sejak tadi Titan berkunjung ke rumah Zia dengan beralaskan menjenguknya.
"Iya," jawab Titan.
"Kamu ngapain kesini?" Tanya Zia saat membuka pintu dan menampakkan sosok Elard.
"Jenguk lo," balas Elard.
"Siapa Ziaa?" Teriak dari dalam yang Elard yakini dia adalah Tiana, mama Zia.
"Eh ada Elard," ucap Tiana saat sampai di depan pintu.
Elard langsung menyalimi tangan Tiana. "Iya ma," jawab Elard kemudian tersenyum.
"Kok nggak di suruh masuk sih Zi," ucap Tiana.
"Mama aja yang suruh, Zia males," balas Zia yang langsung berbalik badan dan masuk ke rumah.
"Sabar ya El, hadepin Zia yang sekarang harus extra sabar," ucap Tiana.
"Iya ma ngga pa-pa," balas Elard.
***
"Lah kenapa kok cemberut gitu?" Tanya Titan saat Zia duduk di sofa dengan wajah cemberut.
"Gara-gara tamu," ucap Zia.
"Emang siapa tamunya?" Tanya Titan.
"Kak El," jawab Zia.
"Udah gitu mama perhatian banget sama dia, akrab banget lagi," sambung Zia.
"Ya gimana nggak akrab Zi, dia kan tunangan lo," ucap Titan.
"Zia nggak mau punya tunangan kayak dia," balas Zia.
"Emangnya kenapa?" Tanya Titan.
"Nggak suka."
"Alasannya?" Tanya Titan.
"Nggak tau, Zia kalau deket sama dia hati Zia kayak sakit, Terus tiba-tiba jadi kayak nggak suka," jawab Zia.
"Zia," panggil Tiana yang baru datang dan di ikuti Elard.
"Hmm," jawab Zia malas.
"Ada El kamu bicara ya sama dia," ucap Tiana.
"Ya," jawab Zia singkat.
"Mama ke kamar dulu," ucap Tiana kepada Zia. "El mama pergi dulu," sambungnya dan dibalas anggukan oleh Elard.
"Gue bawain lolipop buat lo," ucap Elard menyodorkan bingkisan yang ia bawa.
"Ha lolipop," ucap Zia berbinar kemudian ia tersadar.
"Zia Nggak mau," ujar zia memalingkan wajahnya.
"Yakin nggak mau? Ada varian buah," goda Elard.
"Kok belinya lolipop rasa buah sih kan Zia jadi nggak nahan," batin Zia tersiksa.
"Nggak mau," jawab Zia lagi ia menahan mati-matian untuk tidak ngiler.
"Nggak usah gengsi. Lo ileran nambah jelek," ucap Elard.
"Yaudah sini!" Ucap Zia yang langsung merebut bingkisan dari tangan Elard.
"Gue tamu Zi, kasih minum atau apa ini malah dianggurin," ucap Elard.
"Ambil sendiri, Zia sibuk," balas Zia.
"Sibuk main ponsel? Ingat tamu adalah raja," ucap Elard.
"Hih nyebelin," ucap Zia ketus yang langsung berdiri pergi ke arah dapur.
Sambil menunggu Zia, Elard memainkan benda pipih yang ia kantungi.
Baru saja ia membuka ponselnya Titan berbicara kepadanya. "Kasihan dilupain sama Zia dan sekarang di benci sama Zia," ucap Titan tanpa menoleh kearah Elard.
"Gue start dulu," sambung Titan.
"Gue nggak bakal biarin lo deketin Zia," balas Elard dingin.
"Lo nyingkirin gue? Nggak bisa. Zia selalu cari gue dan butuh gue dibanding kan lo," ucap Titan sedangkan Elard hanya menatapnya datar lalu kembali memainkan ponselnya tanpa msnghiraukan ucapan Titan.
"Sebelum ada kecelakaan, gue berpikir nggak akan ada kesempatan kedua tapi sekarang takdir menyatukan gue sama Zia lagi. Kesempatan nggak boleh disiakan, gue bakal hempas kehadiran lo dihati Zia," ucapan Titan membuat Elard naik pitam yang membuat Elard langsung memukuli Titan.
Sekali pukulan langsung membuat Titan tersungkur Elard tidak berhenti nya memukuli Titan.
"STOPPP!" Teriak Zia dari arah dapur yang langsung meletakkan minum untuk Elard di meja.
Elard yang mendengar teriakan Zia langsung berhenti memukuli Titan,
Tanpa aba-aba Zia langsung menampar pipi Elard yang membuat nya kaget bukan main.
"Kamu apa-apa an sih. Ngapain mukulin kak Titan gitu!" Ucap Zia tak santai.
"Dia buat gue emosi Zia," ucap Elard membela dirinya.
"Tapi kamu nggak berhak buat mukulin kak Titan sampai kayak gitu," ucap Zia.
Zia langsung menolong Titan dan membantunya untuk duduk di sofa.
"Sekarang kamu pergi," ucap Zia.
"Gue belum selesai jenguk lo," balas Elard.
"Aku benci sama kamu," ucap Zia yang membuat Elard seperti merasakan sakit.
"Lo nggak ada alasan buat benci sama gue," ucap Elard.
"Ada. Kamu udah mukuli kak Titan sampai babak belur," ucap Zia.
"Lo ada hubungan apa sama Titan?"
"Aku sayang sama kak Titan," ucap Zia.
"Sekarang pergi," sambung Zia.
"Tap---" Ucap Elard yang langsung dipotong Zia.
"PERGI!" Teriak Zia tegas yang membuat Elard mau tak mau harus pergi.
"Kak Titan nggak pa pa?" Tanya Zia,
"Nggak pa pa gimana Zi, orang babak belur gini," ucap Titan.
"Kak Titan tunggu sini ya, Zia ambilin kompres dulu," ucap Zia yang langsung pergi.
Tak butuh waktu lama Zia datang dan langsung mengompres luka Titan dengan telaten.
"Kalau yang obatin kamu pasti cepet sembuh," ucap Titan.
"Ya iya dong dokter Zia gitu," ucap Zia berbangga.
Tiba-tiba Zia memegangi kepalanya karena merasakan sakit. Zia seperti teringat ada bayangan di kepalanya yang terputar seperti kaset rusak.
"Zi lo kenapa?" Tanya Titan khawatir.
"Tadi Zia inget, dulu pernah obatin orang dan Zia jadi dokternya," ucap Zia.
"Siapa?" Tanya Titan.
"Nggak tau. Tapi kayak cowok," ucap Zia.
"Mampus, pasti itu Elard," batin Titan.
"Paling kamu ngerawat papa kamu Zi, dah nggak usah di inget ntar tambah pusing," ucap Titan mengalihkan pembicaraan.
"Oh paling iya ya kak," ucap Zia yang membuat Titan bernapas lega.
***
Elard sekarang berada di markas Blackcarloz ia duduk di sofa pandangan kedepan dengan tatapan kosong.
"Diam aja lo El, mikirin apa?" Tanya Deon.
"Mikirin Zia."
"Sabar El mungkin ini ujian cinta lo," ucap Deon.
"Kayaknya gantian lo deh El yang berjuang buat Zia," ucap Arsen tiba-tiba.
"Menurut gue, Zia versi sekarang berbeda, nggak seasik dulu, yang sekarang tambah nyebelin," ucap Deon.
"Gue paling enek sama si Titan, cari muka banget njir! di depan Zia pengen gue tampol tu muka pakek pancinya si Seokjin biar tau rasa," ucap Arsen.
"Ngapain lo bawa-bawa kembaran gue," ucap Deon dengan tampang tak terimanya.
"Hello? Seokjin kembaran lo? Nggak salah denger gue? Seokjin yang worldwide handsome, anggota bities itu dan disamain sama lo yang cuma remahannya, Seokjin kalau denger udah ketawa," ucap Arsen kemudian tertawa.
"Nggak usah merasa paling ganteng, lo disini paling ugly," ucap Deon.
"Gue ganteng, lo aja yang burik," ucap Arsen tidak mau kalah.
"Kasih gue saran, bukan debat," ucap Elard dingin.
"Hehehe sorry El, Si Arsen bikin emosi," ucap Deon.
"Gue ada ide," celetuk Arsen.
"Gini ya," ucap Arsen yang langsung menjelaskan satu per satu idenya.
"Gimana El, setuju nggak? Ide gue bagus kan? Emang otak gue selalu bisa di andalkan," ucap Arsen menyombongkan diri.
"Nggak usah sombong, El belum tentu setuju," ucap Deon.
"Gue nggak suka terlalu alay," ucap Elard.
"Menurut lo alay tapi menurut orang normal lainnya itu wajar El," ujar Arsen.
"Jadi menurut lo gue nggak normal!?" Tanya Elard tak santai.
"Lo nggak suka romantis dan hal-hal yang berbau romantis semua lo bilang alay, itu apa namanya kalau bukan nggak normal paduka Elard," jelas Arsen.
"Ide Arsen masuk akal, lo boleh lakuin menurut gue nggak alay," ucap Arkan.
"Nah kan si babang Arkan aja setuju," ucap Arsen.
"Oke gue setuju."
ANNYEONGHASEYO SEMUA 👋
NEXT PART? SPAM KOMEN 200 YA!
GIMANA KABARNYA??? BAIKKAN???
MAU BILANG APA KE ELARD?
MAU BILANG APA KE ZIA ?
MAU BILANG APA KE AUTHOR?
JANGAN LUPA TINGGALIN JEJAK YA DENGAN CARA VOTE DAN KOMEN
MAKASIH YANG UDAH MAU BACA PLUS VOMMENTNYA^^
KALAU ADA YANG TYPO TANDAIN YA NANTI BAKAL AKU BENERIN
AKU KASIH LOVE BIRU NIHH💙
SALAM HANGAT DARI AKU
LISTARATNA❤
____