Can You Find Me ? [COMPLETED]

By farahpm_

65.6K 3.1K 45

[COMPLETED] *** Bercerita tentang seorang psikopat yang telah membunuh banyak orang dan menjadikan pembunuhan... More

a t t e n t i o n !
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XII
XIV
XV
XVI
XVII
XVIII
XIX
XX
XXI
XXII
XXIII
XXIV
XXV
XXVI
XXVII
XXVIII
XXIX
XXX (end)
bonus chapter (01)

XIII

1.8K 97 1
By farahpm_

Lucas tengah mengumpulkan barang bekas di sebuah gang yang sudah sepi dan hanya ada beberapa cahaya lampu di sana. Selain itu, kamera cctv hanya ada satu. Saat sibuk memulung, ia melihat seorang perempuan berjalan sendirian sedang memakai earphone dan ... heels merah.

Melihat heels merah yang dipakai gadis itu, membuat jantung Lucas berdegup kencang karena takut. Ia harus mematuhi syarat dari Dax karena telah menolongnya dari Kevin. Ya. Dia harus menghubungi Dax bahwa ada mangsa untuknya.

Lucas mengeluarkan ponsel dari sakunya dan berhenti di room chat Dax. Ia sangat dilema. Haruskah ia menghubungi Dax ? Atau.. menyelamatkan gadis itu ?

Ia mengetik lalu, menghapusnya lagi. Berulang kali melakukannya. Namun, keputusannya berhenti di pilihan pertamanya.

Dengan sangat berat hati, ia menghubungi manusia gila itu.

Ada mangsa untukmu

tahan dia sampai aku datang
kalau tidak, kau yang akan menggantikannya

Lucas hanya bisa menelan salivanya membaca balasan dari Dax. Ia tak bisa membayangkan betapa sakitnya saat pisau tajam milik Dax menyentuh kulitnya.

Lucas tak perlu mengirimkan lokasi. Karena sudah pasti Dax akan melacaknya. Ia melirik lagi perempuan tadi yang sedang berjalan mendekatinya. Ia masih merasa bimbang haruskah ia melakukan ini? Saat perempuan itu hampir melewatinya, dengan begitu merasa bersalahnya, ia pun menahan perempuan itu.

Maaf sudah melakukan ini, aku tau kau tak bersalah. Tapi, .. aku harus menyelamatkan nyawaku. Batin Lucas sebelum akhirnya menahan perempuan itu.

"Excuse me?" Ucap Lucas membuat perempuan itu menoleh ke arahnya. Ia lalu, melepaskan earphone yang ada di telinganya.

"Ya?" Balasnya.

"Aku.. kehilangan dompetku dan sedang mencarinya di sekitar sini. Aku tak bisa melihat dengan jelas karena rabun.. bisakah kau membantuku?" Ujar Lucas dengan sopannya.

"Oh ya. It's okay, akan kubantu."

Hampir 10 menit berlalu, Dax belum juga datang dan perempuan tadi sudah mulai mencurigainya.

"Dimana terakhir kali kau melihatnya?" Tanya gadis itu karena sedari tadi sama sekali tak melihat benda kecil itu.

"A-aku lupa." Balas Lucas. Di tengah-tengah kesibukannya 'mencari' dompetnya, Lucas menyampaikan pesan tersirat kepada gadis itu. "Boleh aku bertanya?" Ucap Lucas.

"Apa?"

"Apa kau tidak takut berkeliaran malam hari menggunakan heels merah seperti itu?"

"Ah ini.. ? Tidak. Aku bisa bela diri. Jadi, aku tak takut pada psycho yang terobsesi dengan heels merah itu."

"T-tapi.."

"Tak apa. Jangan hiraukan aku dan ayo lekas temukan dompetmu."

Pesan tersiratnya tak dimengerti oleh perempuan itu. Ia akhirnya pasrah sembari menunggu Dax muncul.

Sebuah bayangan yang terlihat di depannya, membuat Lucas terkejut.

Dax sudah datang. Ia muncul di tengah kegelapan gang itu. Hanya mulutnya yang terlihat oleh cahaya.

Tangan Lucas mulai bergetar. Betapa menyeramkan sosok di balik kegelapan itu. Ia bahkan, tak mau melihat bayangannya.

Perempuan yang sedari tadi membantunya, kini berada di depan Lucas. Ya. Dia sedang melindungi Lucas.

"Tetaplah di belakangku. Sepertinya, dia 'The Red Heels Murder'. Dia sedang.. mengincarku." Ucap gadis itu sambil melirik heels yang dipakainya. Perlakuannya, mampu membuat Lucas semakin merasa bersalah.

Ia yang menjebak gadis itu. Tapi, justru gadis itu lah yang melindunginya. Dia merasa seperti telah kehilangan harga dirinya, dia .. hanyalah seorang pengecut.

"Aku tak tau kenapa kau sangat terobsesi dengan heels merah, yang jelas jangan kau sakiti orang di belakangku." Ucap gadis itu sambil melepaskan heelsnya sebelum akhirnya menendang Dax dengan kakinya yang jenjang. Tentu saja, Dax bisa menghindari tendangannya.

Perempuan itu, berkali-kali melayangkan pukulan dan tendangannya kepada Dax. Namun, tak satupun yang mengenainya. Semua tendangannya, dapat dihindari dengan mudah oleh Dax.

"Gerakanmu mudah terbaca." Ujar Dax sambil memperlihatkan senyum miringnya yang terlihat sedang mengejek.

"Benarkah? Bagaimana dengan ini?" Ucap gadis itu. Ia tiba-tiba langsung melompat dan mengapit kepala Dax dengan kakinya, membuat Dax terjatuh. Ia mengapit leher Dax hingga membuat Dax kesusahan mengambil nafas.

"Aku ini sudah sabuk hitam." Ujar gadis itu merasa telah membuat Dax K.O.

Tapi, perempuan itu salah. Sedari awal, melawan Dax adalah kesalahan.

Dax segera menyikut tulang kering perempuan itu dengan kerasnya hingga membuat perempuan itu kecolongan. Karena kesakitan, ia melonggarkan apitannya. Hal ini segera dimanfaatkan oleh Dax untuk keluar dari apitan itu.

Setelahnya, Dax berdiri dan menarik kaki perempuan itu. Lalu, memutarnya hingga tulang-tulangnya berbunyi, menandakan bahwa tulang kakinya telah patah. Perempuan itu menjerit kesakitan. Tapi, dia tak menyerah. Ia bahkan, mencoba berdiri dengan kakinya yang lain dan mencoba meraih kepala Dax untuk diapit lagi. Kali ini, dengan tangannya.

Sebelum sempat ia meraih kepala Dax, Dax menendang kakinya hingga dia tersungkur lagi di aspal. Dax lalu, membalik tangannya dan sekuat tenaganya, Dax mematahkan tulangnya. Lagi-lagi membuat perempuan itu mengerang kesakitan.

"Apa katamu tadi? Kau sabuk hitam? Hahahaha. Mau kau sabuk ungu, biru, putih. Aku tak peduli. Kau akan tetap kalah melawanku." Ucap Dax yang terdengar sangat mengejek. Ia megucapkannya sambil menaiki tubuh perempuan itu yang sedang telungkup. Dax juga menahan tangannya.

Lucas yang melihat mereka sedari tadi, hanya bisa terdiam. Ia melihat gadis itu yang sudah dirubuhkan oleh Dax. Lucas berencana mendekatinya. Ingin memukuli kepala Dax dengan batu. Perempuan itu melihatnya dan segera menghengikannya.

"Tidak!! Jangan! Jangan kotori tanganmu dengan darah bajingan ini!" Teriak perempuan itu yang membuat Dax menoleh ke arah yang perempuan itu lihat dan mendapati Lucas yang berdiri sambil memegang sebuah batu sekepalan tangannya. Dax hanya memperlihatkan senyum miringnya.

"A-aku y-yang menghubunginya.." Ucap Lucas yang terdengar seperti bisikan. Tapi, mampu didengar dengan jelas oleh perempuan itu.

"Aku sudah tau." Ujar perempuan itu yang mampu membuat Lucas terkejut. Ternyata, perempuan itu menangkap pesan tersiratnya tadi.

"Ta-tapi kenapa kau tak--"

"Karena aku tau, kau akan mati jika aku tak ada di sini."

"Baiklah, sudah cukup pamitannya." Ucap Dax dan.. tanpa aba-aba, ia menusuk mata gadis itu dengan pisaunya. Perempuan itu mengerang kesakitan.

"TIDAK!!" Teriak Lucas dengan air mata yang membanjiri pipinya. Seseorang sebaik itu, harus mengalami kemalangan ini karena dirinya. Hatinya sangat sakit melihatnya.

"Biasanya aku tak sekasar ini kepada perempuan." Ucap Dax sambil membalik tubuh perempuan itu dan ciri khasnya.. menusuk nusuk perut mangsanya hingga memperlihatkan ususnya.

"Tapi, khusus untukmu karena kau bisa menjatuhkanku.. kuberikan yang spesial untukmu." Lanjut Dax sambil membelah dada perempuan itu, membuat gadis itu kehilangan kesadarannya.

Dax membelahnya dengan sekali goresan. Namun, begitu dalam. Semua bagian dalam tubuhnya terlihat. Usus, lambung, paru-parunya terpampang nyata di sana.

"Hei Nak, kau ingin bagian apa? Ginjal? Kalau kau menjual ini.. kau tak usah lagi memulung." Ucap Dax sambil tertawa mengejek Lucas. "Ah tidak.. Bagaimana dengan jantung? Lihatlah.. Jantungnya masih segar." Lanjut Dax membuat Lucas mual. Ia tak kuasa melihat apa yang sedang terjadi di depannya.

"Tolong hentikan.." Ucap Lucas lirih sambil menunduk karena tak mampu melihat apa yang ada di hadapannya.

Dax menghampiri Lucas dan menendang dadanya hingga Lucas yang awalnya terduduk.. kini, telentang. Dax menginjak dadanya dengan kuat. Ia lalu berjongkok di depan wajah Lucas yang sedang ia tahan dengan kakinya.

"Siapa kau menyuruhku menghentikan ini? Huh?! Berani-beraninya kau ingin melayangkan batu ke arahku?!!" Bentak Dax. Wajahnya terlihat sangat menyeramkan.

Dax lalu, menggores pipi Lucas dengan pisaunya, membuat Lucas meringis kesakitan.

"Jangan lancang kepadaku. Kau itu tak lebih dari seekor binatang yang kapan saja bisa kumakan." Ucap Dax dan menghentikan goresannya dengan sorot mata yang begitu menyeramkan. Membuat sepanjang pipi kanan Lucas dari ujung bibir kanannya sampai mendekati telinganya tergores rapi dengan pisau itu.

Sebuah kalimat yang mampu membuat Lucas merinding. Ia tak bisa berkata apa-apa lagi. Karena semua rasa takut, menjadi satu malam itu. Ketakutannya kepada Dax sampai membuat luka di pipinya tak terasa perih dan membuatnya tak sadar akan darah yang sudah membasahi lehernya.

Dax lalu berdiri dari posisinya dan melempar sapu tangan miliknya ke arah Lucas.

"Bersihkan lukamu. Jangan mati, sebelum aku sendiri yang membunuhmu." Ucap Dax dan berlalu pergi meninggalkan Lucas dan kaki tangannya mengurus TKP. Lucas hanya bisa meneguk salivanya mendengar ucapan Dax.

Continue Reading

You'll Also Like

30.2K 1.2K 10
A Genderbent Star vs the forces of evil fanfic: A young fourteen-year-old prince Moon Dragonfly becomes King when the Monster King's General Toffee m...
91K 1K 8
My name is Anastasia Romanoff, if my last name sounds familiar it's because my mother is Natasha Romanoff, that's right; Black Widow, ex- red room as...
102K 3.4K 40
Y/N was a teenage introvert who enjoyed having her own space and being alone. She loved listening to music in her room, which was a great escape for...