[✔] Klub 513 | Universe | Ep...

Oleh Wiki_Dwiki

48.9K 14.3K 5.7K

Sunwoo : "GUA KE MESIR NIATNYA SEKOLAH CARI ILMU, ANJIR! BUKAN MAU JADI BURONAN NEGARA!" * Tentang seora... Lebih Banyak

Prologue : "Ritual Seekor Gagak"
1. Santri di Piramida Giza
2. Amnesia Sesaat
4. Permainan Kesukaan Abimanyu
5. Harapan Para Penopang
6. Salah Sasaran?
7. ALFARIZI
8. Membuka Luka Lama
9. Antisipasi
10. Percikan Bunga Api
11. Kehilangan Mengerikan
Epilogue : "Bahtera Kehidupan"

3. Pantauan Iblis

3.1K 1.1K 394
Oleh Wiki_Dwiki

.
.
.

    Setelah kelar dengan urusan membeli baju baru dan sholat. Sunwoo sekarang duduk di restoran yang ada di depan hotel. Selain membeli baju ganti seadanya, dia juga membeli tas plastik untuk menyembunyikan baju penuh darahnya sampai tiba waktu yang tepat untuk Sunwoo bakar itu baju.

     Sunwoo makan banyak banget tadi, dia yakin kalo ingatannya bakal membaik kalo dia kenyang. Karena bingung bagaimana dia menghabiskan waktu kemarin, dia meminta pelayan membawakannya pulpen dan kertas, tanpa curiga pelayan itu menuruti Sunwoo.

  "Kemarin gua check in hotel jam lima—langsung habis gua ketinggalan kereta. Gua sempet mandi dan mayatnya gaada di sana. Habis sholat Maghrib gua waktunya minum obat jadi nyari makan di luar. Habis itu gua keinget kalo ada pasar malem di lapangan kemarin. Habis makan gua mampir buat naik bianglala tapi ga dibolehin karena bianglala nya khusus buat anak kecil. Habis itu gua beli kalung ini, kan? Habis itu..." Sunwoo menggaruk kepalanya.

  "Habis itu.. gua sholat Isya' jama'ah di masjid deket sana, terus gua balik dan tidur.. beneran, kan? Iya, anjing! Orang gua inget banget baca Al-Kahfi sebelum tidur kemarin! Gua bahkan tidur sambil dengerin sholawat. Dimana unsur mabok gua, coba? Anjing tuh, resepsionis. Ngadi ngadi aja bisanya, belum pernah ngerasain mulutnya digunting sampek kuping kayaknya!" Ucap Sunwoo. Misuhnya dipuas puasin mumpung gaada Jihoon atau Junkyu yang bakal napuk mulutnya.

  "Tapi bentar, deh. Terus asalnya darah yang di sekujur tubuh gua darimana, anjir?" Tanya Sunwoo memiringkan kepala, "masa gua haid?" Nahlo, mulai ngelantur si Sunwoo.

  "Mata lu haid, Sunwoo. Katanya mau jadi imam keluarga, masa haid? Ini jiwa lemotnya Hyunjin lagi berkeliaran atau gimana, sih?" Sunwoo bicara sendiri sambil menggeleng.

    Pengunjung yang juga sedang sarapan jelas memperhatikan Sunwoo yang bicara sendiri itu dengan tatapan prihatin. "Kasihan, mana masih muda"—mungkin mereka berfikir seperti ini.
 
    Pas lagi asik mikir, tiba tiba dia merasa tak nyaman di bahu kirinya. Rasanya sedikit ngilu seperti ketika baru vaksin. Tapi Sunwoo nggak pergi ke dokter kemarin, kali aja, kan? Dia salah posisi pas tidur.

  "Kok bisa bisanya gua amnesia.." Batin Sunwoo memegang kepalanya yang berdenyut sakit.
 
 
    Sunwoo lalu menatap ke arah hotel itu, matanya melihat sebuah objek yang mengarah ke pintu masuk hotel. Dia segera bangun dari duduknya, membayar makanannya dan pergi mendekati objek yang dia yakini CCTV itu. Setelah dekat, keyakinannya terbukti, itu CCTV.

  "Kantor CCTV kota dimana, ya?" Batin Sunwoo. Dia merogoh saku celananya, tapi dia auto misuh pas inget nasib hpnya di dalam kamar hotel yang sekarang mungkin masih aman karena cleaning service nggak akan masuk ke dalam ruangannya. Walau tinggal nunggu waktu ketika polisi mulai mencari keberadaan manusia yang terkuliti itu.

    Lalu dia melihat seorang laki-laki muda yang sedang menjual koran menghampirinya dengan tatapan penasaran.

  "Apakah kau seorang ninja?" Tanya anak itu tiba tiba, "aku kemarin melihatmu di dua tempat. Apakah kau seorang ninja?"

    Sunwoo makin kebingungan ketika anak itu menanyakan hal itu padanya, "kau melihatku di dua tempat?" Tanya Sunwoo berjongkok agar anak itu tak perlu mendongak untuk melihat Sunwoo yang Alhamdulillah terlahir tinggi.

    Anak berkulit putih itu mengangguk, "aku tau kau pulang jalan kaki lalu masuk ke dalam hotel setelah Isya'. Lalu aku kembali melihatmu berjalan sempoyongan dari arah berlawanan bersama seorang supir taksi."

    Sunwoo menggigit kuat lidahnya sambil tersenyum, gigitan itu hingga membuat lidahnya berdarah. Sengaja, biar Sunwoo nggak hilang kendali.

  "Apakah kau tau pusat CCTV kota?" Tanya Sunwoo, dia yakin anak itu tau karena pekerjaannya ini pasti membuatnya sering berkeliling kota mencari tempat yang banyak orang dewasa. Benar saja, anak itu menunjuk ke arah selatan.

  "Kau bisa tanyakan itu langsung pada supir taksi." Ucapnya.

  "Apakah ada swalayan atau toko yang dekat dengan kantor itu?" Tanya Sunwoo.

  "Oh! Ada sebuah swalayan disana."

  "Baiklah, terima kasih. Ngomong ngomong, dimana kau tinggal?" Tanya Sunwoo.

  "Di bangunan kosong yang ada di belakang hotel. Aku tinggal dengan kakak perempuanku." Jawabnya.

  "Namamu?" Tanya Sunwoo.

  "Ibrahim."

  "Baiklah Ibrahim, boleh aku menitipkan sesuatu?" Tanya Sunwoo.

    Ibrahim menatap Sunwoo, "tentu. Kapan kau akan mengambilnya kembali?"

  "Setalah aku kabur dari penjara." Jawab Sunwoo.
 
 
 
    Setelah Sunwoo mendapat alamat swalayan itu dari si anak, dia segera mencegat sebuah taksi dan memberikan alamat itu padanya. Sunwoo memang bisa langsung meminta supir taksi untuk membawanya kantor pusat CCTV, namun dia sengaja memilih pergi ke alamat swalayan yang ada di dekat tempat tujuannya. Karena jika seumpama polisi sudah mengetahui mayat itu, Sunwoo punya banyak waktu karena kemungkinan besar mereka akan mencarinya di swalayan itu alih alih di kantor CCTV.

    Sampai di sana, Sunwoo segera menuju kantor CCTV itu. Dia melihat jika belum ada orang yang berjaga. Mungkin karena masih sangat pagi. Sunwoo memegang kedua sisi pintu yang terkunci itu, melihat sekitar sebelum kakinya menendang kuat pintu itu.
 
 
  "Seandainya kang dobrak Klub 513 ada sama gua." Batin Sunwoo tersenyum miris.
 
 
    Setelah sampai di dalam, Sunwoo melakukan hal pertama yang bisa dia pikirkan, yaitu merusak semua CCTV yang dia temukan di tempat itu. Setelah selesai, barulah dia berkeliling mencari layar monitor dari CCTV yang ada di dekat hotel.

    Sunwoo berlari ke ruangan satu ke ruangan lain, mencari tempat CCTV dekat hotel itu dipasang. Akhirnya Sunwoo menemukannya, dia memutar ulang beberapa jam sebelumnya, tepat ketika dia mulai terlihat memasuki hotel.

  "Masa ada yang mirip ama gua di Mesir? Dih, mana mungkin. Wajah gua itu limited edition." Kata Sunwoo.

    Sunwoo menatap tajam ke layar monitor. Tak lama, tampak seseorang yang bajunya mirip sekali dengan yang Sunwoo kenakan kemarin berjalan sempoyongan dengan dibopong oleh seorang supir. Lalu dia masuk ke dalam hotel sebelum supir itu keluar beberapa saat kemudian.

     Entah kenapa, Sunwoo terus menatap monitor itu, bahkan ketika dia mendengar suara kendaraan yang berhenti di depan gedung. Sunwoo masih mencoba tenang sambil mengamati layar itu.

  "Mobil apa itu?" Tanya Sunwoo seorang diri. Dia mengambil kertas dan pulpen yang dia curi dari restoran tadi dan menulis plat nomor sebuah mobil kargo yang berhenti dan menurunkan sebuah box besar bewarna putih di depan hotel.

    Saat Sunwoo mendengar jika pintu ruangan itu coba didobrak dari luar, dia segera melompat keluar lewat jendela ruangan. Setelahnya dia berlari menjauhi tempat itu.

 
  "Kalo Eric disini dia bakal ngapain, ya?" Batin Sunwoo sambil menatap tulisan plat nomor mobil itu berulang kali. Sunwoo kemudian berdiri di depan telpon umum, dia memegang gagang telpon itu dengan ragu. Akhirnya dia tak jadi menelpon Eric yang mungkin sedang sibuk sekarang.

  "Jangan nyusahin orang, lu udah besar." Kata Sunwoo seorang diri.

    Setelah merenung cukup lama, dia memilih untuk kembali ke hotel itu. Seingat dia ada CCTV yang dia lihat mengarah ke meja resepsionis. Mungkin dia bisa tau apakah box besar tadi benar benar dikirim ke hotel itu.

  "Kamuflase lagi, nih? Anjir, terakhir gua nyamar jadi pelayan hotel itu pas acara lelang nya Hyunjin, kan, ya? Nostalgia lagi, duh." Kata Sunwoo.

 
.

  
    Sampai di dekat hotel itu, Sunwoo hanya bisa ketawa kosong karena udah banyak mobil polisi terparkir tak beraturan disana. Mampus, batin Sunwoo. Dia nggak nyangka bakal secepat ini. Tapi setelah dia sadar kecerobohannya, dia nggak kaget. Kantong plastik berisi baju penuh darahnya tertinggal di restoran tadi.

  "Goblok lu Abimanyu Sunwoo." Ucap Sunwoo seorang diri.

    Menyadari jika waktunya semakin sedikit, dia segera masuk ke hotel lewat pintu karyawan. Dia meraih sapu yang bersandar di tembok, mendekati seorang pelayan pria yang sedang menjemur selimut lalu memukul kuat belakang kepalanya hingga pingsan.

  "Maafin, ya?" Kata Sunwoo sambil menggeret kaki pria itu ke sebuah ruang penyimpanan alat kebersihan.

    Tak lama dia keluar dengan pakaian pelayan, tapi dia sadar kalo mukanya bakal ketahuan. Dia lalu menemukan sebuah masker di tempat itu dan memakainya.

  "Rejeki anak Sholeh, uhuy." Batinnya.

    Dengan santuy dia berjalan ke arah lobi utama dan tampak banyak polisi yang sedang menanyai para petugas hotel. Diam diam dia berjalan ke koridor tempat ruang CCTV berada, namun langkahnya berhenti ketika seorang polisi menahan bahunya.

  "Apakah kami sudah menanyaimu?" Tanyanya.

    Sunwoo mengangguk cepat, "aku sangat shock mendengar hal mengerikan itu. Jadi aku ingin istirahat. Aku tak terbiasa dengan darah yang berceceran di lantai."

  "Oh, maafkan saya. Kau tampaknya masih sangat muda. Pantas saja. Ini salah satu kasus paling mengerikan yang pernah kami tangani sekitar sepuluh tahun terakhir." Ucapnya.
 
 
  "Polisi Indo lebih kuat mental berarti." Batin Sunwoo yang dulu pernah membuat lobi hotel seperti setting film horror.
 
 
  "Saya yakin pembunuhnya adalah orang yang tersinggung karena pidatonya beberapa hari lalu." Lanjut polisi itu.

  "Apakah korban telah teridentifikasi?" Tanya Sunwoo.

    Polisi itu mengangguk, "dia seorang aktivis. Dia datang dari Kairo ke Giza untuk bertemu dengan seseorang. Namun dia diculik dan di bunuh oleh seorang psikopat gila yang memperkenalkan dirinya sebagai mahasiswa jurusan Sastra Arab yang ketinggalan kereta."

    Sunwoo meneguk ludahnya, "terkadang sangat berbahaya jika hanya menilai seseorang dari penampilannya saja."

  "Kau benar, dia pemuda yang tampan namun tak memiliki perikemanusiaan. Kami sudah mengirim beberapa orang untuk mengecek seluruh CCTV kota sekarang. Psikopat itu pasti belum jauh." Jelasnya.

    Sunwoo panik, sepertinya kembali ke hotel ini adalah ide yang buruk karena kemungkinan dia tertangkap bertambah berkali kali lipat.

  "Jika kau bertemu dengannya, segera hubungi kami. Ini fotonya." Ucap polisi itu mengulurkan sebuah foto pada Sunwoo.

    Dengan canggung, Sunwoo menerima fotonya dari polisi. Setelah pamit dia segera menuju ke ruang CCTV. Sampai disana, tak ada orang, dia masuk dan mengunci pintunya. Sunwoo menatap foto di tangannya dan tertawa, "oh, gini rasanya jadi buronan? Paman di bus waktu itu yang mati? Nggak kaget sih, tapi anehnya kok gua yang kena ituloh kenapa?"

    Dia segera mencari tau tentang box putih yang diturunkan oleh mobil kargo itu. Benar saja, box itu dikirim untuk hotel ini.

  "Emang ga guna sih, tapi entah kenapa gua ngerasa kalo harus nyari tau box itu dikirim buat siapa." Kata Sunwoo.

    Ketika dia berdiri untuk pergi dari ruangan itu, dari luar, pintu yang dia kunci itu di dobrak. Setelah terbuka, para polisi menodongkan pistol mereka pada Sunwoo. Otomatis Sunwoo mengangkat kedua tangannya.

    Polisi yang sebelumnya bicara dengannya tadi mendekat dan melepas masker yang Sunwoo kenakan. Yang bisa Sunwoo lakukan hanya tertawa dalam batin, tersenyum tipis sambil menghela nafas panjang.

  "Saya sudah curiga dari awal." Ucap polisi itu.

    Sunwoo tersenyum miring, "benarkah? Apa kau yakin bukan resepsionis bajingan itu yang memberitahumu—" Ucapan Sunwoo terpotong karena polisi itu menampar kuat pipinya.

  "Jangan melempar kesalahanmu pada orang lain." Ucapnya sambil memasang borgol di kedua pergelangan tangan Sunwoo. Lalu para polisi mulai menuntunnya keluar, salah seorang juga menodongkan ujung pistol di kepala belakangnya.

    Sunwoo menyempatkan diri untuk melirik ke arah resepsionis itu. Ketika sadar wanita itu menatapnya, Sunwoo tersenyum sumringah, "terima kasih banyak atas semua layanan-mu. Aku harap kau mati tak lama lagi." Ucap Sunwoo.

 
    Mobil polisi kemudian melaju meninggalkan area hotel. Dari balik kaca mobil, dia bisa lihat Ibrahim melambaikan tangannya. Melihat itu, Sunwoo hanya tersenyum tipis, "jangan main main ama mantan anggota Klub 513." Batinnya.

 
 
  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
####

Halo, Hola!

Semangat hari Senin :)
Sekolahku udah ada bau bau pembelajaran tatap muka dan aku masih belum siap meninggalkan metode belajar sambil rebahan-ku

Semangat buat yang sekolah!
Semangat juga buat kakak kakak yang udah kerja!

Semoga Minggu kali ini berjalan baik dan penuh kebahagiaan ^^

Kurangin ngeluhnya, kuatin bahunya, Bismillah, Allah pasti bantu segalanya. Aamiin.

 
Makasih udah baca!
 
 
Luv kalian semua ❣️❣️❣️
  
 

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

161K 40.7K 35
Wooyoung : "RUKUN AGAWE SANTOSO!" Yohan : "Ngapain rukun? Tawuran aja tawur!" San : "Katanya Yeonjun kalo ga tawuran ga asik, ajaran sesat memang." Y...
6.1K 729 27
❝ Sekolah ini aneh banget..❞ HAPPY READING!♥️ Start : 13 Oktober 2022 Finish : 17 April 2024
18.4K 4.9K 14
kisah tentang wonjin dan minhee yang kini ditunjuk menjadi penyiar acara radio tengah malam
57.4K 19.9K 34
Beomgyu : "Gua nggak sudi saudaraan ama anak gatau terimakasih kayak Heeseung!" Heeseung : "Gua juga ogah saudaraan ama anak nemu kayak Beomgyu." Jeo...