KITA YANG TAK SAMA

By marthaleoch

34.4K 3.2K 1.1K

"Kamu sadar ga sih? Kita tuh ga sama! Dan ga akan berada di posisi yang sama lagi untuk melangkah ke masa dep... More

INTRODUCE
O N E
T W O
T H R E E
F O U R
F I V E
OH HI!
S I X
S E V E N
E I G H T
N I N E
T E N
E L E V E N
T W E L V E
F O U R T E E N
F I F T E E N
S I X T E E N
S E V E N T E E N
E I G H T E E N
N I N E T E E N
T W E N T Y
T W E N T Y O N E
T W E N T Y T W O

T H I R T E E N

864 156 45
By marthaleoch

"Omaaaaa"

"Hai. Cucu oma kok baru pulang jam segini?"

"Ini mobil-mobilan dari siapa?"

"Dari tante Sen sama Om Igna, oma"

"Om Igna?! Siapa itu?!"

"Pacarnya Shane ma" sahut Brian dengan wajah menahan kekesalan

Bu Vina yang melihat wajah putranya seperti itu pun langsung berinisiatif meminta Ryo masuk ke dalam kamarnya, agar bisa berbicara berdua saja dengan Brian.

"Ada apa? Wajah kamu seperti orang lagi kesal"

"Ga ada apa-apa"

"Jangan bohongin mama"

Brian menarik nafasnya panjang, dan menghembuskannya dengan sangat kencang. Saat ini hatinya terasa panas dan kepalanya terasa berat.

"Aku naik duluan ma"

"Brian, ada apa? Hei, kamu dengar mama kan?" tanya Bu Vina dengan nada yang mulai gelisah

"Brian. Cerita, bicara sama mama. Ada masalah apa? Ga biasanya loh kamu seperti ini" cecar Bu Vina

"Brian, bisa kita bicara berdua?"

Brian pun menghentikan langkah kakinya dan mengarahkan padangannya kepada Bu Vina. "Mama mau bicara apa lagi? Shane?"

"Iya"

"Mama mau bahas apalagi sih soal Shane?! Soal harapan mama mengenai Shane dan aku?" gantian Brian yang mencecar ibunya dengan nada yang getir dan wajah yang mulai memerah.

Brian kembali menghembuskan nafasnya panjang dan melangkah kembali untuk masuk ke kamarnya, meninggalkan ibunya itu sendiri. Belum lagi panas hatinya reda karena melihat Igna bersama Shane, sekarang di rumah pun situasinya malah membuat kepalanya seakan mau pecah.

Bayang-bayang Shane yang bersama Igna tadi terus menari-nari di bayangannya. Kenapa gua bisa semarah ini? Apa ini yang dulu Shane rasakan saat tau gua dan Vas bersama?

Pikiran Brian mulai berlari jauh membawa rasa penyesalan di masa lalunya. Karma? Apa ini yang disebut karma bagi Brian? Dimulai dari Vas yang meninggal, Ryo anaknya yang tumbuh tanpa kasih sayang seorang ibu, rasa sesak di dadanya saat melihat Shane, ditambah lagi melihat Shane bersama Igna. Dan saat ini, ibunya sendiri menginginkan Shane kembali padanya setelah mereka semua berhasil mengkhianati Shane.

Tanpa terasa mata Brian memerah dan panas. Hatinya semakin menggebu, tangannya mengepal bersiap untuk menghancurkan apa saja yang ada di hadapannya kini.

"Papa..." ucap Ryo yang sedari tadi ternyata melihat sikap Brian yang seperti orang akan mengamuk

"Brian! Kamu kenapa sih?!" pekik Bu Vina

Brian yang melihat kehadiran dua orang tersebut malah semakin memanas.

" Tolong Ryo sama mama keluar dari sini! Kasih aku waktu sebentar aja"

"Pa-pa-papaaa" isak Ryo

"Kamu kenapa sih?! Ada apa sih Brian?!"

"Keluar" ucap Brian dengan nada datar berusaha untuk menekan emosinya

"Kamu jangan bersikap kaya gini, Brian!" teriak mama Vina

"Pa..papa" ucap Ryo yang tangisnya semakin kejar mendengar dan melihat ayahnya seperti itu

"Ke-lu-ar!" bentak Brian dengan nada yang mulai meninggi

"Brian...."

"Aku lagi butuh ruang sendiri, ma"

"Papa ga boleh malah-malah" pinta Ryo dalam tangisnya

Bugh!!!! Suara lemari kayu yang ditendang Brian

Brian yang semakin emosi pun mulai hilang kendali. Tatapan matanya semakin tajam. Ryo dan omanya yang melihat Brian seperti itu semakin tercengang. Tangis Ryo semakin pecah karena ketakutan melihat ayahnya seperti itu.

"KELUARRRRR!!!!!!!" teriak Brian yang semakin tak terkendali sambil menunjuk ke arah pintu kamar

Bu Vina pun segera membawa Ryo keluar dari kamar. Sementara di dalam sana Brian juga mulai bercucuran air mata. Marah, kesal, sedih dan penyesalan semuanya menjadi satu saat ini.

"Omaaa" tangis Ryo

"Heii, cup...cup...cup. Ryo sama encus dulu ya dikamar oma" ucapnya sambil menggendong Ryo

Hati Bu Vina semakin gusar melihat sikap anaknya seperti itu. Pasti ada yang ga beres ini.

[•🖍️•]

"Itu siapa?! Tolong jelasin sama aku"

"Bukan siapa-siapa"

"Please, jangan bohongin aku lagi"

"Aku minta baik-baik sama kamu buat jelasin semuanya"

"Kamu jangan nangis gini, please"

"Sudah berapa lama kamu nutupin ini semua dari aku?"

Brian hanya terdiam mendengar pertanyaan wanita yang ada di hadapannya ini. Air mata yang keluar dari kedua mata wanita itu semakin membuat dada Brian sesak.

"Tiga bulan yang lalu. Tapi aku bisa jelasin semua. Kamu dengerin aku dulu Shane"

"Kenapa kamu kaya gini sama aku?"

"Aku-aku...."

Shane tertawa penuh rasa frustasi dalam tangisnya. Hatinya sangat sakit sekarang karena perbuatan pria yang sangat ia cintai ini. Sementara dua orang wanita di belakang Brian terus memandangi Shane yang seperti itu, semakin memacu amarah Shane untuk berada di puncaknya.

"Tante, Shane mau tanya sama tante. Tante sudah tau juga kan semua ini sebelumnya?"

"Tante, jawab Shane!" pintanya dengan tangis yang semakin menjadi

"Shane, cukup!"

"Shane, tolong hargai keputusan tante, keputusan Brian dan keputusan keluarga kami!"

"Tapi tante" ucap Shane dengan nada bergetar

"Keputusan kami mutlak Shane! Tante sebagai ibunya Brian berterimakasih dan meminta maaf sama kamu atas semua ini" tegas Bu Vina

"Shane, aku minta maaf. Tapi kamu harus hargain keputusan kita! Aku juga cinta sama Brian! Jangan jadi penghalang kebahagiaan aku!" teriak wanita yang tidak lain adalah Vas, calon istri Brian

Shane yang mendengar Vas berteriak seperti itu hanya bisa kembali tertawa penuh rasa frustasi.

"Bahkan disaat seperti ini aja kamu ga bisa jelasin ke aku kan?! Kamu ga bisa ambil keputusan, iya kan?!" sarkas Shane pada Brian

Brian hanya terpaku menatap Shane, wanita yang telah ia hancurkan hatinya kini. Mata Brian memerah seakan menahan tangis, saat ini pun ia juga benci dengan dirinya sendiri yang terlihat seperti pengecut.

"It's over" ucap Shane pada Brian sambil menghapus air matanya

"Oke...oke tante. Aku nyerah, aku ngalah. Terimakasih tante, selama ini sudah menerima aku dengan baik. Semoga ke depannya keluarga tante dan Brian terus diberikan kebahagiaan" ucap Shane sambil melangkah mundur dari tiga orang tersebut dengan air mata yang terus mengalir dari kedua pelupuk matanya dan pergi menjauh

[•🖍️•]

"Shit!!!!" teriak Brian sambil mengacak-acak rambutnya

Tanpa dia sadari Bu Vina ternyata terus menunggu di depan kamar anaknya itu dan mendengar teriakan Brian yang terdengar sangat frustasi.

"Kamu kenapa Brian? Please cerita sama mama" ucap Bu Vina yang memberanikan diri untuk masuk ke dalam kamar anaknya itu

"Ryo dimana?" tanya Brian balik tanpa menghiraukan pertanyaan ibunya

"Kamar mama"

Brian pun beranjak dari kamarnya untuk menemui Ryo. Di dalam kamar sana, jelas terlihat Ryo yang masih menangis di dalam dekapan suster Nova.

"Ryo" panggilnya pelan

Bukannya menghampiri Brian, Ryo malah menjauh karena masih ketakutan dengan Brian.

"Sini sama papa"

Ryo hanya menggelengkan kepalanya, menolak ajakan Brian.

"Kita ke makam mama"

"Gamau!" ucap Ryo

Hati Brian seketika terasa panas kembali mendengar penolakan dari anaknya tersebut. Tapi kali ini dia harus lebih bisa menahan emosinya di depan Ryo.

Brian menutup kembali pintu kamar mamanya dan beranjak keluar dari rumah.

"Kamu mau kemana?"

"Makam Vas" jawabnya sambil berlalu

"Mau ngapain kamu kesana?! Ini sudah malam!"

Pertanyaan Bu Vina tidak digubris oleh Brian yang terus melangkah dan kemudia memacukan mobilnya keluar dari garasi.

Selama perjalanan menuju makam, Brian mengeluarkan sisi kelemahannya sebagai seorang pria. Air matanya tidak bisa lagi dibendung , matanya kembali menerawang ke kehidupan masa lalunya. Vas dan Shane berhasil membuat dirinya rapuh, bahkan kini patah.

[•🖍️•]

"Mau ngapain kamu disini?!"

"Berjuang"

"Apa yang mau diperjuangin?" tanya Shane sinis

"Cinta? Hubungan kita?"

Brian hanya menatap dalam mata Shane. Hatinya terkoyak melihat Shane yang hancur karenanya.

"Aku, kamu, kita ga bisa lanjutin hubungan ini! Aku mau kita selesaiin hubungan ini. Seperti yang aku bilang kemarin. It's over" tegas Shane kembali

"Engga! Aku gamau. Sampai kapanpun aku akan terus memperjuangkan kamu dan hubungan kita!" seru Brian

"Kenapa baru sekarang? Kenapa ga kemarin? Kemarin kamu diam aja kan? Ga ada pembelaan sedikit pun yang kamu kasih untuk memperjuangkan aku di depan Vas dan mama kamu!"

"Kamu sadar ga sih? Kita tuh ga sama dan ga akan berada di posisi yang sama lagi untuk melangkah ke masa depan. Semuanya udah berbeda!"

"Kita bisa, please percaya sama aku. Aku akan berjuang lebih ini demi kamu, demi kita"

"Stop! Aku gamau dan ga bisa. Kalau kamu masih ngotot dan ngeyel mau mempertahankan hubungan ini, itu sama aja kamu menghancurkan hati seseorang. Hubungan kita sudah menghancurkan hati seseorang!"

"Kita ga menghancurkan orang lain, orang lain yang berusaha menghancurkan hubungan kita" jelas Brian

"Orang lain kamu bilang?! Dia itu calon istri kamu Brian!" teriak Shane

"Dan kamu bilang kita ga menghancurkan orang lain? Coba kamu pikir? Kamu mau Vas seperti aku posisinya sekarang?" senyum Shane dengan air mata yang terus mengalir

Brian hanya bisa menghela nafas mendengar ucapan Shane. Brian juga seakan tidak habis pikir dengan Shane yang semudah itu menyerah.

"Cuma segini perjuangan kamu buat hubungan kita?" tanya Brian nanar

"Dan kemarin, juga cuma seperti itu tanggapan kamu saat aku minta penjelasan?" tanya Shane balik

"Dengar ya. Bukannya aku ga mau berjuang. Tapi aku wanita, aku ga mungkin menghancurkan perasaan wanita lain yang berhak bahagia sama kamu. Terlebih aku sudah tau sekarang rasanya hancur karena wanita lain" ucap Shane masih dengan air matanya

"Sekali lagi. It's over Brian. Kamu yang memulai untuk menghancurkan semuanya. Jadi jangan berharap apapun lagi. Karena aku pun sedang berusaha berhenti berharap kalau ini cuma mimpi"

"Semoga kamu berbahagia ya. Selamat menempuh hidup baru" ucap Shane sambil menepuk pundak Brian dan melangkah pergi menjauh

Brian hanya bisa terpaku dengan mata yang berkaca-kaca. Hati aku juga sama sakitnya sama seperti kamu Shane.

[•🖍️•]

"Vas" sapa Brian pada makam istrinya itu

"How's heaven?" tanyanya sambil mengelus batu nisan yang ada di hadapannya ini

"Vas, maafin aku"

"Sudah membawa kamu ke dalam hidup aku" sesalnya

"Maafin aku"

"Anak kita.... dia selalu rindu sama kamu" ucapnya nanar

"Tapi dia ga bisa meluk kamu" lanjutnya sambil terbata-bata

"Dia sayang sekali sama kamu"

"Maafin aku juga ga bisa menjaga dia dengan baik"

Brian terus mengelus batu nisan istrinya itu. Ada rasa sesak yang kembali muncul di dalam dirinya saat ini. Saat ini rasanya Brian sedang berada di puncak kerapuhannya. Air mata kembali menetes dari pelupuk matanya.

"Papa" panggil Ryo dari arah belakang

Brian yang terkejut melihat Ryo bersama omanya, dengan segera menghapus air matanya. Dan segera memeluk putranya itu. Hatinya juga terasa sakit melihat putranya menangis karena sikapnya tadi.

"Papa lagi bicala sama mama ya?"

Brian hanya menganggukan kepalanya sambil berusaha mengeluarkan senyumnya.

"Mama, Lyo belum celita ya sama mama"

"Hali ini Lyo dikasih mainan sama tante Sen" ucapnya polos

"Tante Sen baik ma, tante Sen sayang sama Lyo"

"Nanti kapan-kapan, Lyo mau ajak tante Sen kesini ya ma" seru Ryo

"Lyo sayang mama. Lyo juga sayang sama tante Sen"

Tanpa terasa air mata Brian kembali menetes. Maafin aku, ga bisa menjaga Ryo untuk kamu. Sampai-sampai dia juga punya rasa sayang yang begitu dalam untuk Shane.

"Pulang yuk" ucap Bu Vina

Brian hanya menganggukan kepalanya dan berdiri sambil menggendong Ryo.

"Dadah mama" ucap Ryo sambil melambaikan tangannya pada makam

Mereka bertiga pun berjalan meninggalkan makam Vas dan pulang ke rumah. Mata Brian masih terlihat memerah akibat tangisnya tadi, melihat putranya seperti itu hati Bu Vina merasakan kepedihan. Ternyata selama ini batin kamu tersiksa lebih dari yang mama pikirkan, Brian.

"Brian"

"Kenapa lagi ma?" sahutnya masih dengan nada datar

"Istirahat ya" ucap mama Vina yang disambut dengan anggukan kepala Brian

Brian melangkah masuk ke dalam kamar dan segera mandi untuk membersihkan dirinya. Sementara itu Ryo yang sudah berada dikamar juga terus memperhatikan ayahnya. Dia takut jika ayahnya bersikap seperti tadi.

"Tidur" ucap Brian pada Ryo

Ryo hanya terdiam mendengar perintah Brian.

"Sini sama papa" kata Brian yang menghampiri Ryo

Brian pun memeluk Ryo sambil mengecup puncak kepalanya. Rasa kesal, amarah dan emosi seolah lenyap ketika putra semata wayangnya itu berada dalam dekapannya. Yang ada hanyalah rasa tenang yang menghampiri.

"Ryo sayang sama mama?"

"Sayang pa"

"Ryo sayang sama tante Shane?"

"Iya pa"

"Kalau Ryo sayang sama mama Vas dan tante Shane, Ryo harus jadi anak yang baik ya. Jangan bikin mama Vas atau tante Shane sedih" pesannya

"Iya pa"

Brian semakin mengeratkan pelukannya pada Ryo. Papa sayang kamu Ryo, lebih dari apapun. Batinnya

🍒🍒

Ada yang mau disampaikan untuk Brian? Atau untuk mamanya? 😆

Aku tau kalian pasti kesal 😂
Sebelum dosis kesalnya makin tinggi, nih aku kasih potret Ryo dengan pipi merah gemasnya ❣️

Yuk boost semangat aku biar makin rajin update ceritanya 🤎🥰

Vote dan comment juga jangan lupa ya myreads 🧚

Diketik dengan 1966 kata 📝

Continue Reading

You'll Also Like

2.5M 240K 65
Bagaimana jika seorang yang terbiasa dengan menyentuh bertemu dengan seseorang yang tak bisa disentuh sama sekali? Keduanya harus bisa bekerjasama de...